chapter 30 - amarah

168 20 0
                                    

niki menutup mulut dengan tangannya seolah shock dengan apa yang barusan ia dengar, kakinya melangkah mundur perlahan.

"ngga, kamu bohong gi!"

"kenapa aku harus bohong sama kamu? untuk apa aku bercanda untuk hal ini?"

"kamu bilang kamu punya perasaan padaku semenjak SMA, lalu kenapa kamu baru bilang sekarang gi?"

"aku.."

"5 tahun, bukan 8 tahun, apa kamu tau gimana rasanya udah 8 tahun lebih aku berharap kamu akan mengucapkan kata-kata itu.. bahkan sampai hari terakhir setelah kelulusan, kamu gak pernah mengatakan apapun padaku gi, malah kamu berpacaran dengan nurul setelah kelulusan.. dan sekarang, tanpa rasa bersalah kamu bilang kamu cinta sama aku semenjak masih SMA?"

"aku bisa jelasin semua itu ki,"

"kenapa kamu baru bilang hal itu sekarang?" teriak niki tangisannya semakin menjadi.

"kenapa kamu baru datang sekarang? setelah 5 tahun kamu menghilang tanpa kabar? apa maksud kamu gi?"

"niki aku mohon dengerin aku sebentar." gian mencoba meraih lengan niki, tapi niki mundur menjauh.

"ada seseorang yang sudah menungguku dan selalu ada untukku selama 5 tahun ini,"

gian terdiam sambil terus menatap niki tidak percaya

"aku gak mungkin mengecewakan orang itu," ucap niki sambil menahan isak tangisnya yang rasanya ingin sekali meledak saat itu juga.. rasa sesak kembali menjalar dihatinya, bukan rasa bahagia ketika gian mengatakan hal itu, tapi malah amarah dan kesal yang mengalir. niki tau ucapannya barusan bukan saja menyakiti hati gian, tapi juga hatinya sendiri..

*****

gian merebahkan tubuhnya di sofa, dengan wajah yang sedih lalu mengeluarkan kertas origami itu didalam kantong celananya, gian membuka lipatan kertas itu dan kembali membaca tulisan berupa sederet sandi pramuka yang sangat gian hapal, karena ia sempat mengajarkan sandi itu pada anak-anak SD ketika bersama niki waktu SMA dulu.

gian teringat bagaimana ia bisa mendapatkan kertas itu, untung saja kelas pramuka yang mereka pakai 5 tahun yang lalu setelah kelulusan, yang letaknya di ujung lorong itu tak pernah di otak-atik atau dirubah tempatnya.

kertas itu ada dikolong meja, tepatnya dimeja yang pernah mereka tempati dan berkenalan secara langsung disana.

"I LOVE YOU GIAN" bunyi tulisan dalam origami itu.

gian menatap lekat tulisan itu dengan mata nanar, apalagi setelah ingat kalo dulu niki menunggunya untuk menyampaikan hal ini sampai kehujanan dan jatuh sakit, rasa bersalah merasuki tubuhnya kembali , rasa menyesal karena ia tidak mengikuti kata hatinya dulu.

*****

gian melirik jam tangannya yang sebentar lagi menunjukkan pukul 12, itu artinya semua pegawai akan segera istirahat, gian tengah menunggu tepat didepan pintu salah satu bagian PT. sigatex.
riska keluar ruangan dengan wajah suntuk, lalu terkaget ketika gian sudah ada didepannya dengan mata yang sangat serius.

"ehh gian? kenapa bisa ada disini?" tanya riska kebingungan, karena tak biasanya ada orang lain selain karyawan bisa ada di tempatnya bekerja.

*****

kini mereka tengah ada dikantin, kantin karyawan tetap memang selalu sepi, hanya ada beberapa orang yang makan disana, termasuk mereka berdua kini sudah duduk dimeja disalah satu sudutnya.

"kalo kamu nyari niki, nikinya gak ada." riska berbicara dengan nada ketus.

"aku udah ketemu niki selama 3 hari kemarin."

"hah?" riska melongo tidak percaya, "kenapa niki gak bilang sama aku?"

gian mengangkat bahunya. tapi melihat sikap riska yang seperti ini, sepertinya gian mengerti kenapa niki tidak menceritakannya pada riska, karena riska termasuk sahabat yang overprotective terhadap niki, sama seperti yang ia lakukan 5 tahun yang lalu ketika SMA.

" siapa sebenarnya orang yang sedang dekat dengan niki sekarang? apa benar orang itu sudah menunggu niki selama 5 tahun?"

"iya, itu benar." jawab riska sambil melipatkan kedua tangannya didada.

"malahan ia akan segera melamar niki jika ia sudah pulang dari bekasi." ucap riska dengan ketus, entah kenapa melihat gian membuatnya kesal karena teringat betapa orang ini sudah membuat sahabatnya bersedih sampai berlarut-larut.

"apa?" gian terkejut memdengar hal itu.

"iya, jadi aku peringatin sama kamu, jangan berharap hubungan kalian akan seperti dulu lagi, karena sebentar lagi niki akan dipersunting oleh seseorang yang sangat mencintainya."

gian terdiam menahan rasa kesal karena sikap riska yang seolah sangat membencinya.
tapi gian berusaha tenang tidak ingin sampai terpancing emosi.

"apa niki juga mencintainya?"

mendengar pertanyaan itu riska tersentak "iyalah tentu aja niki juga mencintainya, mana mungkin niki akan dilamar jika niki sendiri tidak punya perasaan apa-apa sama dia."

"boleh aku tanya 1 hal?"

"apa?"

"apa dia yang kamu maksud itu adalah rian? apa seseorang itu adalah rian permana?"

"iya.. orang itu adalah rian."

gian mengepalkan tangannya, dugaannya ternyata sangat tepat, bahkan ketika ia sudah tidak berada disisinya, rian masih berusaha untuk memiliki niki sampai sekarang.

"jadi aku peringatin sama kamu sekali lagi, jangan bertemu lagi sama niki, karena aku yakin dia akan memilih rian, sekalipun kamu udah kembali sekarang."

"kalo udah gak ada yang perlu dibicarain lagi, aku permisi." riska segera beranjak meninggalkan gian yang masih mematung seorang diri di kursinya.

*****

Message love [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang