PART 49 : Pergi

151 9 2
                                    

Ramein komen ya! Siap?

Happy reading!

"Bego, bego, bego!"

Berulang kali Radit merapalkan sumpah serapah pada dirinya sendiri. Segudang rasa penyesalan menghinggapi cowok yang baru resmi dinyatakan sebagai alumni di sekolahnya itu tadi malam. Entahlah, kali ini perasaannya sedang kacau. Kali ini ia tidak bisa berpikir dengan benar, sejak ia pulang dari pesta perpisahan itu ia mencoba untuk berpikir namun hasilnya tetap sama, pikirannya malah mengingatkannya pada segudang penyesalan yang menyesakkan.

Jangan ditanya lagi apa yang Radit sesalkan, semua itu hanya mengarah pada satu objek saja. Arshalla.

Ia tahu, yang menyebabkan rasa sesak yang ia rasakan adalah dirinya sendiri. Beberapa hari lalu tepatnya sejak Radit mendapatkan maaf dari Juna dengan cara yang konyol itu, Radit memutuskan untuk sedikit menghindar dari Arshalla.

Jangan pikir kalau Arshalla diam saja menerima perlakuan cuek bebek dari Radit. Jujur saja, dicuekkin itu nggak enak! Begitu pikir Arshalla pada saat itu. Berulang kali gadis itu meminta maaf dan menanyakan penyebab sikap cuek Radit padanya, namun lagi dan lagi Radit memilih untuk diam, mengangkat bahu, lalu pergi begitu saja. What do you mean?

Ego si cowok terlalu tinggi untuk sekadar bertegur sapa dengan si cewek pada saat itu. Itu adalah salah satu hal yang Radit sesali saat ini. Tetapi sikapnya ini bukan tanpa alasan, ia hanya...

BRAK!

Suara pintu yang dibuka secara tiba-tiba itu tentu saja mengejutkan si penghuni kamar yang sedang galau itu. Argh! Menambah tingkat kekesalannya saja. Berbeda dengan Radit, si pelaku malah menampilkan cengiran tak berdosanya.

"Ngapain Lo ke sini?" tanya Radit dengan nada yang kesal.

Dengan tidak sopannya si pembuka pintu gradak-gruduk itu duduk di sebelah Radit sambil cengengesan.

"Gue Cuma mau pastiin aja kalau Lo nggak melakukan hal yang aneh-aneh-"

Radit membelalakkan matanya. "Maksud lo?"

Niken, tamu tak diundang itu malah terkekeh. "Gue tahu, lo lagi galau nih pasti!"

"Siapa bilang?"

Niken mengembuskan napasnya kasar. "Nggak usah ngelak lo! Tadi gue ketemu tante Rena, katanya anak kesayangannya pulang-pulang dari pesta langsung ngurung diri di kamar, tadi pagi juga lo nggak mau sarapan. Lebay banget lo!" tuturnya dengan santai.

Radit terdiam. Semua yang diucapkan Niken itu memang benar. Tingkahnya sejak pulang dari pesta perpisahan itu sangat kekanakan. Bahkan sampai siang begini, ia belum beranjak dari tempat tidurnya. Ia berpisah dengan tempat tidurnya hanya ketika mandi tadi pagi dan beribadah saja. Oh iya, Radit juga sempat ke rumah Arshalla tadi pagi, selebihnya hari ini dia menjadi penghuni setia kasurnya.

"Heh, malah bengong lagi!" sahut Niken untuk mengembalikan Radit ke dunia nyata.

Sahutan Niken memang berhasil menyadarkan Radit, namun tatapan Radit masih kosong melompong.

"Gue bego banget ya, Nik?" tanya Radit, masih dengan tatapan kosongnya.

Niken terkekeh mendengar pengakuan cowok di sebelahnya itu. "Lo nya juga sih, pake jual mahal segala menghindar dari Arshalla. Tahu nggak lo, Arshall sampai berulang kali tanya ke gue cara supaya lo nggak marah lagi. Gue sampai nggak habis pikir, apa sih yang ada dalam benak lo?"

"Nggak tahu, saat itu gue kalut, nggak bisa mikir!" jawab Radit tak acuh.

Niken tersenyum. "Sekarang lo udah bisa mikir?"

Senyumin Aja! [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang