PART 30 : Shut Up!

113 9 0
                                    

"Shall, dari tadi diam terus. Kenapa sih?" Tanya Alda sambil membereskan bukunya, padahal masih ada Ibu Fatma setia duduk di kursinya.

Arshalla menggelengkan kepalanya sembari menyunggingkan senyum. Lantas menelungkupkan kepalanya di atas meja dengan tangan terlipat. Bohong, jika Arshalla bilang ia baik-baik saja. Sejak istirahat tadi ia sudah merasa sedikit pusing akibat tidak makan apapun selama istirahat ditambah dengan minum minuman dingin di kala lambungnya belum terisi makanan dari pagi tadi. Ia tidak sarapan.

Tadi pagi ayahnya pergi ke kantor pagi sekali dikarenakan akan ada meeting penting dengan rekan kerjanya. Arshalla jadi ikut-ikutan berangkat pagi karena ingin diantar oleh ayahnya. Dan ayahnya sama sekali tidak menyadari bahwa Arshalla belum sarapan sebab ketergesaannya. Sebenarnya bisa saja Arshalla naik angkutan umum, tetapi jujur saja Arshalla sedikit parno kalau naik angkutan umum pagi-pagi. Selain akan penuh sesak, itu juga bisa memakan waktu. Ia takut kesiangan. Jadilah tadi pagi ia hanya meminum segelas susu putih.

Sebenarnya bundanya sudah menyiapkan bekal makanan untuk Arshalla di atas meja makan namun karena terburu-buru mungkin Arshalla lupa memasukkannya ke dalam tas. Dan sekarang Arshalla menyesali kecerobohannya itu sambil menunggu bel pulang berbunyi.

"Baik anak-anak, pelajaran hari ini dicukupkan sekian. Sampai ketemu di pertemuan berikutnya." Berbarengan dengan kalimat penutup itu Arshalla mengangkat kepalanya dan memasukkan buku ke dalam tas lantas menyampirkannya pada pundaknya.

"Shall, aku pulang duluan ya. Ryan udah nunggu. See you!" Pamit Alda.

"Iya, hati-hati." Jawab Arshalla sambil tersenyum lemah.

Arshalla beranjak dari duduknya dan mulai melangkah keluar kelas dengan tertunduk. Tetapi langkahnya terhenti ketika kaki seseorang berhenti di hadapannya. Lalu Arshalla melangkahkan kakinya ke kanan untuk mencari jalan lain namun kaki tadi juga mengikuti pergerakan Arshalla. Arshalla mendengus kesal lantas mendongakkan kepalanya untuk melihat siapa penghalang jalan ini.

"Ya ampun Shall, muka lo pucat banget. Sakit ya?"

Pertanyaan itu dijawab Arshalla dengan gelengan kepala dan senyuman tipis. Lalu menggerakkan kakinya untuk segera melangkah, namun langkahnya kembali terhenti ketika penghalang tadi malah mengikutinya.

"Kenapa sih?" Tanya orang itu.

Arshalla tersenyum, "Aku nggak pa-pa, Dit."

"Bohong banget! Muka lo pucat gitu bilangnya nggak pa-pa. Lo dijemput?"

"Naik angkot."

"Mending bareng gue aja. Nanti gue dijemput sopir."

Arshalla menggelengkan kepalanya, "Nggak usah Radit. Makasih."

Radit berdecak sebal. "Jangan nolak! Nanti gimana kalo lo pingsan di angkot. Kan ribet?

Arshalla malah terkekeh mendengar kekhawatiran Radit. "Nggak pa-pa. Yang ribet kan aku."

"Gue maksa nih!"

"Tap-"

"Nggak usah ngomong apa-apa lagi, ngomong makasihnya nanti aja ya!" Sela Radit sambil membuka sebuah pesan masuk.

"Tuh Shall, sopir gue baru berangkat. Kita tunggu dulu di depan. Lo kuat jalan kan?" Tanya Radit dengan tatapan meneliti.

Arshalla terkekeh. "I said that I'm fine."

Radit mengerlingkan matanya. "Ya terserah deh. Tapi shall, lo jangan sering-sering bohong kalo lo baik-baik aja! Dosa loh!" Ungkap Radit sambil berjalan beriringan dengan Arshalla.

Senyumin Aja! [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang