26. Pain

576 30 0
                                    

Pada titik yang sebelumnya, masih ku yakini bahwa adil itu ada.
Tapi pada satu langkah lebih yang ku paksa untuk tidak menyerah, aku mengerti, bahwa pemahaman yang aku beri malah menjadi nyeri untuk luka yang belum sembuh sempurna.

-w-

Pada awalnya, kamu datang sebagai yang paling mengerti.
Meyakinkanku bahwa aku tidak sendiri.
Meyakinkanku bahwa kamu turut merasa sakit atas apa yang melukaiku.
Namun, lambat namun pasti, kamu menjelma sebagai sosok angkuh yang bisa membuatku jatuh pada titik yang kamu yakini sebagai paling rapuh.
Pelan dan pasti, kamu menjadi sosok egois yang membuat lukaku semakin teriris.
Berdiri dengan mata tertutup, kamu membiarkanku menghadapi segalanya sendirian.
Aku tidak menyalahkanmu sebab turut menaruh luka. Pun, aku tidak mempermasalahkanmu yang memilih menjadi egois.
Sebab hidup dengan masalah, aku paham bahwa setiap orang punya titik egoisnya masing-masing.
Bahwa setiap orang terkadang perlu menjadi egois untuk mengais bahagia yang tersedia.
Bukan untuk menyakiti, tapi untuk menopang kaki agar bisa terus berdiri.
Terimakasih pernah menjadi yang selalu ada. Mendengar setiap keluh dan menguatkan ketika jatuh.
Terimakasih untuk membuatku mengerti bahwa hidup adalah tentang sepi dan sendiri.

Pada keputusasaan yang mematikan, ingat Dia yang selalu menemanimu, satu-satunya yang tidak akan pernah meninggalkanmu.

Kdl, 13 Agustus 2017

***
Terimakasih untuk 2k++ readers. Terimakasih telah menemani saya setiap kali saya terluka. 🌹

See u when I see u

Wdy🍁

JatuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang