Pada cinta sendiri, luka adalah teman paling nyata. Bahagia? Masihkah kamu percaya?
-w-
Kalaupun pada akhirnya, aku yang harus selesai pada kisah bertiga yang kita punya, menjauhlah, enyahlah! Jangan menegur, sebab aku tengah hancur setelah aku memilih mundur. Bukan aku menarik diri. Hanya saja, setelah apa-apa yang kita lalui, ku sadari bahwa berada di tengah, aku tetaplah salah.
Setelah ini, ku lepaskan kamu sepenuhnya. Biar kisah kemarin hari menjadi ceritaku sendiri. Aku tidak baik-baik saja, kamu pun tahu. Tapi, bisa apa? Jika tawamu ada bersamanya, haruskah aku menahanmu agar di sini saja? Haruskah aku menjadi egois agar hatiku tidak teriris, sementara perempuanmu di sana tengah menahan tangis?
Aku tidak sejahat itu. Tapi, bisakah kamu dan perempuanmu memahami bahwa hadirku bukan salahku seorang diri? Mengapa, bahkan setelah aku terluka sendiri, aku masih menjadi yang salah karena singgahku pada kisah yang ku pikir hanya dari dua arah?
19 September 2017
Jangan membuka hati bila akhirnya aku yang harus pergi. Berganti, tidak secepat yang kamu pikir. Hanya itu yang perlu kamu tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jatuh
Poetry[CERITA TIDAK DIPRIVATE] Ketidakadilan pun terkadang mematikan. Bukan tentang seberapa banyak pengorbanan yang sudah dilakukan, tetapi tentang bagaimana caranya bersikap saat harap dalam hidup lenyap dalam sekejap. Bukan tentang seberapa banyak luka...