27

1.1K 101 0
                                    

"Pengacara mana yang mengusulkan Mediasi untuk kliennya" cibir Danial.

"Saya"jawab Tania acuh.

Saat ini mereka baru saja keluar dari persidangan banding yang diajukan oleh rivalnya Danial. Tania yang sudah muak dengan segalanya mengajukan Mediasi kepada Hakim. Aksinya ini mendapat sorotan dari orang-orang yang mengikuti sidang.

Dan usulnya inipun disambut baik oleh Hakim, tapi tidak dengan klien dan rivalnya. Mereka menganggap ini mustahil.

"Kau tau, itu sangat tidak mungkin! Bagaimana jika terjadi hal yang lebih buruk selama Mediasi dilakukan?"

Tania memutar bola matanya jengah, kemudian menghentikan langkahnya dan menatap kliennya itu.

"Dengar, selama Mediasi bapak hanya harus bicara jujur. Apa adanya. Dari awal memang ini sudah salah. Bapak mengaku saja bersalah dan meminta maaf maka sidang berikutnya masalah ini selesai dan tidak akan ada yang tahu bagaimana masalah ini diselesaikan yang akan tahu hanya bapak, pak Nicolas dan juga Hakim. Bukankah itu terdengar lebih baik dari pada bapak membuang-buang waktu datang kemari dan disambut dengan Media? Ingat pak, lawan bapak itu santapan media!" Tuturnya penuh penekanan.

○○○

Tania menatap pintu yang sudah hampir dua jam tertutup rapat, seharusnya Mediasi tidak perlu selama ini. Apa terjadi sesuatu yang buruk didalam? Bagaimanapun ia akan merasa bersalah jika cara ini gagal.

Ketika pintu itu terbuka, Tania mulai tegang, ia membenarkan posisi duduknya kemudian menatap sosok yang akan keluar melalui pintu itu.

Tania menghela napas gusar ketika yang keluar adalah orang yang memakai jubah hitam, bukan orang yang ia nantikan. Tania semakin merasa resah. Kenapa kliennya belum juga keluar. Ia kembali duduk sigap tapi setelah hampir menunggu 10 menit, pintu itu tak kunjung terbuka.

Tania membenamkan wajahnya dikedua telapak tangannya. Seharusnya ia tak melakukan ini.

"Kau kenapa? Merasa bersalah?"

Tania mengangkat wajahnya, melihat orang yang ada didepannya dengan perasaan lega dan cemas.

"Kau baik-baik saja? Tidak terjadi hal buruk kan?"
Tania memeriksa seluruh tubuh Danial dengan cekatan. Ia takut terjadi hal buruk. Karena tidak sedikit ketika penggugat dan saksi di diamkan dalam satu ruangan yang sama tanpa ada orang ketiga akan terjadi perkelahian. Paling ringan yaa.. cakar-cakaran.

Danial tersenyum, kemudian memegang pundak Tania membawanya agar menatapnya. Meyakinkan wanita itu bahwa ia baik-baik saja.

Tania terlihat lega dan senyuman muncul di wajah cantiknya.

"Apa yang terjadi?" Tanyanya penasaran.

"Aku ceritakan semuanya, dan seperti apa yang kamu bilang aku juga minta maaf"

"Dia tidak marah? Tidak pengen nonjok kamu gitu?"

Danial tertawa renyah mendengar pertanyaan Tania. Kemudian ia merangkul Tania membawanya mendekat kearahnya.

"Kenapa mesti dia yang marah? Aku yang seharusnya marah bukan? Aku korbannya!"

"Bukankah kamu yang membuat gara-gara hingga jadi seperti ini? Kenapa jadi korban?"

Danial kembali tersenyum renyah, kemudian menjawil hidung Tania gemas.

"Karena akan selalu ada alasan dibalik semua tindakan"

●●●
Terimakasih untuk yang selalu setia dan support zara 😙

Terimakasih banyak atas bintang dan penantian nungguin zara up *buat yang nunggu😂

Yang mau kasih masukan dan saran zara tunggu komentarnya yaa 😙

Love you 😙😙😙

MASTER SUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang