chapter 16 - see you again

188 23 0
                                    

bandung, 27 juni 2017

pagi itu niki terbangun dengan badan yang sangat lemas. sampai rasanya ia tak sanggup untuk bangun beberapa saat. matanya menatap ke atas dan sekelilingnya dan mulai tersadar, kalo ia sedang berada di kamarnya.

tunggu.. kenapa niki sudah berada di kamarnya lagi? bukankah terakhir kali ia sedang berada di depan minimarket depan.
niki mencoba untuk duduk dan kembali merenung mengingat apa yang terjadi kemarin padanya.

wajah itu kembali menghampiri benak niki, wajah yang langsung membuat jantung niki berdegup seketika. lalu matanya terasa gelap karena pusing kepala yg menderanya.

"ngga.. ngga mungkin, kemarin aku pasti cuma berhalusinasi aja kan, astagaa mungkin karena  teringat liat hujan." gumam niki menyimpulkan sendiri masih dengan suara seraknya karena flu. lalu menggaruk rambutnya dengan gusar.

CEKLEK..

"niki?" panggil bunda ketika membuka pintu kamar niki

"iya bunda?"

"kamu udah bangun?" bunda segera menghampiri niki dan menyentuh dahi niki dengan punggung tanggannya.

"syukurlah demamnya sudah turun ."

"bunda aku kenapa? apa yg terjadi kemarin?" tanya niki dengan raut wajah masih penasaran.

"kamu ga inget? kemarin malem kamu pingsan didepan minimarket. untung aja ada temen kamu yang nolongin kamu.
bunda udah bilang berapa kali kalau kamu sakit kasih tau bunda, pake jaket yang tebel, dan kalau tau bakal ujan mending pake taksi jangan bawa motor sendiri, kamu kan tau sendiri kondisi kamu gimana." cerocos bunda tanpa henti

"tunggu bunda tunggu." potong niki dengan wajah heran "temen aku? siapa maksud bunda.?" karena seingat niki ia sendirian kemarin.

TOK.. TOK.. TOK
suara seseorang mengetuk pintu kamar niki dari luar

"iya nak, masuk aja." ujar bunda mempersilahkan , niki mengerutkan kening,  tepat sebelum niki bertanya pada bundanya siapa orang yang berada di luar itu..
pintu terbuka dan tampak seseorang yang sedang membawakan sekeranjang buah di tangannya.

'ngga mungkin, dia?'
darah niki langsung berdesir ketika melihat seseorang yang masuk kedalam kamarnya itu,

'GIAN?' mata niki membulat sempurna. ya orang itu adalah gian yang sekarang tengah berdiri tak jauh darinya.

gian tampak masih sama seperti dulu, matanya yang belo,  bola mata hitam yang tajam dengan bulu mata lentik, dan halisnya yang tebal, dan rambut hitam lebat dengan model gaya quiff andalannya.

"hai ki. gimana keadaan kamu sekarang?" tanya gian ketika meletakan parcel buah itu dimeja samping niki.

niki masih terdiam menatap seseorang yang sedang ada dihadapannya ini.

'kayanya aku masih dalam mimpi, but wait.. ini terlalu nyata untuk sebuah mimpi.' batinnya berkata.

"kalo gitu bunda tinggal dulu yah kebawah, nanti bubur nya di makan ya sayang. sama obatnya di minum." ujar bunda dengan lembut.

"tenang tante, aku bakal pastiin niki makan sama minum obatnya." sahut gian

"makasih ya nak gian, niki emang agak susah disuruh minum obat, padahal cuma vitamin."

"iya tante siap." gian tersenyum santun.

bundapun beranjak keluar, kini tinggal lah mereka berdua diam dalam hening untuk beberapa saat.

gian duduk di sudut ranjang niki yang tengah melamun.

"ki. heii kok malah ngelamun. kamu masih sakit?" gian memperhatikan wajah niki dengan seksama dan tampak masih pucat di tambah dengan ekspresi bengong nya.

"kamu.. gian?" tanya niki ragu-ragu

"iyalah ki siapa lagi?" gian menyunggingkan senyum andalannya "kamu ga amnesia karena pingsan kemarin kan?"

tanpa aba-aba air mata niki mengalir, niki langsung menunduk mengusap air matanya.

"ki. kok kamu malah nangis, hei kamu masih sakit?" gian langsung mendekati niki dengan raut wajah khawatir.

lalu niki tersenyum tapi air matanya masih mengalir tanpa diperintah, "aku gapapa. maaf aduh kok air mata aku ga bisa berhenti sih." niki terus menyeka air matanya yang masih mengalir.

"ki, kamu beneran gapapa?" gian mengusap pundak niki.

"kamu beneran gian? aku ga mimpi kan? aku kira aku masih dalam mimpi." kalimat itu terlontar secara refleks dari mulut niki

"kamu ga mimpi ki, ini aku gian.." tangan kiri gian meraih tangan niki dan menggenggamnya lalu tangan kanan nya mengusap air mata dipipi niki.
tangan itu terasa sangat hangat, tangan yang untuk pertama kalinya menyentuh pipi niki secara langsung, membuat jantung niki berdegup 2 kali lebih cepat,

mata mereka bertemu untuk beberapa detik, ternyata perasaannya masih sama seperti dulu, perasaan yang sampai sekarang masih tersimpan erat jauh di lubuk hati niki. meski setelah 5 tahun tak bertemu.

dalam hati niki sebenarnya ia ingin marah ketika bertemu dengan gian lagi. tapi kenyataannya niki tidak bisa marah pada orang yang selalu ia tunggu selama ini, bahkan secara tidak sadar niki malah menangis, bukan menangis sakit hati, melainkan tangis bahagia, karena bisa melihat wajahnya lagi, wajah yang selalu niki rindukan setiap malam dengan bodohnya.

*****

gian menceritakan tentang kejadian kemarin malam ketika niki pingsan secara detail pada niki. dan niki hanya mengangguk mengerti, dan berterimakasih karenanya..

niki kembali terdiam dalam lamunannya.
"bunda kamu bilang, kamu ngambil cuti 3 hari kedepan sampai hari sabtu?" tanya gian membuyarkan lamunan niki.
niki lalu mengangguk.

"kok bisa sama yah?"

"maksudnya?"

"aku juga ngambil cuti selama 3 hari ini."

"kok bisa?"

"ga tau.. kita jodoh kali." gurau gian langsung terkekeh.

"heuuu ga nyambung tau." timpal niki.
berharap gian tidak melihat wajahnya merona karena malu.

"hahaha bercanda pau."

niki kembali tersenyum dan menundukkan kepalanya kebawah.
sebenarnya niki ingin mencecar berbagai pertanyaan pada gian, seputar 'kemana aja kamu selama ini?'
tapi niki rasa ini terlalu cepat, dan juga mungkin akan dirasa terlalu agresif kalo niki menanyakannya sekarang.

"kalo kamu mau nanya, tanya aja ki, dan aku bakal menjawab satu persatu hal yang mungkin ingin kamu tanyakan padaku selama ini." ucap gian hati-hati seolah tengah membaca pikiran niki.

niki terkesiap "maksud kamu-"

"besok kalo kamu udah sembuh aku bakal ngasih hadiah buat kamu." ucap gian mengalihkan pembicaraan.

"hah? hadiah apa?"

"ada deh, liat aja besok."

"iiih hadiah apaan coba." niki mengerutkan kening.

"hahaha kamu tuh paling lucu tau kalo udah kesel gitu." gian terkekeh

"ehhh malah ngeledek.. hadiah apaan coba aku belum ultah tuh."

"emangnya harus ultah dulu baru di kasih hadiah?? bukan suprise donk kalo ngasih taunya sekarang."

"tau ahh."  niki tambah cemberut.

gian tambah senang melihat niki mengerucutkan bibirnya.

"cemberutnya nanti aja sekarang kamu abisin dulu buburnya, terus minum obatnya. atau mau aku suapin?" tawar gian.

"makasih aku bisa sendiri kok."

"yah padahal aku pengen nyuapin." gumam gian pelan

"hah? apa?" niki menahan tawanya.

"maksudnya nanti bunda kamu yang nyuapin," timpal gian dengan wajah datar

niki lalu tertawa kecil mendengar jokes garing gian. pagi hari itu mereka habiskan dengan bertukar cerita diselingi bercandaan layakna reuni teman SMA yang sudah lama tak bertemu.
meski tengah lemas karena sakit, tapi rasanya sakit niki sudah berkurang karena kehadiran gian.

*****

Message love [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang