Jaewon memasuki rumahnya dengan langkah pelan. Cowok berambut hitam itu mengerenyit ketika mendengar suara berisik dari arah dapur.
"Bun?"
Langkah Jaewon terhenti di ujung kulkas ketika melihat siapa yang sedang membereskan makanan di meja makan.
"Tante Jieun?"
Jieun menoleh ke arah keponakannya dan tersenyum kecil. "Hai, Jaewon. Sudah pulang? Bunda kamu baru aja pergi sama---"
"Sama Om Seunghyun, bukan?"
Jieun menatap Jaewon kaget. "Oh, kamu sudah tau? Berarti kamu juga tau kalau Seunghyun bakal jadi Ayah tiri kamu?"
Dan detik itu juga, Jaewon merasa dunianya terhempas.
Jadi, dia dan Lisa akan jadi saudara?
"Gak mungkin, Tan!"
"Kenapa gak mungkin, Won? Orang tanggal pernikahannya juga udah ditentuin, kok." Jawab Jieun dengan yakin.
***
Jennie melongokan kepalanya ke kaca pintu. Dan ngeliat Hanbin lagi sendiri.
Syukurlah. Lisa kayaknya lagi pulang.
"Bin"
Hanbin noleh dan senyum. "Hai, dek."
Jennie tersenyum miris.
Adek. Adek. Adek.
"Lo sakit apa, kak?" Tanya Jennie dan duduk di kursi yang sudah disediakan di samping ranjang.
"Kayak yang Lisa bilang, demam."
"Ohh"
Jennie ngangguk dan ngeraba kening Hanbin. "Tapi, lo gak panas kok." Ujarnya heran.
"Kan udah dirawat. Udah sembuh jadinya."
"Syukur deh kalo udah sembuh." Jennie memandang wajah Hanbin dengan senyuman.
"Lo makin tampan aja, Bin."
Seketika, Hanbin ketawa. "Anjir! Jangan bikin baper dong." Seru cowok bangir itu sambil ketawa cekikikan.
Jennie terkekeh. "Bin, gue mau ngomong sesuatu nih."
Hanbin memandang Jennie dengan tatapan 'apa'?
"Tujuan lo sebenernya jadian sama Lisa itu karena apa?"
Seketika, Hanbin terdiam.
***
Lisa pake make up setebal mungkin ke wajahnya. Pake eyeliner, pake maskara, pake blush on, pake lipstick, pake---pokoknya semua macam alat make up Lisa pake.
Udah gitu, Lisa ngaca.
"Janggut! Kok gue kayak badut?!" Serunya heboh.
Lisa terhapus make up nya dan nyisain lipstick aja.
Awalnya sih, Lisa pingin keliatan dewasa saat dateng ke Rumah Sakit buat menenun Hanbin nanti.
Soalnya, ada Om Jiyong. Calon mertua. Hehe
Tapi, udahlah. Lisa pake lipstick aja. Dalam hati cewek berponi itu merutuk, ngapain coba tadi dia sibuk make up kalo akhirnya dihapus juga?
Asdfghjkl
Lisa ngambil tasnya dan keluar dari kamarnya. Menuruni tangga dan berhenti saat ngeliat Bundanya lagi nangis di ruang tengah.
"Bunda?"
Lisa ngedeketin Bundanya yang natap Lisa dengan mata sembab.
"Kenapa nangis, Bun?" Tanya Lisa.
Menanyakan hal yang sudah ia tahu jawabannya.
"Ayah kamu, Lis---"
Tuh, kan. Pasti karena Ayahnya lagi.
"Ayah kenapa lagi? Selingkuh lagi? Kali ini sama siapa?"
Bom menggeleng dan meluk Lisa dengan erat.
"Ayah kamu mau menikah lagi. Ayah kamu minta cerai sama Bunda."
"Anj---" Lisa gak melanjutkan umpatannya ketika sadar bahwa orang yang saat ini memeluknya adalah Bundanya sendiri.
"Sama siapa?"
Bom melepaskan pelukannya dan natap Lisa dengan tatapan sedih.
"Kamu sama Jaewon bakal jadi saudara, Lis."
HAH?
"Ayah kamu mau nikahin Tante Minah."
SHIT! JADI, TANTE MINAH ITU IBUNYA JAEWON?!
DAN LISA BAKAL JADI SAUDARA SAMA ORANG YANG DIA SAYANG?
ANJ! LISA PINGIN NGUMPATTT!!!
***
"Karena cintalah." Jawab Hanbin.
Dan Jennie ngegeleng. "Jujur."
"Gue udah jujur."
"Gue gak percaya. Please, Bin. Jujur sama gue, kali ini aja."
Hanbin ngacak rambut Jennie dengan gemas. "Urusin aja Jaewon lo, Jen."
Jennie menghempaskan tangan Hanbin yang ngacak rambutnya gemas. Menggatikannya dengan menggenggam tangan cowok bangir itu.
"Lo nyuruh gue buat dapetin Jaewon dan dapetin lagi prestasi yang pernah gue dapet. Tapi, gue gak ngerti maksud lo apa, Bin. Jelasin sama gue coba."
Hanbin ngegeleng dan tersenyum kecil. Ngelepasin genggaman tangan Jennie dari tangannya.
"Gue gak maksud apa-apa, Jen."
"Boong!" Bantah Jennie.
Tangan cewek itu ngegenggam tangan Hanbin lagi.
"Lo tau kan gue sayangnya sama siapa? Gue lebih sayang sama lo, Bin. Lo jangan egois dong." Ujar Jennie dengan mata basah.
Hanbin ngehapus air mata di pipi Jennie dengan Ibu jarinya.
"Jangan nangis."
"Lo egois, Bin."
Hanbin yang ngerasa matanya ikut panas pun malingin wajah ke arah kanan.
"Gue egois karena pingin ngeliat lo bahagia, Jen."
"Tapi, gak dengan cara ini!"
"Lo akan lebih sedih jika gue pergi saat lo lagi sayang-sayangnya sama gue. Gue pingin lo ngeberhentiin perasaan lo sekarang dan mindahin semua rasa cinta lo buat orang lain." Jawab Hanbin dengan nada lirih.
"Kita kakak adek, Jen. Kita gak bisa."
Dan detik itu, Hanbin ngerasa tubuhnya sedikit terhuyung ke belakang karena Jennie memeluknya erat dengan diiringi isakan.
Yang menyayat hati Hanbin.
"Hiks"
***
Lisa ngebuka pintu kamar rawat Hanbin dan langsung berlari saat Hanbin turun dari ranjang pesakitannya tanpa infus.
"Anj! Hanbin, kenapa dilepas lagi?!"
Tangan Lisa dihempaskan Hanbin saat cewek berponi itu megang tangannya.
"Hanbin!"
"Bentar, Lis. Gue mau nyusul dia dulu."
"Dia siapa?" Tanya Lisa heran.
"Bentar, ya."
Lisa natap punggung Hanbin yang melewatinya keluar ruangan dengan pandangan bingung.
Apalagi saat melihat wajah pacarnya yang tadi terlihat sangat resah.
"Bin, tunggu!"
***
-To be continued-
Jen ish
Voment yaaaa 😘😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
HYPOCRITE - HANLIS
Teen FictionJika saja Hanbin jujur dari awal, Lisa tidak akan sekecewa ini. Jika saja Jennie jujur dari awal, Lisa tidak akan merasa sejahat ini. Jika saja Jaewon jujur dari awal, Lisa tidak akan semarah ini. Jika saja mereka jujur dari awal, Lisa tidak akan se...