chapter 23 - obrolan singkat

155 12 0
                                    

angin berhembus sedikit kencang di  koridor lantai 2, dimana niki dan nurul sedang berdiri bersedekap di tembok pembatas yang mengarah   ke lapangan sekolah.

angin membuat rambut panjang mereka tertiup kesana kemari, rasanya menyegarkan, tapi niki merasa tidak nyaman dengan pertemuan nurul kali ini. sejak 3 menit yang lalu setelah teman-teman nurul meninggalkan mereka untuk mengobrol berdua, nurul masih belum mengatakan sepatah katapun.

sebenarnya apa yang akan nurul katakan padanya. batin niki bertanya-tanya

"aku suka sama gian."

niki langsung menoleh ketika nurul mengucapkan kalimat itu. Jantungnya mulai berpacu tak enak.

"lalu?" tanya niki

"boleh aku tau apa hubunganmu sama gian?"

"kami berdua tetangga satu komplek, dan dia sahabatku."

"sahabat? didunia ini ga ada cewek sama cowok yang bisa sahabatan, kalo ngga salah satunya punya perasaan lebih dari sekedar sahabat."

DEGG.. niki kembali berdebar, kata-kata nurul entah kenapa tepat sekali.

"maksud kamu apa sih nurul?"

"entah yaa, tapi rasanya aku kurang nyaman melihat kalian selalu bersama."

"kamu cemburu?"

"mungkin."

niki mengerutkan kening, ini pertama kalinya ia mengobrol serius dengan nurul, karena biasanya mereka hanya say "hay" atau sekedar melempar senyum jika berpapasan, tapi niki baru kali ini melihat sisi lain dari nurul yang sangat blak-blakan dan jujur padanya.

"lalu?"

"apa kamu suka sama gian?"

niki terdiam sejenak, ia tak menyangka mendapat pertanyaan yang sama seperti yang ditanyakan rian tempo lalu.

"ga usah berbelit-belit, intinya apa yang mau kamu obrolin sama aku?" niki melemparkan pandangannya menatap ke depan.

"aku harap kamu jauhi gian." nurul berkata seperti itu tanpa ekpresi di wajahnya, tanpa merasa bersalah sama sekali.

hati niki menjadi sesak mendengar kalimat yang dilontarkan nurul barusan.

"entah ini perasaanku atau bukan, tapi perasaanku bilang, kalo kamu menaruh perasaan lebih pada gian. perasaanku juga mengatakan kita jadi secara ga langsung menjadi rival untuk memperebutkan hati gian."

"kalo kamu memang benar menganggap gian sahabatmu, bisakah aku minta tolong untuk jauhi gian, setidaknya jangan terus menempel padanya, karena itu membuat gian jadi terus bergantung padamu."

"itu aja yang mau aku sampaikan, maaf udah ganggu waktu kamu." nurul berbalik hendak beranjak pergi.

"boleh aku tanya 1 hal," niki membalikkan badannya, dan menatap nurul yang lalu menghentikan langkahnya.

"apa kamu dan gian sudah pacaran?"

"belum, tapi aku akan segera menyatakan perasaanku padanya."

"intinya kalian belum pacarankan?"

nurul terdiam.

"harusnya, kalo orang normal yang suka sama sahabatku, dia akan memintaku untuk membantunya mendekati gian atau setidaknya memintaku memberi restu, bukan memintaku untuk menjauhi sahabatku sendiri."

"kalo kamu memang suka sama gian, buatlah dia jadi pacar kamu dulu, baru kamu bisa berkata seperti itu padaku, dan buat gian sendiri yang menyuruhku untuk menjauhinya, jadi maaf sekali, aku gak bisa memenuhi permintaanmu nurul."

"karena aku sudah berjanji padanya untuk tidak menjauhinya karena hal apapun."

entah kenapa kejujuran nurul membuat niki muak mendengarnya hingga ia berani melontarkan kata-kata itu tanpa jeda. membuat nurul diam seribu bahasa.

niki berjalan melewati nurul
"dan satu hal lagi, soal aku punya perasaan lebih pada gian atau ngga, itu bukan urusanmu, daripada mengurus perasaanku, bukannya lebih penting untuk membuat gian jatuh cinta padamu?"
niki kembali berjalan meninggalkan nurul yang menggeram kesal dengan semua ucapan niki.

ketika niki menuruni tangga, ia mendapati nurul DKK yang tengah menunggu mereka dengan wajah kebingungan, lalu pergi melewati mereka tanpa sepatah katapun.

dengan cepat mereka naik ke atas, menyusul nurul yang masih terdiam dengan wajah menahan kesal.

"ada apa nuy? kok kamu kaya yang kesel gitu?" tanya devi

"kamu udah berhasil ngomong sama si niki?"

"awas aja dia, aku bakal mendapatkan gian, gimanapun caranya." geram nurul.

*****

niki melirik jam tangannya, tumben pagi ini gian belum datang ke rumahnya. iapun berpamitan kepada bunda dan ayah untuk langsung berangkat saja, karena 10 menit lagi pukul 7 tepat.

sebelum berangkat niki mengetuk rumah gian, untuk memastikan apa ia ada di rumah atau tidak, tapi setelah mengetuk pintu dan memanggil gia beberapa kali, sama sekali tidak ada jawaban.

"apa mungkin udah berangkat yah?" gumam niki bertanya-tanya.

iapun melangkah pergi dengan raut wajah kecewa, jika gian berangkat duluan kenapa tidak memberitahunya terlebih dahulu.

*****

sesampainya disekolah niki masih belum menemukan gian hingga bel masuk berbunyi.

"gian kemana ki? tumben-tumbenan dia gak masuk." tanya riska yang juga keheranan.

"aku ga tau ris, tadi aku udah ngetuk rumahnya, tapi ga ada jawaban, aku kira udah ke sekolah duluan."

"gian kemana nih? kok ga masuk?" celetuk salah seorang teman gian.

"oh iya? denger-denger nurul juga ga masuk hari ini? apa jangan-jangan bolos bareng kali." timpal seseorang lagi.

"anjir.. kek di film-film." lalu mereka tertawa saling bersahutan.

"ehhh udah udah, ngegosip mulu kerjaan kalian," teriak Citra sang KM menengahi

"tadi aku dapet info dari bu nenden, katanya gian gak bisa masuk hari ini karena sakit." ujar citra meluruskan. bu nenden adalah wali kelas mereka. mungkin sepertinya gian memberitahu bu nenden lewat SMS.

'gian? pantas saja.. apa sakitnya begitu parah sampai ia tidak sanggup membuka pintu untukku tadi?' gumam niki dalam hati.. hatinya mulai resah mengkhawatirkan gian.

*****

Message love [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang