03

2.2K 175 1
                                    

FIRMA HUKUM "BERSAMA"

Bangunan bertingkat 5 ini sudah biasa dihiasi dengan banyaknya orang yang berlalu lalang masuk dan keluar.

Berbagai orang datang kemari setiap harinya, ada saja yang membuat ramai. Mulai dari kasus ringan, sangat ringan, dan paling ringan sudah terlalu lumrah. Untuk kasus berat, tidak perlu diragukan karena terlalu banyak.

Danial dan Tama melangkah diantara hiruk pikuk keramaian, menembus orang-orang yang entah sedang mengerumuni apa. Mereka terus berjalan dan berhenti tepat disebuah ruangan yang mereka tuju.

Tama mengetuk pintu di depannya

Tok.. tok.. tok

Terdengar suara dari dalam yang menyuruhnya masuk, Tama pun masuk di ikuti dengan Danial di belakangnya.

"Oh.. pak Tama, mari silahkan duduk" ucap Pak Adimas

Tama dan Danial pun duduk di depan kursi pak Adimas

"Maaf sebelumnya, karena saya tidak bisa mengatasi masalah bapak langsung. Tapi saya telah menyuruh rekan saya untuk menanganinya. Bapak tenang saja, ia orangnya jujur dan kompeten" tutur pak Adimas

"Saya tak butuh orang jujur" ucap Danial santai

"Eh.. maaf pak jangan dengarkan dia, jadi dimana kami bisa bertemu dengan rekan bapak itu?" Tanya Tama hati-hati

"Sebentar saya panggilkan"

Pak Adimas kembali berbalik ke mejanya, menelpon seseorang.

Tama yang kesal dengan sikap Danial menatapnya tajam

"Dengar, kau jangan bicara apapun biar aku saja yang selesaikan semuanya"

Danial hanya mengangguk, tersenyum kecut menanggapi ocehan Tama yang selalu saja sama mulai dari pertama kali keluar dari apartemen Danial.

Tak berselang lama terdengar suara ketukan, pak Adimas mempersilahkan orang tersebut masuk.

Seorang wanita dengan baju kasual, jas hitam dan celana katun terlihat sangat berwibawa tak lupa dengan paras cantiknya. Berjalan menghampiri mereka

Ketika pandangan wanita itu bertemu dengan kedua kliennya ia menghentikan langkahnya, menatap menyelidik kemudian kembali berjalan menghampiri ketiga orang yang sedari tadi menantinya.

"Perkenalkan ini Tania rekan saya yang akan membantu pak Tama" ucap Adimas

Tama mengulurkan tangannya, Tania menatap uluran tangan Tama memangdangnya lama higga akhirnya ia menerima uluran tangan itu, disusul dengan uluran tangan Danial yang langsung disambut dengan Tania.

Jika aku tau kliennya orang ini, aku tak menerimanya meskipun Fitri menangis darah dan pak Adimas memecatku. Ucap Tania dalam hati

MASTER SUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang