PART 22 : Traktiran

108 8 3
                                    

"Maaf aku agak telat, guys!" Cicit Arshalla dengan napas yang terengah-engah. Lantas duduk di salah-satu dari dua kursi yang masih kosong. Food court di kantin sekolah ini memang dirancang untuk duduk berempat dalam satu meja. Kalau mau lebih dari 4 orang berarti harus menyatukan mejanya dulu agar cukup.

"Dari mana aja sih? Dari tadi kami nunggu di sini kelaparan tahu nggak?" Curhat Alda sambil mengerucutkan bibirnya.

Arshalla menghela napasnya, "Tadi kan aku udah minta maaf, lagian kalau mau makan duluan juga aku nggak bakalan keberatan kok." Ujar Arshalla sambil tersenyum.

Alda mendelikkan matanya, "Tapi kan nggak enak kalau misalnya kami makan duluan sedangkan yang mau traktirnya belum datang. Iya nggak Yan?" Kata Alda sambil menatap Ryan.

"Oh jadi kali ini Arshalla yang bakalan trak-"

"Sorry guys! Tadi gue dari-" Radit menghembuskan napasnya pelan lantas tersenyum. "Gue seneng banget pokoknya, tadi-"

"Udah nanti aja ceritanya, kita udah lapar nih!" Ucap Alda mengajak teman-temannya untuk segera makan.

Empat piring nasi goreng dan empat gelas es teh manis yang kini sudah tidak dingin lagi telah tersedia di hadapan mereka sejak tadi namun, baru sekarang 4 paket hidangan tersebut menyita perhatian mereka.

Tanpa aba-aba mereka langsung menyantap hidangan masing-masing dengan lahap, setelah berdoa terlebih dahulu tentunya.

Arshalla menyelesaikan makan paling pertama, disusul oleh Ryan, kemudian Alda. Sedangkan Radit masih mengunyah makanannya sambil senyum-senyum.

"Dit, cepat habiskan makanannya! Lima belas menit lagi bel masuk bunyi." Pekik Alda yang mulai gemas dengan tingkah Radit.

"Ya elah, iya, iya gue habisin nih!" Jawab Radit sambil mempercepat frekuensi kunyahannya.

Mereka bertiga memperhatikan Radit yang sedang makan dengan kecepatan tidak biasa. Ada hal yang berbeda dari Radit hari ini, dia selalu tersenyum tanpa alasan, bahkan saat mengunyah makanan pun ia tersenyum dengan tatapan menerawang. Sampai akhirnya makanan di piring Radit tak bersisa pun senyuman di bibirnya tidak luntur.

"Eh Shall, ada acara apa nih kamu sampai traktir kita? Anive juga ya kayak aku sama my sweet Alda?" Ryan membuka suara.

Arshalla mengernyitkan dahi. "Anive apaan?"

"Anive sama Radit, kalian pacaran kan?"

"ENGGAK!" Sahut Arshalla dan Radit bersamaan lantas mereka berpandangan karena bingung.

Ryan mengangkat alisnya, "Kalian nggak pacaran?" tanya Ryan sabil menunjuk Arshalla dan Radit bergantian.

Tawa Arshalla pecah seketika karena mendengar pertanyaan Ryan. "Hahaha. Enggak lah, aku traktir kalian atas permintaan dari Alda sebagai wujud maaf aku karena kemarin pas Alda nge-chat aku buat ngajak hangout aku balasnya lama. So, Apa boleh buat? Aku harus traktir kalian biar dapat maaf dari Alda." Arshalla tersenyum menutup penuturannya.

"Aku kira kalian pacaran, apa lagi pas aku lihat postingan Radit di instagram. Kalian cocok banget loh padahal!" Ujar Ryan masih belum percaya dengan kenyataan.

Arshalla mengerutkan dahi. "Emangnya Radit posting apaan?" Tanya Arshalla.

Ryan mengeluarkan benda kotak pipih, lantas mengutak-atiknya. "Nih." Ucap Ryan sambil menunjukkan sebuah postingan dari akun instagram Radit.

Foto itu menampilkan sepasang remaja yang sedang tersenyum ke arah kamera, dengan caption 'Foto bareng si cewek minim ekspresi.' Yang tertulis di bawahnya. Foto itu mendapatkan 756 likes dan 15 komentar yang mengungkapkan kekaguman pada sosok Radit yang keren, ada juga yang mengungkapkan rasa iri pada cewek di sebelah Radit yang tak lain adalah Arshalla.

"Kok captionnya-" Arshalla hendak memprotes.

"Terserah gue dong!" Sela Radit dengan cepat sambil tersenyum penuh kemenangan.

"Padahal mereka cocok ya sweet?"

"Iya, eh tapi dari tadi Radit sunyum-senyum terus. Ada apa sih, Dit?" Tanya Alda menyelidik dengan tatapan menggoda.

Radit menghela napas pelan, lalu tersenyum. "Gue dapat ID linenya Veronica! Seneng banget gue! Gue suka sama dia." Ungkap Radit dengan antusias.

"Veronica yang nolongin kamu pas pingsan itu?" Tanya Arshalla memastikan.

Radit mengangguk dengan cepat dengan senyum yang masih terlukis di bibirnya. "Gue lagi mikirin caranya PDKT sama dia."

"Tapi setahu aku, Veronica kan udah punya pacar." Tutur Arshalla dengan polos.

Raut wajah Radit berubah 180 derajat menjadi datar. "Lo jangan bikin gue hopeless dong Shall! Maksudnya apaan? Hah?" Ucap Radit dengan sarkastik.

"Ya aku cuma kasih tahu-"

"Gue kira lo bakal jadi teman yang selalu dukung gue Shall, ternyata," Radit menggantungkan kalimatnya sambil menggelengkan kepala. "LO ANEH SHALL!" Bentak Radit sambil menggebrak meja hingga menimbulkan bunyi yang cukup keras lalu beranjak dari tempat duduknya dan berbalik hendak untuk menjauh dari kumpulan itu.

Tetapi kemudian Radit membalikkan tubuhnya menghadap Arshalla. Refleks Arshalla mendongak untuk melihat Radit, "Makasih, buat acara traktiran yang nggak jelas ini!" Sahut Radit dengan pandangan datar yang terus mengunci pandangan Arshalla dan menekankan kalimat terakhir.

Setelah mengucapkan kalimat itu Radit langsung pergi sambil mendelikkan matanya pada Arshalla.

"MOODBREAKER!" Sahut Radit setelah melangkah beberapa meter dari meja tadi.

Arshalla yang masih diam berusaha mencerna apa yang barusan terjadi. Ini sungguh di luar dugaannya. Ia mengernyitkan dahi, lalu memejamkan mata. Menarik napas dalam-dalam, lantas menghembuskannya pelan. Lalu membuka matanya perlahan, kemudian tersenyum. Seperti biasa, ia selalu melakukan hal tersebut saat sesuatu dalam dirinya terluka.

"Shall," Ucap Alda sambil menatap Arshalla dengan tatapan 'Are you ok?'.

"Aku nggak pa-pa kok." kata Arshalla sambil tersenyum meyakinkan.

"Ya udah Shall nggak usah pikirin kata-kata Radit, kalau cowok marah paling bentaran doang kok nanti juga biasa lagi." Kata Ryan menenangkan.

"Lagian akunya juga nggak pa-pa Ryan." Jawab Arshalla sambil tersenyum.

"Bagus kalau gitu. BTW, thank's ya traktirannya!" Sahut Ryan. "Ya udah kalau gitu kita ke kelas yuk. Aku duluan ya. Sweet nanti kita pulang bareng!" Lanjutnya.

"Siap pak bos!" Sahut Alda dengan antusias. Lalu pandangannya kemmbali lagi menatap Arshalla. "Shall, benaran nggak pa-pa kan?" Tanya Alda sekali lagi.

Arshalla tersenyum, "Seriusan aku nggak pa-pa Alda. Cie ada yang khawatir nih ya!" Tutur Arshalla dengan tatapan menggoda berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Idih siapa juga yang khawatir? Ge-er! Ya udah yuk ke kelas!" Jawab Alda dibarengi dengan tawa sambil merangkul sahabatnya itu lalu berjalan menuju kelas.

Nggak pa-pa.

Dua kata tersebut sungguh tidak menggambarkan keadaan Arshalla saat ini yang sebenarnya. Dua kata tersebut hanya bagian dari kamuflase Arshalla selain tersenyum untuk menyembunyikan keadaan sebenarnya. Luka. Ya, Arshalla ingin menyembunyikan itu.

Dua keadaan yang Arshalla takutkan. Pertama, Arshalla takut disakiti. Jelas, siapa yang ingin disakiti? Kedua, Arshalla takut menyakiti orang lain. Arshalla selalu lebih waspada dengan ketakutan yang kedua ini. Jika ia disakiti, maka hanya satu pihak saja yang merasa sakit yaitu dirinya sendiri. Ia menganggap itu bukan masalah. Tetapi kalau menyakiti, akan ada dua pihak yang tersakiti, yaitu pihak yang disakitinya dan dirinya sendiri.

Jadi, mana mungkin Arshalla baik-baik saja saat ia merasa menyakiti seseorang. Walaupun pada kenyataannya dia tidak bersalah, saat ia belum mendapatkan maaf dari pihak bersangkutan, Arshalla belum bisa mengatakan kalimat 'nggak pa-pa' itu secara jujur.

-TBC-

6 Agustus 2017

Pas Radit marah dapat feelnya nggak?

See you:)

Senyumin Aja! [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang