Kafetaria siang itu dipadati oleh para karyawan gedung tersebut. Cukup sulit mencari meja yang masih kosong di keadaan makan siang begini. Daniel sendiri membawa nampan makanannya sambil kebingungan mencari tempat duduk.
'Masa gue duduk sama cewe gosip di sono sih,' batinnya ketika melihat gerombolan geng biang gosip dipojok ruangan.
Walaupun menolak, kakinya masih bergerak kesana. Karena melihat ada Rose tentunya. Entah kenapa sejak tadi pagi rasanya senang sekali mengganggu cewek itu.
"Eh tapi Se, emang lo gak takut gitu cuma dikerdusin doing sama kudaniel?"
Telinga Daniel tak sengaja menangkap omongan Jisoo, salah satu cewek yang ada di meja itu, ketika jaraknya tidak begitu jauh dari sana. 'Kudaniel? Gue maksudnya?' Dia penasaran akan seperti apa jawaban Rose tentang pertanyaan yang sepertinya mengungkit tentang dirinya tersebut.
"Kerdusin apaan? Lo gak liat dia cuma seneng bikin gue kesel doang?" jawab Rose lalu memakan salad yang ada di nampannya.
Daniel tersenyum miring mendengar jawaban tersebut. Dia dengan pedenya melangkah lebih dekat ke belakang Rose, lalu menundukkan kepalanya tepat disamping pipi cewek itu. Rose yang sadar bahwa arah pandang teman-teman semejanya mulai aneh dengan senyum mesem-mesem(?) di wajah mereka kemudian menoleh ke arah yang mereka tatap.
Dan kejadian.
Bibirnya tak sengaja menyentuh bibir Daniel yang sedang menoleh ke arahnya. Niat Daniel tadi ingin mencium pipinya, tapi yah rejeki orang iseng mungkin. Rose diam beberapa detik karena terkejut dengan hal tersebut. Daniel juga sebenarnya kaget, tapi dengan cepat dia sadar dan menarik diri.
"Duh duh sayang kalo mau cium jangan di depan orang lah, pengen banget mesra di depan mereka ya?" Daniel masih tersenyum miring. Setengah menggoda, setengah mengejek. Nyebelin pokonya di mata Rose.
"WOY! GILA! JINJJA! JEONGMAL! REAL! DAEBAK! HEOL! WANJEON!"
Itu bukan Ong Seungwoo, tapi geng yang di depan mereka yang heboh kayak lebaran.
"Gila ciciuman di kantor woy!" itu Lisa.
"Bibir Rose gak suci lagi!" yang ini Jisoo.
"Bibir Niel makin kotor!" ini Jennie.
Rose yang mukanya sudah semerah cabe karena peristiwa tersebut akhirnya bangkit dari duduknya. Sekarang mereka jadi sorotan di kafetaria tersebut karena hal barusan. Di tambah teman-temannya yang mulutnya tak bisa dijaga itu membuatnya semakin kesal. Tanpa aba-aba Rose mengayunkan tangannya. Menampar pipi mulus cowok didepannya itu. Matanya berkaca-kaca, menahan kekesalan dan rasa malu sekaligus karena menjadi bahan ledekan.
Dengan langkah cepat dia meninggalkan tempat tersebut tanpa menoleh ke belakang. Rose memasuki lift kemudian asal memencet ke lantai teratas gedung tersebut. Daniel sendiri masih terdiam di tempatnya. Masih mencoba mencerna apakah benar dia ditampar Rose barusan.
"Gue keterlaluan banget ya becandanya?" Daniel menoleh dengan polosnya ke arah geng gosip tadi.
***
Di rooftop, Rose masih berusaha menenangkan dirinya. Tangisnya pecah ketika sampai di pintu masuk tadi. 'Daniel brengsek!' batinnya sambil menyeka air mata dari wajah cantik itu.
Sebenarnya dia menangis bukan karena malu. Ya mungkin malu salah satunya. Tapi dia lebih merasa kesal. Kesal karena becandaan Daniel yang sudah dirasa kelewatan. Kesal karena jantungnya berdetak kencang seperti habis dikejar anjing saat dicium Daniel tadi. Dia tidak hanya benci cowok itu sekarang, dia benci hati dan otaknya yang tak bisa dikompromi.
"DANIEL BRENGSEK!!!" teriaknya menggema di pinggir pagar pembatas rooftop itu.
"Enak aja lo ngatain gue brengsek."
Cowok yang jadi sumber masalah tiba-tiba muncul dari pintu rooftop tersebut. Masih dengan tampang santai dan pipi merah juga bibir sedikit bengkak pastinya. Tamparan cewek itu cukup kuat ternyata saking kesalnya tadi.
Dia berjalan mendekat ke pinggir pagar pembatas, berdiri berhadapan dengan Rose.
"Ngapain lo di sini?" hardik Rose ketika cowok itu berada di dekatnya.
"Ngecek aja, mana tau lo mau lompat ke bawah bunuh diri karena seneng setengah mati nyium gue tadi."
"Amit-amit gak sudi gue bunuh diri karena cowok kayak lo! Yang ada lo nih sini gue jorokin biar jatuh ke bawah." Rose maju selangkah, hendak mendorong cowok itu. Gak serius tentu aja.
"Eh eh jangan lah! Gila lo, gue baru diangkat jadi pegawai berapa bulan masa mau mati di sini? Lagian ntar lo gak takut apa gue gentayangin? Nggak lah ya, ganteng gini."
"Bodo amat Niel, bodo amat."
Rose berjalan melewati cowok itu. Mau pergi aja ceritanya, lelah ngehadepin Daniel. Baru beberapa langkah dia pergi, tangannya ditahan cowok itu.
"Apalagi sih? Gak puas udah buat tontonan di kafetaria tadi?" Rose membentak lalu menoleh ke arah cowok itu.
"Sorry Se, kayaknya gue emang kelewatan tadi. Tapi kayaknya nggak juga ding. Lo juga gak rugi apa-apa kayaknya. Malah menang banyak."
"Menang banyak pala lo bau apek! Gak liat tadi lo bikin drama gitu? Pake cium-cium lagi. Gak mikir perasaan gue apa?"
Rose sudah ingin naik pitam lagi. Memang ngomong sama anak tengil kayak gini buang-buang tenaga.
"Iya deh iya maaf. Besok kalo jadi gosip lo pura-pura gak kenal gue boleh kok. Kalo dipanggil HRD juga ntar tanggung jawab."
"Ya iyalah! Harus malah!"
"Yaudah jangan ngambek lagi dong. Ntar gue ngisengin siapa?"
"Isengin Sung Kyung tuh! Udah ah lepas!" tangannya berusaha melepas cengkraman cowok itu.
"Acieee tembulu ya tayangnya akuu?? Uhh gemes deh."
Muka Daniel ngeselin banget anjir.
Muka Rose memunculkan sedikit semburat merah saat Daniel melakukan hal tersebut. Dengan sekali sentakan, dia melepas genggaman cowok itu lalu berjalan cepat meninggalkannya disana.
"Gemes banget sih Se."
KAMU SEDANG MEMBACA
Flirty Photographer
Fanfiction"Jadi, apakah jatuh cinta sama rekan kerja yang notabene fotografer yang ganjen bakal jadi kesalahan kedua terbodoh gue?" - Roseanne Park "Ngomel mulu sih lo, stylist bawel!" - Kang Daniel