Jatuh

1. Untuk Perempuan yang Masih Terkurung dalam Kenangan

Sebagai si penunggu, tetap memilih mencintai adalah satu-satunya cara agar hati tidak patah lebih dini, walau kenyataan sudah jelas menunjukkan bahwa kita bukan sebagai yang diinginkan.

-w-

Pada ketiadaanmu yang membuatku kesepian, Aku masih belum ingin beranjak dari kesendirian. Pada sisa kenangan yang masih melekat pada ingatan, Aku masih berharap ada pertemuan yang telah direncanakan oleh Tuhan. Pada setiap lengkung bibir yang tertarik keatas, Aku masih berharap bahwa cerita kita belumlah tuntas.

Biarkan aku seperti ini dulu, berharap pada kamu yang telah lama berlalu. Izinkan aku seperti ini dulu, memasang sabar untuk setiap jarak yang semakin melebar.

Jangan paksa aku untuk berhenti. Usahaku sudah sejauh ini. Sakit hatiku sudah sedalam ini. Barangkali, merasa sakit sekali lagi bisa membuatmu kembali. Jangan paksa aku untuk menepi. Penantianku sudah selama ini. Pengorbananku sudah sebanyak ini. Barangkali, menunggu lebih lama lagi akan membuatmu menoleh kepadaku lagi.

Tapi nyatanya aku salah besar, pada penantian yang kuharap akan membuat kita menyatu, aku malah mengudara bersama puing-puing ingatan yang telah kau masalalukan. Pada setiap pengorbanan yang aku lakukan, aku malah menjadi yang pelan-pelan terlupakan.

Lalu aku mulai ragu dengan apa yang tengah kulakukan. Berfikir bahwa nyatanya, setiap aku mecoba membangun harapan, kamu sudah bersiap menghancurkan dengan tamparan yang paling menyakitkan, dan aku benar-benar ragu dengan apa yang masih kupertahankan. Bahwa setiap kali aku mencoba mengatur temu, kamu malah asik bersama duniamu yang tanpa aku.

Untuk yang terakhir kali kuminta padamu, biar kutitipkan hatiku lebih lama lagi, sampai aku benar-benar yakin bahwa tanpamu aku masih bisa berdiri. Tak perlu disakiti lagi, aku sudah selangkah lagi melepaskanmu. Dan setelah kuambil hatiku nanti, jangan datang padaku meski itu hanya lewat mimpi.

[Revisi]
Kota K, 19 November 2017