4

665 107 5
                                    

Sudah hampir seminggu sejak kejadian di kafetaria yang menggemparkan kantor 14 lantai itu. Gosip dan desas-desus soal hubungan Daniel x Rose sudah menjamur di gedung itu. Lirikan dan bisik-bisik antar pegawai tak hentinya mengganggu Rose setiap kali dia lewat di dalam sana. Buruknya, dua hari lalu dia dan Daniel sampai dipanggil HRD karena kejadian tersebut.

Pertanyaan macam 'kalian pacaran?', 'gosip ciuman di kantin itu benar?', sampai 'kalian tau sanksi untuk perbuatan senonoh dikantor apa?' keluar hari itu. Rose sendiri sudah keringat dingin saat keluar dari sana. Untungnya banyak teman-temannya a.k.a geng gosip kantor yang menjadi saksi saat kejadian tersebut. Karirnya dan Daniel terselamatkan kali ini.

Saat ini Rose sedang berada di kubikelnya. Menyumpal telinga dengan headset untuk menghindari bisik-bisik tetangga dan menyibukkan diri dengan artikelnya agar tak risih dengan sekitarnya. Guanlin, anak bagian editor, sampai harus menepuk bahunya untuk memanggilnya.

"Eh sorry sorry Lin, gue gak denger." ujarnya sambil melepas headset yang menyumpal telinganya.

"Segitu risihnya ya?" Rose hanya nyengir kuda saat ditodong pertanyaan tersebut.

"Gue cuma mau tanya, artikel lo udah kelar belom? Kalo udah kasih ke gue, mau editing nih buat rapat redaksi ntar. Tinggal punya lo doang yang belom."

"Eh iya tinggal masukin foto kok. Nanti gue kasih sama lo sebelom jam 12 siang ini." Guanlin hanya mengangguk lalu keluar dari ruangan tersebut.

Bukan karena apa pekerjaannya menjadi terhalang seperti ini. Foto yang ada pada Daniel tempo hari sama sekali belum diserahkan padanya. Rose pun sungkan untuk sekedar menghubungi atau bahkan meyambangi kantor cowok itu. Takut diisengi lagi tepatnya.

Akhirnya dengan berat hati, dia membuka aplikasi chat yang ada di ponselnya kemudian mengirimi cowok itu pesan.

'Dimana lo?' tanya cewek itu. Tidak sampai satu menit cowok itu langsung membalasnya.

'Kenapa sayang? Kangen gue? Dikantor nih, sendiri aja. Samperin gue dong, rindu udah lama gak ketemu.'

Rose setengah tersipu, banyak jijiknya melihat pesan tersebut. Tanpa membalasnya, dia langsung menju kantor cowok itu di lantai atas. Saat sudah berada di depan pintu pun Rose masih mengatur nafasnya sebelum masuk.

Cewek itu mengetuk pintu ruangan tersebut dan masuk ketika sudah mendengar sahutan dari dalam sana. Daniel menoleh ketika Rose memasuki ruangannya.

"Duh romantis banget sih Se langsung nyamperin pas gue bilang rindu." muka Daniel rindu tapi minta tampol.

"Apaan sih, alay lo! Foto kemaren udah selesai belom? Gue mau nagih itu, artikel gue doang yang belom selesai."

"Udah dari kapan tau. Nih." Daniel menyodorkan sebuah flashdisk kepadanya, yang sejurus kemudian langsung ditarik lagi membuat Rose kesal.

"Cium dulu, Se." Daniel menyodorkan pipi kanannya.

"Mau gue tampol lagi?" Rose sudah mengangkat tangannya.

"Galak amat elah. Nih nih ambil nih bawa." Daniel mengambil tangan cewek itu lalu dan menyerahkannya langsung.

Cowok itu langsung membalik badannya dan kembali menatap monitor komputernya di ruangan itu. Rose segera keluar setelah menerima benda itu.

"Mampus, gue lupa itu flashdisk ada isinya!" Daniel terperanjat lalu menepuk dahinya.

***

Sampai di ruagannya, Rose langsung menyelesaikan tugasnya dan mengirimkan artikel tersebut ke Guanlin. Matanya menangkap folder bertuliskan "Niel's fav" di flashdisk cowok itu. Rasa penasaran membawa ujung kursornya ke folder tersebut.

'Banyak amat sih foldernya'

Cewek itu membatin sambil membuka-buka dua folder yang ada disana. Folder yang bertuliskan "1" adalah yang pertama dia buka. Isinya hanya foto-foto. Tunggu....fotonya? Dia menggerakkan kursor, menggeser folder itu hingga habis. Semua foto yang ada didalam sana adalah fotonya ketika ada suatu outdoor event di kantornya kapan tahu.

"Kok bisa sih muka gue semua?" Rose menggumam. Hatinya merasakan gelenyar aneh saat itu. Seperti debaran, yang hangat tentunya. Wajahnya juga ikut menghangat karena tersipu saat itu.

Tidak selesai disana, dia pun mengulik apa yang ada didalam folder dengan angka "2" itu. Apa jangan-jangan foto cewek lain? Sung Kyung, si model kemarin, misalnya? Atau bisa saja kan perempuan lain yang pernah menjadi modelnya dulu? Karena setahu Rose juga, Daniel pindah ke majalah ini karena memiliki masalah dengan salah seorang teman di kantornya yang lama. Cewek lah tentunya. Makanya dia antisipasi banget ketika Daniel mulai menggodanya. Bukan hanya takut baper, tapi takut kehilangan pekerjaan yang sudah sangat dicintainya ini.

Mata cewek itu terbelalak ketika membuka folder tersebut. Tidak usah dibuka pun dia sudah tahu apa yang dia lihat melalui preview picture yang ada di folder itu.

'Iyeewwh! Tuh cowok nyimpen bokep sebanyak ini? Diletakin di flashdisk kantor lagi. Terus disandingin sama folder yang isinya foto muka gue semua! Gila apa gimana?'

Buru-buru dia tutup folder tersebut beserta flashdisk nya pun ia lepaskan dari laptopnya. Bikin nista aja, pikirnya.

"Nggak lo copy sekalian tuh yang di folder tadi?" jantung Rose hampir melompat karena dikejutkan seperti itu. Saat ingin berteriak, mulutnya langsung dibekap oleh si pemilik suara.

"Lo sendiri yang kemaren bilang gak mau make a scene lagi kan? Bisa dong ga teriak-teriak?" ujar Daniel segera meraih flashdisknya yang ada di meja Rose.

"Lo tuh ya Niel kenapa sih kek setan nongolnya tiba-tiba mulu? Udah kayak stalker aja, creepy tau gak! Atau jangan-jangan lo beneran psycho ya? God, mana lo juga nyimpen foto gue sebanyak itu sampingan sama folder hina." Rose memasang ekspresi ngeri diwajahnya.

Bukan tiba-tiba Daniel muncul disini. Dia sudah berada sejak tadi, berdiri sambil bersandar di sekat kubikel Rose. Begitu sadar apa isi benda itu, sebenarnya ia ingin segera mengejar Rose dan memintanya. Tapi apa daya nasi sudah menjadi bubur, lebih baik ditambah ayam sama bawang goreng sekalian kan? Daniel juga penasaran sebenarnya akan seperti apa reaksi cewek itu ketika melihat isi flashdisk nya. Dan terbukti sekarang rasa penasarannya terjawabkan.

"Whoaa asal cablak aja lo! Kebeneran aja kemaren gue abis download terus gue umpetin di situ biar ga diobrak-abrik, eh elo nya kelewat kepo. Lagian jangan ge'er karena foto lo di folder favorit gue, kan lo emang favorit gue sayang." jari lentiknya mentoel dagu cewek itu.

"Dih gak sudi gue ada satu folder sama bokep-bokep lo. Sana pegi lo hush hush." cewek itu mendorongnya dengan gesture mengusir.

"Halah bilang aja lo suka. FYI nih ya, gue letakin di satu folder biar gampang kalo butuh bahan. Hahahaha..." Daniel segera berlari ke pintu keluar setelah membisikkan hal itu di depan wajah Rose yang sudah merona saat ini.

"DANIEL!!!"

***

Di belahan bumi lain, masih di Korea Selatan.

Seorang lelaki berambut hitam dengan mata tajam tengah menatap nanar ke arah laptopnya. Laman e-mail yang sedari tadi dibuka hanya ditatap kosong saja. Sudah seminggu mungkin sejak terakhir kali dia mengirimi perempuan itu surat lewat sini, tapi tetap saja tak ada tanggapan. Ini lebih parah daripada mengirim lamaran pekerjaan. Setidaknya jika ditolak pun masih ada tanggapan yang jelas tentang penolakannya. Tapi ini?

Cowok itu menghembuskan nafas berat, tanda dia sedang frustasi saat ini.

"Kamu masih marah sama aku apa gimana, Se?" gumamnya memecah keheningan.

Flirty PhotographerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang