23

450 72 2
                                    

Besok adalah hari keberangkatan Daniel ke Busan. Hari ini sampai besok Rose sudah mengajukan izin pada kantornya untuk libur dua hari karena mau membantu cowok itu berbenah rumah. Yah sekalian quality time gitu ya sama Daniel sebelum berpisah lama sama cowok itu.

Sejak pagi dia sudah bertandang ke apartemen cowok itu untuk membantunya mengepak barang yang akan dibawa dan membereskan apartemennya karena bakal ditinggal lama. Mereka berbagi tugas. Kalau Daniel mengepak barang, Rose yang beres-beres agar semua pekerjaannya cepat selesai. Mendekati tengah hari, mereka istirahat sejenak dan menunggu makan siang mereka datang. Iya, mereka delivery aja. Kata Daniel nggak kuat lagi kalo mau masak abis kerja rodi begini mah.

Sekarang mereka lagi duduk-duduk santai di ruang tengah sambil menunggu makanannya datang. Rose duduk memangku kepala cowok itu yang sedang berbaring selonjoran di sofa. Cewek itu asyik menonton televisi sampai nggak sadar kalau Daniel sejak tadi memandangi wajahnya. Tangan cowok itu tiba-tiba mengambil salah satu tangan Rose dan mendekapnya di dadanya.

"Kenapa?" Rose mengalihkan fokusnya ke cowok itu sekarang.

"Kamu nggak sedih kita mau pisah?" Tangan Daniel sekarang mengusap-usap tangan Rose yang ada dalam dekapannya.

"Kalo aku bilang sedih nanti kamu nggak jadi berangkat lagi." Cewek itu terkekeh pelan.

'Sedih, Niel, sedih banget malah.' batinnya nggak bisa bohong.

"Aku serius tanya, Se. Aku berat banget rasanya ninggalin kamu sekarang." Cowok itu menatapnya serius.

"Nggak apa Niel, nanti kamu juga terbiasa kok. Rindu pasti ada tapi bukannya itu yang jadi indahnya long distance relationship, kan?" Hmm ini Rose rasa Dilan. Rindu itu berat, biar aku saja - Rose, 1990. Ngga ding.

"Seandainya nih Se, tapi jangan sampe kejadian deh, kalau kita jauh apa perasaan kita bakal makin jauh juga? Aku pasti nggak bakal jauh, cuma aku takut kamu bakal lama kelamaan bakal lupa sama aku. Mana mantan kamu juga disini, aku nggak bisa jagain kamu."

"Oh jadi mulai nggak percaya sama aku nih? Emang kamu juga bisa jamin kamu nggak bakal gatel ke cewek lain trus ena-ena sama mereka kalo aku nggak ada?" Cewek itu menarik tangannya dan berdiri tiba-tiba karena perkataan Daniel tersebut. Sejujurnya dia juga risau. Dia nggak yakin dengan cowok itu dan perasaannya sendiri. Bohong kalau nggak ada yang berubah setelah ini. Keadaannya dengan Junhoe dulu sudah cukup menjadi contoh pengalaman buruk dan gagalnya long distance relationship.

"Aw! Sakit, Se!" Daniel terguling ke lantai karena perlakuan cewek itu tadi.

Rose meninggalkannya ke dapur untuk mengambil minum. Setelah mengisi penuh gelasnya, cewek itu nggak kembali ke ruang tengah. Dia malah duduk di ruang makan, tangannya masih menggenggam gelas tanpa meminumnya. Pernyataan dan pertanyaan Daniel tadi benar-benar mengusik pikirannya. Bukan dia tidak percaya pada cowok itu, tapi segala hal bisa saja terjadi kan sewaktu-waktu? Banyak contohnya hubungan gagal karena jarak.

Dirasa nggak balik-balik, cowok itu menyusul Rose ke dapur. Dia mendapati cewek itu tengah duduk lesu ambil melamun didepan gelasnya.

 Dia mendapati cewek itu tengah duduk lesu ambil melamun didepan gelasnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Flirty PhotographerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang