26

356 74 14
                                    

08.00 pm

Rose yang baru selesai mandi keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit di kepalanya dan bathrobe yang menutupi tubuhnya. Sepulang kerja tadi dia tidak langsung mandi tetapi bermain-main dulu dengan anak-anaknya, Rooney dan Peter.  Keasikan main sampai lupa waktu dan langsung mandi begitu inget mau telpon Daniel untuk menceritakan kejadian sore tadi. Yah dia nggak mau ada rahasia-rahasiaan diantara mereka, nggak sehat kalo katanya Rose mah.

Cewek itu sudah berbaring di kasurnya sambil mengutak-atik ponselnya. Nge-chat Daniel pastinya sebelum nelpon. Setelah beberapa lama menunggu nada sambung, wajah cowok itu muncul di layar ponselnya.

"Loh kamu belom pulang?" sapa cewek itu setelah melihat Daniel masih dalam balutan kemeja kerjanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Loh kamu belom pulang?" sapa cewek itu setelah melihat Daniel masih dalam balutan kemeja kerjanya.

"Udah, ini lagi dijalan pulang kok. Tadi abis meeting buat proyek baru jadi agak maleman." jawab cowok itu sambil terus berjalan.

"Ngomong-ngomong liat kamu pake baju kayak gitu formal banget ya, jadi kaya orang tua." Rose tertawa renyah menanggapi guyonannya sendiri.

"Terus kamu mau aku pake bajunya gimana dong? Yang kayak biasa waktu kita kerja di majalah dulu?" cowok itu ikut tertawa. Ya sejujurnya juga dia lebih suka style yang santai dan kantornya juga nggak masalah sih. Tapi untuk mengantisipasi kejadian rapat dadakan dengan client, seperti hari ini, dia jadi lebih memilih mengenakan pakaian formal agar lebih profesional.

"Well, what if I told that I more like you without any clothes on? " wajah Daniel langsung sedikit memerah mendengar bercandaan rada vulgar pacarnya itu.

"Kalo yang  itu nanti ya, tunggu aku udah sampe rumah. Masa mau buka-buka baju dijalan? " mereka berdua tergelak.

"By the way Niel, tadi aku ketemu Junhoe di kantor pas mau balik." wajah Daniel langsung berubah ketika mendengar nama tersebut.

"Terus? "

"Nggak ada, dia cuma ngajak ngobrol. Tadinya aku mau cuekin, tapi kasihan soalnya ya aku juga udah nggak apa-apa sih. Dia sempet minta maaf dan bilang mau ngulang semuanya dari awal sebagai temen."

'Cih temen-temen padahal masih demen. Mentang-mentang gue nggak ada mulai bertingkah, awas aja itu bocah!' Daniel mengumpat dalam hati.

"Tapi dia nggak gangguin kamu kan?" cowok itu bertanya dengan sedikit nada kesal yang ditangkap Rose.

"Nggak kok. Nah intinya, kamu nggak apa-apa nggak kalo aku balik temenan sama dia lagi? Jujur aku nerima maaf dia karena aku yakin kamu bakal ngijinin sih, dan seandainya nih ya mau segatel apapun dia sama aku, aku tetep pilih kamu kok. Dapet kamu aku berhenti cari yang lain ehe." cewek itu sedikit menggombal untuk menghilangkan ketegangan yang ditangkapnya di wajahDaniel.

Cowok itu sebenarnya mau bilang nggak. Nggak usah lah ya hubung-hubungan sama alumni, kalo misalnya dia minta reuni gimana coba? Daniel nggak mau lah kehilangan cewek itu hanya karena gagal menjaga dia yang terhalang jarak. Tapi dia juga nggak mau dianggap pacar kelewat posesif yang ngelarang-larang Rose buat baikan sama orang. Toh ada Daehwi juga yang bisa dimintai tolong sebagai mata-matanya untuk Rose, batinnya.

"Yah itu hak kamu sih, Se. Aku cuma bisa bilang baikan gapapa asal jangan balikan aja." cowok itu menjawab setelah menghela nafas berat.

"Kan aku udah punya kamu, ngapain balikan?" Rose menjawab dengan wajah sedihnya.

'Duh muka begini nih yang minta cium banget.' - Daniel.

'Daniel cemburu gemes banget sih jadi pengen cium.' - Rose.

Yah akhirnya Daniel cuma meng-iya-kan aja apa omongan Rose tadi. Dia nggak mau ribut cuma karena hal sepele, yah walaupun menurut dia juga nggak sepele-sepele amat sih. Takut di tikung cuy!

Obrolan mereka pun cuma ngalor ngidul setelah pembahasan tadi. Lebih baik cari topik lain daripada ngobrolin hal yang menyulut keributan kan? Hingga nggak terasa Daniel sampai di depan rumahnya.

"Udah sampe nih, kamu mau nungguin aku mandi apa kita ngobrol dulu lagi? " tanya cowok itu sambil duduk di depan pintu rumahnya.

"Uhm...kamu capek nggak? Sebenernya aku masih kangen, tapi kasian kamu kalo capek nanti besok ngantuk lagi pas ngantor."

" Sambung besok pagi ya sebelum kerja? Nanti aku telfon sekalian bangunin, uhm? " ujar cowok itu sambil menopang dagunya dengan tangan.

"Yaudah sampe besok ya? I love you! " Rose mencium layar ponselnya seolah dia sedang mencium Daniel.

"I love you too! " cowok itu balas mencium ponselnya. Dia memutus sambungan telepon setelah melambaikan tangan pada Rose.

"Cieee abis telponan sama pacar~~" ibu cowok itu tiba-tiba muncul dari belakang. Daniel yang sedang duduk hampir melompat dari tempat duduknya karena kaget. Ibu cowok itu sekarang duduk di samping anaknya yang masih berada didepan pintu.

"Eomma ngagetin Niel aja tau! Kalo anaknya jantungan gimana?" cowok itu bersungut.

"Ah nggak mungkin anak sehat kayak kamu tiba-tiba mati jantungan." ibunya cuma terkekeh melihat Daniel yang memasang wajah cemberut.

"Jadi gimana? Rose apa kabar? Eomma kangen nih. Kapan dia mau kesini lagi?"

"Baik eomma. Eomma aja kangen, gimana Daniel yang pacarnya nih? Mana was-was lagi, takut ditikung mantan dari masa lalu." bahu cowok itu merosot, kepalanya disandarkannya pada bahu ibunya.

"Ulu uluu~ jadi ceritanya anak eomma yang ganteng dan percaya diri ini tiba-tiba ciut nyalinya?" ibunya memeluk tubuh cowok itu sambil menepuk-nepuk punggungnya pelan.

"Aih eomma~ Daniel serius ini, kalo beneran kejadian gimana? Udah beneran sayang ini."

"Nak, eomma kasih tau, yang namanya jodoh pasti nggak kemana. Apalagi eomma yakin kalo Rose anaknya nggak bakal macem-macem. Tapi kalo kamu emang was-was gini ya nggak ada cara lain." omongan ibunya yang menggantung membuat Daniel menoleh dan menatap wajah ibunya dengan tatapan bingung.

"Lamar nak, eomma langsung setuju kok!"

Cowok itu berpikir sejenak. Omongan eomma nya tadi benar juga. Selama ini Daniel memang berencana untuk melamar cewek itu, tapi apa nggak terlalu cepat kalau baru beberapa lama pacaran langsung ngajak nikah? Daniel juga merasa dia sudah cukup mapan sih, tapi apa dia yakin? Apa Rose mau? Bagaimana dengan pekerjaannya dan pekerjaan cewek itu?

Seperti bisa membaca pikiran anaknya, ibu Daniel kembali buka suara.

"Lama tidaknya suatu hubungan nggak menjamin kebahagiaan kehidupan pernikahan Niel. Kalo kamu yakin langsung lamar, karena sistemnya jodoh sama kayak diskonan barang bagus di mall, siapa cepat dia dapat."

Daniel cuma bisa diem lagi setelah diceramahi ibunya begitu.

"Udah ah, masuk kuy? Udah malem nih nanti malah masuk angin gara-gara galau." ibunya menarik tangan cowok itu kemudian menggandengnya masuk ke dalam rumah.



Flirty PhotographerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang