PART 18 : Sebut saja hari libur

161 13 0
                                    


Part ini special untuk  yang katanya lebih suka baca pake sudut pandangnya Arshalla. Wkwk.

Oke deh, happy reading untuk semua!!!

Arshalla's POV

Tok, tok, tok.

Suara pintu membangunkanku dari tidur sesi kedua setelah salat subuh. Kukerjapkan mataku yang masih sedikit buram, lalu mendongak untuk melihat jam. Pukul 08.05 a.m. Yaps, seperti yang aku bilang bahwa hari ini adalah hari libur. Ralat, hari belajar di rumah. Tapi kayaknya aku bakalan istirahat aja deh.

Tok, tok, tok.

Bunda kebiasaan nih, suka bangunin aku dari tidur sesi kedua.

Kuangkat tubuhku hingga menjadi posisi terduduk. "Iya bentar, bun." Teriakku pagi itu.

Aku beranjak dari tempat tidur dan segera melangkahkan kaki menuju pintu. Kubuka perlahan pegangan pintu.

"Lama banget sih bukain pintunya!"

Betapa kagetnya aku saat mendapati Radit sedang berdiri di depan pintu. Untung aku sudah memakai kerudung, kalau tidak sudah dipastikan aku bakal kerepotan.

"Ada apa?" tanyaku malas.

"Bangun, udah siang!" tutur Radit.

Aku menegakkan tubuhku, "Nggak liat ya aku udah bangun?"

Radit memutar bola matanya, "Iya, tapi pasti abis ini mau tidur lagi ya kan?" Tanya Radit sambil menyeringai.

Aku mendengus kesal. Mau aku tidur lagi kek, mau aku koprol di kasur, makan di toilet, atau apapun itu, bukan urusan Radit. Kenapa dia repot-repot bangunin aku kayak gini?

"Iya, itu tau. Ngapain masih di sini? Aku mau tidur lagi!" Dengan cepat kututup kembali pintu, tapi Radit menahannya.

"Gue disuruh tante Nina bangunin lo buat sarapan! Ayah lo juga udah ada di meja makan! Cepet turun!" Titah Radit.

What? Radit memerintah di rumahku sendiri! Kurang menyebalkan gimana coba?

"Oh ya udah." Kataku singkat, lalu melangkahkan kaki menuju meja makan tanpa menghiraukan Radit yang masih setia berdiri di tempatnya.

"Cewek aneh!" Gumam Radit, tapi masih dapat didengar olehku. Lalu dia mengikutiku menuju meja makan.

Kulihat di meja makan telah tersedia berbagai macam hidangan sarapan. Dan, hei! Ada nasi goreng favoritku di sana. Tak sia-sia aku bangun sepagi ini di hari libur, ya sebut saja hari ini hari libur karena tidak datang ke sekolah. Aku pernah bilang kan di saat hari libur begini biasanya aku tidur lagi setelah salat subuh, dan bangun pukul 10.00 a.m paling pagi.

Tapi hari ini berbeda. Bukan bunda yang membangunkanku, tapi Radit. Dengan lagaknya yang seperti tuan rumah, menyuruhku bangun dengan nada bicara yang menyebalkan.

"Arshall, tolong bawain apel di kulkas!" Teriak bunda yang masih sibuk di dapur.

Akupun langsung bergerak melaksanakan perintah bunda. Kuhampiri bunda dengan sekantung apel di tangan kananku. Bunda melirikku sekilas.

"Kamu potong apelnya, terus taruh di piring itu ya Shall!" Titah bunda sambil menunjuk piring saji berwarna merah.

Aku mengangguk, "Oke." Segera kuambil pisau dan langsung memotong apel-apel berwarna hijau itu, cocok sekali ditaruh di piring yang bunda rekomendasi.

Saat aku memotong apel yang terakhir bunda menoleh padaku, "Ayo Shall, kita sarapan! Bawa ke meja ya apelnya!"

"Oke nanti aku nyusul, bunda duluan aja ke meja makan." Kataku sambil meyelesaikan potongan apel yang terakhir.

Senyumin Aja! [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang