35

1.4K 76 3
                                    

"Sini, gantian denganku.."
Danial mengambil Azka dari pangkuan Tania. Azka yang mulanya berontak mulai tenang kembali setelah melihat siapa yang mengendongnya.

Seperti rencana semula mereka kini berada disebuah kafe yang menyediakan Animal House. Azka sedang memberikan makanan pada kelinci di gendongan Danial.

"Aku sempat kaget waktu kau menghubungiku hanya untuk menanyakan kita kesini atau enggak"
Tania menatap Danial, memang ia cukup berani kala itu. Tidak pernah sekalipun Tania menghubungi Danial jika bukan urusan pekerjaannya.

"Emm.. aku hanya penasaran saja bagaimana kafenya"
Danial terlihat sedikit tersenyum mendengar jawaban Tania.
"Dan ternyata???" Tanya Danial

"Tidak terlalu buruk"
Danial hanya tersenyum menanggapinya. Ia sangat senang bisa kembali pergi keluar bersama Tania, yah.. meski harus sambil menjaga Azka.

"Danial, kita makan sekarang?"
Pertanyaan Tania membuat Danial sedikit terkejut, pasalnya sebelum kemari Danial sudah memberi makan Azka. Dan Azka tidak akan pernah membiarkan Danial makan dengan tenang jika ia merasa tidak lapar.

"Ah.. kau saja duluan nanti aku menyusul" ucapnya menyesal

"Kenapa begitu? Aku tidak akan makan sendiri"

Tiba-tiba seorang pelayan Kafe tersebut menghampiri mereka, "Tuan dan nyonya jika berkenan biarkan saya yang menjaga anaknya. Tuan dan nyonya bisa menyantap hidangan yang telah kami persiapkan" ucapnya ramah

"Tidak perlu, kami tidak ingin merepotkan dan akupun belum terlalu lapar" jawab Tania seramah mungkin

"Tidak perlu sungkan, karena memang tugas kami bisa sambil mengasuh anak itu konsekuensi dari membuka kafe ini" tutur pelayan itu.

Danial yang melihat kesungkanan Tania merasa resah, ia tahu Tania mungkin belum sarapan. Dan ia tahu tidak baik mempercayakan anak kepada orang yang tidak ia kenal. Tapi, mengingat ia pelayan di kafe ini yang mungkin tidak akan berbuat nekat dan merasa Tania sudah kelaparan. Danial memutuskan,

"Baiklah mbak, jaga anak kami dengan baik yaa.. kami tidak akan lama. Maaf merepotkan"
Danial memberikan Azka kepangkuan pelayan itu dengan tatapan tak percaya dari Tania
Kemudian ia menarik Tania menuju meja terdekat dan memesan makanan.

•••

"Danial, kau tidak terlalu gegabah?" Makanan didalam mulut Tania belum hilang, tapi ia kembali menanyakan hal yang sama. Tentang kecerobohan Danial yang seenaknya menitipkan Azka.

"Habiskan dulu makananmu, dan kita sudah membahas ini sebelum makanan sampai Tania"

Tania, kembali mengambil sendokan terakhirnya kemudian mengambil air minum dan membereskan piring dihadapannya mendorongnya sedikit lebih jauh agar ia bisa menaikkan lengannya.

Tania menatap Danial, "ini bukan perkara selesai membahas dan belum selesai Danial, tapi sikapmu ini cukup ceroboh. Banyak hal yang akan terjadi jika kamu tidak berhati-hati. Penyesalan tidak pernah datang diawal Danial."

Danial tertawa renyah,"kau semakin cantik jika terus mengomel seperti ini"

Wajah Tania memanas, bukan saatnya untuk bersemu Tania. Kemudian Tania mencoba mengontrol kembali mimik wajahnya yang masih saja ditertawakan Danial.

"Ekhm, Danial aku tidak ingin kau melakukan hal seperti tadi. Kau tahukan dampaknya sendiri seperti apa!" Ujarnya serius.

"Aku sudah memikirkan danpaknya Tania jadi tenang saja, dia juga pelayan disini jadi tidak masalah" jawab Danial santai

Tania menatap tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar "Kau..."

"Kau memang ibu Azka yang terbaik" ucapnya memotong perkataan Tania sambil mengangkat dua jempol tangannya.

Tania terdiam, "siapa ibu siapa??" Tanyanya memastikan

"Kau.ibu Azka yang terbaik"

Jawaban santai Danial membuat bulu kuduk Tania meremang, pikirannya kosong. Apa maksudnya? Sejak kapan ia melahirkan seorang anak? Sejak kapan Azka itu anaknya? Dan terlebih lagi apa maksudnya??

"Kau terlihat lucu Tania"
Danial kembali tersenyum sambil menatap Tania yang terdiam dihadapannya.

"Sejak kapan? Aku... ibunya azka" suara Tania melemah seiring dengan pikirannya yang mulai kosong.

"Sejak kapan?? Memangnya harus ada mulainya?"

Tania menatap Danial dengan serius, pria dihadapannya ini malah semakin gencar menggodanya.

"Danial.."
Tiba-tiba saja Danial menarik lengannya yang sedikit terlipat lalu meluruskannya dan menggenggam telapak tangannya. Yang tentusaja mendapatkan pelototan Tania yang terkejut.

"Apa harus dimulai sekarang? Atau setelah ijab kabul?"
Danial tersenyum menatap manik Tania lurus, mata Tania bergetar pikirannya berkecambuk. Apa maksudnya ini?? Dan bagaimana ia harus bersikap? Apa ini lamaran? Atau hanya guyonan??

"Tania?" Danial mengelus tangan di genggamannya sambil menatap cemas wanita dihadapannya.

"Ini.. maksudnya.. apa? Lamaran?"

Pertanyaan Tania yang sangat hati-hati dan berjeda ini membuat rasa cemas Danial hilang. Ia kembali tertawa renyah yang membuat Tania menatap heran kearahnya.

"Apa aku harus membeli dulu cincin dan bunga? Sama balon mungkin?"

"Untuk?"

"Menjadikanmu Ibu Azka sesungguhnya, meskipun yaa.. sekarangpun kau adalah ibu terbaik Azka"

Tania mencerna kembali perkataan Danial. Ini Tania yang bodoh, atau ia terlalu percaya diri atau Danial yang absurd. Tania masih belum memahaminya.
Danial yang melihat keterkejutan Tania tersenyum, kemudian ia menggeser tempat duduknya dan ia mencondongkan dirinya mendekati Tania.

Dan Danial mengecup bibir Tania singkat sambil terseyum, "Maukan menjadi ibunya Azka?"

•••

Selesai

Terimakasih banyak teman-teman yang udah nungguin cerita Tania sampe selesai. Zara minta maaf seeebesar-besarnya jika tidak sesuai ekspektasi kalian.

Salam Love 💕💕

Terimakasih banyaakk semuanyaa 😘😘😘😘😘😘

MASTER SUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang