PART 47 : Bukan Siapa-siapa

122 9 0
                                    

"Woi, Dit! Gue nggak akan biarin gitu aja semua yang lo lakukan ke gue waktu di pesta!" sahut Juna dengan penuh amarah.

Kaget, jelas itu yang Radit rasakan saat ini. Bagaimana tidak? Untuk pertama kalinya, sahabatnya sendiri berteriak marah padanya. Padahal sebelumnya Juna dikenal sebagai anak yang kalem dan tidak pernah meninggikan suaranya ketika beribicara. Pagi ini Juna telah berhasil menjadi mood breaker bagi Radit.

Untuk meredam amarahnya, Radit tersenyum. "Bro, santai dong! Omongin baik-baik bisa, kan?" bujuk Radit.

Kedua alis Juna terangkat, kemudian ia berdecih. "Apa lo bilang? Omongin baik-baik? Eh! Ngaca dong! Lo tegur gue juga dengan cara yang nggak baik-baik!" elak Juna.

Radit terdiam. Ia akui kalau caranya menegur Juna kemarin itu sangatlah tidak elegan. Tetapi hal itu ia lakukan karena sudah menganggap juna sebagai saudaranya sendiri. Dan Radit tidak akan membiarkan jika saudaranya melakukan hal yang tidak benar.

"Kenapa lo diam, hah?" Pertanyaan Juna membuyarkan pikiran Radit. Juna menyeringai membuat Radit semakin heran. Karena hal seperti itu, Juna jadi berubah. Ke mana perginya Juna yang kalem dan bersahabat?

Juna bergerak untuk duduk supaya sejajar dengan Radit. Sejak tadi mereka mengobrol dengan Radit yang mendongak dan Juna yang menunduk. Pegal juga leher Juna, mengobrol dengan cara seperti ini. Tangan Juna bergerak untuk mengusap wajahnya kasar.

***

Arshalla, gadis itu berjalan dengan semangat di koridor yang cukup ramai. Ia yakini orang-orang yang sedang hilir mudik ini adalah calon-calon penghuni kantin. Di tangannya terdapat dua buah kotak makan dengan warna yang berbeda, yang satu berwarna oranye dan yang satu lagi berwarna cokelat. Ia berencana untuk memberikan kotak makan yang berwarna cokelat pada Radit untuk disantap bersama, karena ini sedang jam istirahat.

Arshalla terus berjalan dengan semangat walaupun harus menaiki anak tangga. Langkahnya terhenti ketika ia sudah berada di depan kelasnya Radit. Terlihat hanya ada beberapa orang yang mengisi kelas pada saat itu. sudah dipastikan sisanya sedang berada di kantin untuk mengantri membeli makanan.

"Assalamu'alaikum," sahut Arshalla.

Semua anak yang tadinya sibuk dengan urusan masing-masing sontak mendongakkan kepalanya untuk melihat siapa yang datang. "Wa'alaikumsalam." Mereka refleks menjawab.

"Ada apa?" tanya seorang cewek yang tersenyum dengan ramah.

Arshalla membalas senyumnya. "Mau ke Radit, ada?"

Cewek itu celingukkan untuk mencari seseorang yang ingin ditemui Arshalla. "Oh!" ia refleks menyahut ketika matanya menangkap Radit yang sedang menelungkupkan kepalanya di atas lipatan tangan. Kemudian cewek itu mengalihkan pandangannya kembali pada Arshalla.

"Bentar ya, gue bangunkan dulu Raditnya," katanya.

"Nggak usah deh, titip ini aja ya." Arshalla menyodorkan kotak makan berwarna cokelat itu.

Tangan cewek itu terulur untuk menolak, kemudian tersenyum. "Nggak pa-pa, biar gue bangunkan aja Raditnya. Udah lama juga dia ngebo. "Cewek itu terkekeh kemudian melenggang pergi untuk membangunkan Radit.

Arshalla menghela napasnya, kemudian memutuskan untuk duduk di bangku panjang yang ada di depan kelas tersebut. Tidak lama kemudian, Radit sudah duduk di sebelahnya. Arshalla sontak saja terkejut.

"Ngagetin aja kamu!"

Radit menyunggingkan senyum tipis. "Ngapain ke sini?"

Arshalla mengernyitkan dahinya. "Oh jadi nggak boleh nih?"

Senyumin Aja! [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang