chapter 9 - dilema

234 21 0
                                    

Bandung, 26 juni 2017

Niki menatap layar komputernya dengan serius, pekerjaannya sudah selesai setengah jam yang lalu, kini ia hanya tengah memastikan data yang ia masukan sudah benar atau tidak.

niki bekerja di kantor PT. SIGATEX dengan gelar S1 yang didapatnya 1 tahun yang lalu, membuat niki bisa masuk dengan mudah menjadi bagian administrasi yang memang saat itu sedang kosong.

sedangkan riska bekerja dibagian lain yang jauh dari tempat kerja niki, membuat mereka hanya bisa bertemu Ketika jam istirahat.

niki memijat pelipisnya dengan tangan. sebenarnya ia sudah merasa tidak enak badan sejak bangun tadi pagi. tapi tetap memaksakan kerja berharap siang ini badannya agak mendingan.
tapi nyatanya sampai sekarang ia masih merasa pusing tak karuan, dan dingin disekujur tubuhnya.

niki melirik jam tangannya waktu menunjukkan pukul 11.30 setengah jam lagi waktu istirahat , lalu ia meraih sebuah form kecil didekat monitor, form itu adalah copy-an form izin untuk cuti kerja. karena form aslinya sudah diterima atasannya 1 bulan lalu.
niki memang berniat mengambil hak cuti tahunannya 3 hari akhir pekan ini.

*****

"kamu sakit? wajah kamu pucet gitu." tanya riska ketika mereka sudah tiba di kantin

melihat wajah niki memang tampak sangat lesu. dan keringat dingin mulai membasahi keningnya.

"gapapa. nanti juga mendingan."

"pulangnya mau aku anter?"

"kalo aku ngerasa ga kuat pulang sendiri, nanti aku bilang sama kamu."

"oke deh kalo gitu."

mereka kembali melahap bakso mereka, tapi sebenarnya niki sama sekali tidak nafsu melihat bakso yang ada di depannya, tapi ia coba makan beberapa sendok agar bisa menambah sedikit tenaga untuknya.

"btw.. kamu ngambil cuti mau liburan kemana ki?" tanya riska setelah menyeruput jus jeruknya dan kembali memakan baksonya dengan lahap.

niki terdiam sejenak. "tidur dirumah." jawabnya datar.

riska mengernyitkan keningnya keheranan.
"wait.. apa kamu bilang? kamu ngambil cuti tahunan cuma buat tidur dirumah?"

"yaaapp.. what else? I just want to take a rest this week." ujar niki dengan lemas

"kenapa kamu ga ambil cuti pas 'dia' pulang kesini? seenggaknya kalian bisa libur bareng, bukannya dia bakal pulang minggu depan. kenapa ngambil cuti pas dia lagi di bekasi sekarang, kamu kaya yang sengaja ngehindarin dia tau ngga." riska mulai tampak kesal.

"kenapa kamu berpikir kaya gitu?"

"bukan berpikir tapi emang kenyataannya kaya gitu." riska berkata sambil menaikan nadanya.

niki tersenyum getir "kamu kesal padaku? sama akupun kesal padaku sendiri." ujarnya  sambil tertunduk menatap mangkuk basonya yang masih penuh,

mood nya bertambah buruk jika riska membahas hal ini 'lagi'.

riska mengatur nafasnya, emosinya hampir meledak melihat sahabatnya yang selalu seperti ini.

"ki, aku cuma pengen kamu bahagia, aku pengen kamu nyoba buat buka hati kamu, kamu gak mungkin nyakitin hati dia kan? orang yang udah nunggu kamu selama 5 tahun ini?" riska menatap niki lekat dengan  wajah serius.

niki menghela nafas, setengah berpikir. tak lama niki akhirnya mengangguk. "iya ka, tenang aja, aku gak mungkin nyakitin hati dia, aku.. akan nyoba buka hati aku buat dia." ucap niki tersenyum tipis.

tapi entah kenapa hatinya tidak selaras dengan apa yang ia ucapkan barusan, rasa ragu masih mengganjal berat dihatinya.

*****

Message love [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang