chapter 11 - cokelat

187 15 2
                                    

gian menghembuskan nafas panjang disepanjang jalan menuju komplek perumahan bersama niki, raut wajahnya tampak lemas.

"cape gi?" tanya niki melihat wajah gian yang tampak pucat.

"emang kamu ga cape?"

"cape siiih, tapi menyenangkan." sahut niki dengan semangat.

gian terkekeh. "ternyata gini yah ngajar anak SD, tapi gak bisa bayangin kalo kita ngajar kelas 2,3,4, pasti bakal lebih susah buat diatur, tadi aja ngajarin PBB kelas 6 susahnya minta ampun."

"hahaha, apalagi tadi ngurusin siapa tadi namanya robi yah, itu anak usilnya minta ampun, disuruh baris malah ngikutin kamu terus dibelakang." seru niki teringat bocah fans gian waktu tadi siang.

"emang siih susah jadi orang ganteng, banyak yang fansnya."

"apa apa ulangi sekali lagi." kata niki sambil memdekatkan telinganya ke gian.

"kita ke minimarket yuk."

"mau ngapain?"

"beli cotton bud buat kamu, biar ga budeg." celetuk gian lalu tertawa renyah.

"iiiih nyebelin, abis kamu jadi orang Pede nya kebangetan astagaa." niki mengeleng-gelengkan kepala.

"yeee biarin itu kan emang fakta." ujar gian sambil menyisir rambutnya kebelakang dengan jarinya.

"eehhh jangan salah, aku juga tadi banyak penggemarnya tau."

"ahh paling mereka cuma gimmick aja itu tadi." kata gian gak mau kalah.

"gimmick ? itu alat yang buat nyanyi kan?"

"oooh itu iya tau tau."

"apa?"

"sound system." jawab gian dengan wajah datar.

niki langsung tertawa lepas, gian bisa konyol juga ternyata.

"ehhh ni anak dari tadi ketawanya kaya yang bahagia banget siih." gian mengacak-ngacak poni niki sampai berantakan.

"iiih gian berantakan tau." dumel niki langsung merapihkan poninya.

"udah bagus kaya gitu, model poni 2012, ga akan ada yang punya." gian nyengir kuda menampakan deretan giginya yang rapih.

niki hanya mendengus kesal mendengar celoteh gian. tapi dalam hatinya ia sangat berdebar, entah ini keberapa kali gian mengacak-ngacak rambutnya, tapi bukannya tambah terbiasa, malah tetap membuat niki jadi berdegup kencang.

niki tak pernah berpikir akan sedekat ini bersama gian, seseorang yang dulu selalu ia pandang dari kejauhan, kini malah selalu ada didepan mata, tanpa ditanyapun, gian selalu bicara terlebih dahulu. gian yang dulu niki pikir sosok yang cuek, ternyata aslinya bawel, humble, dan konyol juga.

sampai rasanya ingin sekali menghentikan waktu agar ia bisa lebih lama bersama gian seperti ini, perasaan yang sangat menyenangkan yang pernah niki rasakan. perasaan bahagia dan nyaman hanya ketika bersama gian.

tapi apakah akan seterusnya seperti ini?  dewi batin niki mulai bertanya-tanya.

ketika mereka sudah sampai didepan rumah.

"aku duluan ya ki." ucap gian ketika ia hendak berbalik.

"eh tunggu dulu," niki menahan lengan gian, niki segera merogoh tas dan mengambil kotak plastik kecil berwarna coklat. lalu menyodorkannya pada gian.

"apa ini?" tanya giam setelah menerima kotak itu.

"buka aja."

gian membuka kotak itu dan ternyata isi coklat persis seperti yang niki bawa tadi siang ketika mengajar pramuka.

"wah? ini buat aku?"

"ng iyah, kebetulan kemarin bikin banyak, aku juga udah ngasih buat rian sama kak deden juga kok."

"ooh gitu, kalo gitu makasih ya ki, kebetulan mamah aku juga suka coklat lho," ujar gian tersenyum senang.

"oh yah? waah berarti  sama donk kaya aku."

"ahh kamu ikut ikutan aja." gian terkekeh

"hahaha dasar nyebelin."

*****

"oooh jadi dia alasan kamu bikin cokelat sampai begadang kemarin malam." tuduh bunda langsung tersenyum jahil ketika niki membuka pintu rumah.

"iiih bunda apaan ngintipin akuu.. aku kemarin bikin cokelat buat anak-anak SD yang tadi siang aku ajarin pramuka kok, tadi ada lebihnya ajaa." sungut niki sambil membuka tali sepatunya.

bunda lalu duduk disamping niki  "aduuuh anak bunda ini ternyata udah gede yah, udah pacar-pacaran, disembunyiin pula dari bunda." goda bunda lalu memeluk niki dari samping.

"bundaa siapa juga yang pacaran iiih, ngarang deh bunda," elak niki.

"niki sayang meski bunda diem aja, bunda tau kamu itu suka kan sama gian?"

"hah? kok bunda bisa ta.." niki segera menutup mulutnya, tapi terlambat sudah, seketika bunda langsung tersenyum dengan wajah selidik pada niki.

'ahh keceplosan, bagaimana bunda bisa tau.' gumam batin niki penasaran,

*****

annyeong.. with author here..
maaf ceritanya pendek untuk chapter kali ini, karena mata sudah tidak bisa di kompromi. hhehe

yang udah baca jangan lupa voment nya yaa. 😆😆😆

Message love [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang