16

1.3K 118 0
                                    

"Terimakasih mba, jika bukan karena bantuan mba mungkin saya tidak bisa berada disini"
Ucap seorang wanita pada Tania, Tania menanggapinya hanya dengan senyuman

"Sama-sama, ini adalah tugas saya jadi wajar jika saya bisa membantu mu"

Wanita itu terus saja berucap terimakasih atas kemenangan kasusnya. Sampai diluar pengadilah mereka berpisah dan wanita itu pamit lebih dahulu.

Tania melihat punggung klienna menjauh, akhirnya ia bisa membela wanita lemah sepertinya. Ketika Tania akan melangkahkan kakinya tiba-tiba ada yang mencekal tangannya dari belakang

"Wanita sialan! Kau tidak pantas disebut pengacara.. mengapa kau membela wanita jalang itu! Kau membuat suamiku mendekam didalam sana"

Tania dengan santai menanggapi ocehan wanita di depannya ini sambil menjatuhkan tangan yang mencekal lengannya.

"Suami mba pantas mendapatkannya, ia berlaku kurang ajar pada klien saya"

-PLAK

Satu tamparan mulus di pipi kanan Tania
"Kau! Tidak bisakan kau lihat bahwa wanita jalang itu sudah menjilatnya.. pengacara macam apa kau yang tidak bisa membela kebenaran"
Ucap wanita itu berapi-api

"Maaf mba sebelumnya, ini masih di kawasan hukum dan ini di depan umum bisa kan menjaga etitude-nya"
Ucap Tania selembut mungkin, ia tau kondisi dimana ia berada sekarang dan ia tidak ingin membuat keributan

"Heh! Ku bicara etitude kepadaku sedangkan kau sendiri-

"Wah.. memang cinta membutakan segalanya"

Tania dan wanita itu reflek menengok ke sumber suara, lelaki itu datang menengahi tania dia tersenyum sinis pada wanita di hadapan tania dan berdiri tepat dihadapan tania.

"Sepertinya kau tidak mengikuti jalannya persidangan? Atau kau mentulikan semuanya?" Tanya Danial sarkaktis

"Siapa kau? Jangan ikut campur!"

"Aku tunangannya"

Tania tertegun mendengar jawaban Danial, apa-apaan orang ini. Danial dan wanita itu terus beradu mulut sedangkan Tania mentulikan diri dan berkelabut dengan pikirannya.

Mau apa orang ini? Mengapa dia ada disini? Bagaimana aku menghadapinya? Apa aku harus bilang bahwa ibunya sudah menceritakan..tidak apa yang aku pikirkan.

Hingga sebuah tangan yang memegang pipi kanannya membuat Tania tersadar dan menatap Danial lekat

"Apa sesakit itu sampai kau mengabaikanku?" Tanya Danial sambil menatap Tania intens

"Hah..?"
Sepertinya Tania memang belum benar-benar sadar dari pikirannya.

MASTER SUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang