chapter 4 - aura familiar

349 23 0
                                    

Bandung, 23 juni 2017

pagi itu sinar mentari menerobos tirai kamar niki yang masih terlelap cantik di ranjang tidurnya.

"nikiiiiiiii." teriak seseorang dari balik pintu kamar niki.

pintupun terbuka tampak riska dengan rambut ikalnya yang sudah tambah panjang sepinggang, riska sudah siap dengan setelan baju olahraganya dan langsung menghambur ke ranjang niki seolah itu adalah rumahnya sendiri.

"ki bangun ki, eeh malu ama matahari masa jam segini belum bangun siih." omel riska sambil menggoyang-goyangkan tubuh niki di bawah selimut.

niki yang sudah hapal dengan suara cempreng itu langsung mengerang kesal
"ka, jam berapa ini? aduuh aku masih ngantuk tauuuu." erang niki dengan suara yg parau.

"sekarang?" riska melirik jam tangannya "jam setengah 6, ayo kita lari di depan komplek, hari minggu tuh waktunya olahraga bukannya malas malasan."

"aduuuh kenapa ga ajak kak doni aja siih ka." gumam niki dengan mata masih terpejam.

"ga mau aku lagi ngambek sama dia."

"kalian lagi berantem lagi?"

"ho'oh."

"udah deh kalian mending cepet nikah, jangan pacaran lama lama, bosen liat kalian berantem cuma karena masalah gaje."

"hehe kalo kita nikah, entar gimana sama kamu ki? aku ga tega ninggalin kamu nikah. kecuali kalo kamu udah nemuin cinta sejati kamu, baru deh aku bisa tenang." riska tertawa senang.

"kok kezel yah?" -_-

"hahaha." riska tertawa dengan puas "bercanda pau bercanda." ujar riska "ayoo atuh ki, kita jogging aku males jogging sendirian." pinta riska dengan wajah memelas lalu kembali mengguncang-guncangkan badan niki.

"mata aku masih sepet gini ka, kamu ini, ganggu rencana tidur aku sampai siang tau ngga"

"iiiih dasar JUHE, tidurnya nanti dilanjut siang aja, masa anak perawan jaman now pemalas gini siih, meski sekarang libur kerja, kita harus tetep sehat." cerocos riska.

niki yang masih memejamkan matanya lalu bangun terdiam sesaat untuk mengumpulkan nyawanya.

"entar siang aku traktir baso bercucu deh."  tawar riska sambil beranjak turun dari kasur.

"baso beranak kali. ahh dasar." timpal niki.

"hahaha siapa tau nanti bakal ada ki." sahut riska cekikikan.

"aku tunggu di bawah, mau icip icip masakan bunda kamu dulu. hehehe 5 menit lagi kamu harus udah siap pokoknya, BYE." ujar riska sambil ngacir keluar kamar.

"dasar, NENEK CEREWET." teriak niki dengan wajah bantalnya.

well riska memang sudah bukan oranglain lagi di keluarga niki, makanya dia menganggap rumah niki seperti  rumahnya sendiri, begitupun dengan kedua orangtua niki yang sudah sangat dekat dengan riska.

***

15 menit kemudian niki dan riska sudah berada di taman depan komplek yg rimbun dengan pohon dan tanaman bunga yg di tata sedemikian rupa, taman itu cukup luas hingga menjadi tempat favorite bagi warga komplek di sekitarnya.

entah itu hari biasa atau hari minggu taman itu tak pernah sepi pengunjung baik untuk sekedar duduk-duduk di bangku sepanjang taman dan sebagai tempat persinggahan setelah berkeliling komplek.

"ahh besok mulai kerja lagi.. hari senin memang selalu menyebalkan." gumam riska sambil sedang melakukan pemanasan meregangkan otot-ototnya.

niki hanya duduk terdiam sambil mendengarkan musik dihandfree yang di pakai di sebelah telinganya.

"ki lagi mikirin apa sih? bengong terus dari tadi."

"ngga mikirin apa-apa kok."

"beneran?"

niki hanya mengangguk.

tiba tiba raut wajah riska menjadi serius
"kamu tau ga ki, ada sesuatu yang mengganjal di pikiran aku tiap liat kamu."

"apa?"

"aku ga pernah liat wajah ceria kamu lagi, setelah lulus SMA 4 tahun yang lalu."

"ngomong apa sih ka, maksud kamu aku berubah?" niki mengerutkan kening

"ng, gimana buat jelasinnya, terkadang kamu tersenyum dan tertawa, tapi hal yang aku rasain senyum sama tawa kamu kosong dan hambar,"

DEGG niki merasa tau arah pembicaraan riska akan kemana.

"ngga seperti masa SMA, masa dimana aku melihat kamu sangat berwarna, niki yang aku kenal meski pendiam dan kadang pemalu, tapi sangat ceria dan penuh semangat." lanjut riska

"ppftttt.. hahaha lebay kamu ka.." kata niki menahan tawa.

"yeeeee.. aku lagi bicara serius ini ki, dengerin dulu." bentak riska

"oke aku diem." niki mematikan musik di HP nya. dan kembali fokus pada riska.

"ki, please aku pengen liat kamu bahagia sama kaya dulu. kejadian itu udah 4 tahun yang lalu ki, akupun sampai sekarang ngerti perasaan kamu, tapi apa ini ngga terlalu lama buat move on dari masalalu?"

niki tersenyum getir. "apaan sih ka, siapa yang bilang aku masih belum bisa move on dari masa lalu."

riska terdiam sesaat. "kalo gitu buka hati kamu buat dia, yang nunggu kamu."

"kita lanjut lari yuk." kata niki mengalihkan pembicaraan lalu beranjak jalan.

riska menghela nafas panjang. lalu mengikuti niki dari belakang dan mensejajarkan Langkahnya dengan niki di samping.

merekapun berlari lari kecil sambil menghirup udara segar pagi yang sangat cerah itu.

setelah beberapa menit mereka berlari tiba-tiba.

BRUUKK bahu niki bertubrukan dengan seseorang sampai niki hampir terjatuh tapi seseorang yg menubruknya dengan cekatan langsung memegang lengan niki dan menariknya.

"sorry sorry aku ga sengaja." ucap cowok itu setelah melepaskan lengan niki.

niki yang shock sesaat langsung tersadar
"eh ngga sorry aku yang ngelamun tadi," kata niki melihat cowok yang menubruknya tadi,

"kamu gapapa kan? ada yg sakit" tanya cowok bermasker itu memastikan.

"iya aku gapapa kok."

riska yang baru sadar niki tidak ada di sampingnya, langsung berlari menghampiri niki ke belakang.

"kalo gitu aku duluan yah.. sorry sekali lagi."

"iya gapapa kok." ketika mata mereka bertemu untuk beberapa detik niki mematung sesaat.

cowok itupun pamit melangkah pergi ke berlainan arah.

"ki kenapa? kamu jatuh tadi, kenapa ga panggil aku?"

"....."

"hey kii. kenapa kaya yg shock gitu? cowok tadi siapa?" sembur riska mulai khawatir ketika melihat sahabatnya ini mematung dengan tatapan kosong.

"Nikiiiiiii.." teriak riska membuyarkan lamunan niki "elaah malah bengong, cowok tdi siapa ki?"

"hah?oh tadi dia ga sengaja nubruk aku."

"ada yang sakit ngga?"

"ngga kok aku ga kenapa-kenapa."

"yaudah yuk lanjut lagi, makanya jangan jauh jauh dari aku, kamu udah kaya anak kucing yang nyasar kalo jauh dari aku." riska menarik lengan niki ke depan,

niki menengok lagi ke belakang melihat punggung cowok berjaket hitam itu yg semakin menjauh,

niki memang tidak bisa melihat wajah cowok itu karena dari mulut sampai hidung ditutupi masker hijau, tapi ketika mata mereka bertemu untuk sesaat niku merasakan aura yang sangat ia kenal, aura familiar, aura yg membuat aliran darahnya berdesir lembut,

tapi siapa dia? kenapa ia memiliki aura yang sangat familiar bagi niki, apakah niki mengenal orang asing itu? atau mungkin cuma perasaannya saja.

***

Message love [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang