chapter 14 - kecewa

214 15 0
                                    

setelah seminggu hujan  mengguyur kota Bandung dengan derasnya, niki kembali terbaring sakit, niki memang tidak pernah bisa bersahabat dengan dinginnya cuaca hujan.

sudah 3 hari niki tidak sekolah karena demam yang masih belum turun juga.
riska kemarin sempat menjenguk niki sepulang sekolah, dan menyampaikan salam dari gian dan rian.

niki juga mendapat sms dari gian yang berbunyi "semoga cepat sembuh niki." singkat padat dan jelas, padahal niki berharap lebih dari hanya sekedar ucapan.
niki berharap gian menjenguknya.

TOK.. TOK.. TOK..
bunda membuka pintu niki,
"sayang, ada temen kamu nih mau jenguk kamu," ujar bunda sambil mempersilakan masuk seseorang yang masih berada diluar itu.

niki yang tengah berbaring, mencoba bangun, hatinya berdegup baru saja ia memikirkan gian ternyata menjadi kenyataan juga.

"hay ki." sapa seseorang ketika masuk kedalam kamar niki, tapi ternyata seseorang niki bukanlah gian, tapi itu adalah rian sambil menenteng sekeranjang buah parcel.

"hay ian." niki mencoba tersenyum menutupi rasa kecewanya.

*****

saat itu adalah jam istirahat, niki, riska, sudah kembali dari kantin, dan segera duduk dikelas. ya.. niki sudah kembali sekolah hari ini.

"kenapa wajah kamu pucat gitu ki, kamu masih sakit?" riska tampak khawati karena  niki tampak lemas tidak seperti biasanya.

niki menggeleng pelan "aku udah sehat kok ka, aku cuma lagi mikir, perasaanku aja, atau emang akhir-akhir ini gian jadi dingin padaku." ucap niki dengan lirih, semenjak niki masuk sekolah gian tak seperti gian yang biasanya. tak lagi menyapa niki, bahkan untuk mengobrol hanya seadanya saja.

"masa sih?" riska mengerutkan kening.

niki mengangguk lesu, tak lama kemudian rian dan gian masuk kedalam kelas.

niki dan riska langsung terdiam, gian melihat kearah niki sesaat lalu memalingkan wajahnya kearah lain.

"gi, udah ngerjain PR fisika?" tanya niki ketika gian sudah duduk dikursinya.

"udah kok." jawabnya tanpa melihat niki kebelakang.

"oh," niki mengurungkan niatnya untuk bertanya lebih lanjut, ketika melihat respon gian yang seperti itu.

"kenapa emangnya?"  gian menoleh kebelakang.

"engga jadi." ucap niki dengan dingin lalu segera berdiri keluar bangku

"ka, aku ke toilet bentar."

"ng? oke, mau aku temenin?" tawar riska.

"gapapa aku sendiri aja." jawab niki sambil berjalan meninggalkan kelas.
ketika sampai dikoridor kelas, niki memegang dadanya, hatinya terasa ngilu melihat gian dingin padanya seperti ini.

*****

hari terus berlalu hingga ujian kenaikan kelas berlangsung. niki semakin jarang bertemu dengan gian karena berbeda ruang ujian, karena berurutan sesuai alfabeth bercampur dari semua kelas 1,2,3.

niki lebih sering bertemu dengan rian karena masih satu ruangan, dan sesekali mengobrol di perpustakaan untuk diskusi soal. entah kebetulan atau tidak tapi niki merasa gian memang seolah menghindarinya.

niki dan gian yang biasanya pulang sekolah bareng, sekarang bahkan untuk melihat gian tampak susah bagi niki.
'kenapa jadi seperti ini.' keluh niki ketika ia seorang diri didalam perpus, lalu menenggelamkan wajahnya kedalam buku.

*****

seminggu berlalu ujian kenaikan kelas akhirnya berakhir, hari itu adalah hari minggu. hari dimana semua siswa tengah istirahat dari pikirannya yang terus berkutat dengan soal seminggu ini.

Triiing..
Hp niki bergetar ketika ia tengah asyik membaca novel diatas tempat tidurnya.
niki meraih Hp nya, dan melihat SMS dari gian.

'gian?'

"ki, bisa temenin aku ke pameran buku sore ini? jam 4 sore aku tunggu ditaman komplek yah."

jantung niki kembali berdebar. senyumnya kembali tersungging dari bibirnya.

*****

niki kembali melihat penampilannya didepan cermin, sore itu ia memakai kaos putih lengan pendek dibalut cardigan panjang, dan celana jeans berwarna biru muda, rambutnya diikat tinggi keatas, tak lupa ia menyisir poni kesayangannya.
niki juga hanya memakai bedak tipis dan lipbalm berwarna agar wajahnya tidak terlalu pucat.

ketika matanya melirik jam, tepat jam 4, niki segera bergegas keluar rumah, setelah berpamitan pada bunda kalo ia akan pergi kepameran buku bersama gian.

disepanjang jalan menuju taman, jantung niki berdegup tak karuan, ini adalah pertama kalinya gian mengajaknya jalan kepameran buku. niki tampak sangat senang sampai rasanya ingin ia berlari agar bisa cepat bertemu dengan gian.

setelah 3 menit berjalan niki akhirnya sampai ditaman, tapi taman itu tampak sepi, 'apa gian belum kesini yah?'
niki melirik jam tangannya lagi, sambil menyapu pandangan ke seluruh taman, belum ada tanda-tanda gian.

ketika niki hendak mengambil HP dari tas selempang kecil miliknya. seseorang menepuk pundaknya.
"hey, udah nunggu lama?"

niki langsung berbalik, tapi seseorang yang menepuk pundaknya itu bukan gian melainkan rian.

"lho rian? giannya mana?" tanya niki langsung, mengira rian datang bersama gian. tapi ternyata rian hanya datang seorang diri.

"ng, tadinya emang sengaja ngajak kita bertiga buat kepameran, tapi setengah jam yang lalu, gian ada urusan mendadak, jadi dia nyuruh aku buat jalan duluan sama kamu, kalo urusannya udah selesai, dia bakal nyusul kita katanya."

niki terdiam sesaat, 'bertiga? kenapa gian tidak bilang sebelumnya di SMS, astaga aku sendiri saja yang terlalu berharap ini bahwa ini adalah jalan-jalan berdua bersama gian. niki kamu itu bodoh banget sih.'

"ki.." panggil rian karena niki tampak melamun.

"eh, oh iya kalo gitu, kita jalan sekarang?" ujar niki sambil tersenyum, sebenarnya ia hanya sedang menekan rasa kecewa yang melanda hatinya saat ini 'lagi.'

"yuk."

*****

Message love [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang