PART 29 : The truth

104 11 0
                                    

Ada dua detik Arshalla menatap Radit, kemudian dahinya mengernyit. Tidak mengerti dengan perilaku Radit saat ini. Arshalla melambaikan tangan di hadapan muka Radit. "Dit,"

Radit tersenyum, "I love you..."

Seketika seluruh tubuh Arshalla menegang seolah tersetrum dengan kekuatan listrik beribu-ribu volt. Ia membeku untuk sesaat. Sesaat kemudian Arshalla tambah membeku—sudah membatu mungkin, saat Radit melanjutkan kalimatnya.

"Will you be my girlfriend?"

Sungguh Arshalla merasa bingung dengan kejadian saat ini. Tangannya mendingin selaras dengan degup jantungnya yang kian menambah temponya. Kenapa Radit tiba-tiba,

"Will you be my girlfriend... Veronica?"

Tepat saat Radit selesai mengucapkan kalimatnya, Arshalla menghembuskan napas lega. Sedangkan Radit terbahak melihat reaksi cewek di hadapannya itu.

"Hahaha, sumpah reaksi lo bikin gue ngakak Shall!" Ungkap Radit sambil terus tertawa.

"Kamu aneh sih! Bikin bingung aja, lagi serius ngerjain soal eh malah." Sanggah Arshalla tidak melanjutkan kalimatnya sambil memutar bola matanya

Radit menarik napas untuk menghentikan tawanya. "Ya lo nya sih, ngerjain soal seriusnya kebangetan sampai nggak nyadar kalau gue masih ada di hadapan lo. Ya udah deh, sekali-kali gue ngerjain lo kan? Sumpah, tadi muka lo kayak yang kaget banget gitu. "

Arshalla mendengus kesal karena merasa telah dikerjai, tetapi ia merasa lega karena kalimat yang dilontarkan Radit bukan sungguhan untuknya. "Dit, nanti lagi kalau mau latihan nembak orang ajak kompromi dulu orang yang mau dijadiin kelinci percobaannya. " Tutur Arshalla sambil tertawa.

"Maksud lo?"

"Ya kasih tahu dulu, nanti kan aku bisa akting gitu. Nanti aku bisa senyum-senyum atau matanya berbinar. Biar feelnya kayak yang beneran , haha. Nggak kayak tadi." Arshalla tertawa memikirkan usul gilanya.

Radit diam sebentar, "Iya juga ya. Nanti kalau gue pas nembak Veronica beneran, nggak mungkin gue ketawa kayak tadi kan ya?"

Arshalla tertawa mendengar tanggapan Radit. "Ya ampun, Dit. Serius banget nanggapinnya."

"Ehh, bukan gitu. Tapi bener juga kata lo, gue harus latihan dulu buat nembak Veronica. Oke deh kita ulang ya? Gue ngomong kayak tadi lagi, terus lo pura-pura seneng gitu ya?" Usul Radit.

Arshalla mengernyitkan dahinya. "Nanti senengnya gimana ya?"

"Ya ngomong apa gitu."

"Oke, oke. One, two, three, and action!" Sahut Arshalla memulai aktingnya.

Radit membenarkan posisi duduknya dan menatap Arshalla serius membayangkan bahwa yang di hadapannya saat ini adalah Veronica. Sedangkan Arshalla sedang susah payah menahan tawanya agar tidak meledak. Sungguh ekspresi Radit saat ini terlampau serius.

"Ver, hm. Aku...."

Arshalla terus berusaha untuk menahan tawanya, sampai-sampai dia menahan napasnya.

"Veronica, hm aku hm.."

"Cut, cut!" Sahut Arshalla.

"Kenapa sih?" Tanya Radit kebingungaan karena aksinya dihentikan.

Arshalla tersenyum. "Boleh usul nggak? Tapi jangan marah ya.''

"Iya, apa?"

Arshalla tertawa sebelum menjawab. "Hm nya jangan kebanyakan Dit. Takutnya nanti Veronica mikir gini, ni cowok kenapa sih? Dari tadi ngomongnya ham hem ham hem. Jadi kurangin kata hm nya. Oke?"

Radit mengangguk setuju, "Oke, oke saran yang bagus. Gue ulang ya?" Arshalla mengangguk mempersilakan.

"Veronica, sejak pertama aku ketemu kamu aku ngerasa ada yang beda. Gimana ya, aku kalau ngelihat kamu suka pengin terus ngelihatin, kamu cantik sih. Terus kamu juga baik, pernah nolongin aku pas aku pingsan. Sejak saat itu aku sadar kalau kamu emang cewek yang baik banget. Udah baik, cantik lagi. Terus aku juga seneng banget pas kamu follback instagram aku, tahu nggak aku sampai loncat-loncat di kasur terus dimarahin mami katanya jangan loncat-loncat nanti takut jat-"

"Cut, cut!" Sahut Arshalla.

Radit mendengus kesal. "Kenapa lagi?"

Arshalla terkekeh melihat kefrustasian Radit. "Dit, kamu mau nembak orang atau mau curhat sih? Prolognya kepanjangan, nggak bisa to the point aja?"

"Eh iya ya, kenapa nggak to the point aja? Oke deh ulang lagi ya!" Arshalla mengangguk.

Radit menarik napasnya panjang, lalu menghembuskannya perlahan. Kemudian menatap cewek di hadapannya dan tersenyum. "I love you Veronica, will you be my girlfriend?"

Setelah selesai mengucapkan kalimat itu, terdengarlah suara tepuk tangan yang bersumber dari tangan Arshalla. "Bagus, Dit. Udah gitu aja, simple but sweet."

Mendengar pujian dari Arshalla, bukan senyum berterimakasih yang Radit tampilkan tetapi, malah muka yang ditekuk yang terpampang.

Menyadari ekspresi Radit yang salah, Arshalla tersenyum. "Kenapa Dit?"

Radit mendengus kesal. "Masa orang ditembak malah tepuk tangan sih? Katanya pas gue nembak, lo akting deh."

Arshalla tertawa menyadari itu. "Oke deh, ulangi lagi nanti aku bakalan akting bahagia! One, two, three, and action!"

Radit memulai kembali aksinya, kali ini dengan lebih serius. "I love you Veronica, will you be my girlfriend?"

"Oh my God. Aku seneng banget. Aku bahagia, i'm very happy! Yeay!" Kata Arshalla dengan nada yang datar.

Radit tertawa melihat akting Arshalla yang jelas sangat dibuat-buat itu. "Shall, ya ampun nggak gitu juga kali haha. Veronica nggak selebay itu!"

"Ya terus harus gima-"

Tingtong, tingtong, tingtong.

"Yah, udah bel masuk Dit. nanti lagi deh latihannya ya. Atau cari cewek lain yang pinter akting bahagia kalau lagi ditembak." Usul Arshalla.

Radit tertawa. "Ada-ada aja deh, mendingan langsung gue tembak aja Veronicanya. Iya nggak?"

"Hehe, iya juga sih."

"Ya udah deh kita ke kelas sekarang yuk!" Ajak Radit.

Arshalla mengangguk lantas mengambil buku-bukunya yang masih berada di atas meja. Lalu terdiam sebentar.

"Kenapa?" Tanya Radit.

Arshalla tersenyum jahil, "Dit, ingat nggak tadi kamu ngomong apa aja?"

"Ingat lah tadi kan gue latihan nembak Veronica."

Arshalla menggelengkan kepalanya sambil terus mempertahankan senyumnya. "Bukan itu, tadi kan kita batle ngerjain soal. Katanya siapa yang cepat, dia dapat traktiran minum."

Radit mengangkat sebelah alisnya. "Terus?"

"Tadi yang pertama selesai ngerjain soal kan aku, berarti aku dapat traktrian minum dong?" Tanya Arshalla dengan antusias.

"Nggak bisa gitu dong! Bahkan gue belum ker-"

"Kamu yang bikin peraturan loh!" Sindir Arshalla.

Radit menghela napas kasar. "Iya deh, iya. Ambil gih minuman apa aja, nanti gue bayar."

"Yeay! Makasih ya!" Sahut Arshalla kegirangan, lantas berjalan dengan cepat untuk mengambil minuman di lemari pendingin. Sedangkan Radit mengikuti Arshalla mengambil satu minuman serupa kemudian membayarnya.

Setelah membayar minuman tersebut, Radit dan Arshalla bergegas untuk kembali ke kelas.

-TBC-

10 September 2017

What do you think about this part?

Ada yang udah baper di part sebelumnya? Wkwk.

Hope you like it guys, see you :)

Senyumin Aja! [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang