chapter 13 - gerimis

193 19 0
                                    

"apa 'cekiber' minta nomor gian sama kamu?" riska yg sedang tiduran dikasur niki langsung bangun mata riska membulat sempurna ketika niki menceritakan tentang nurul tadi siang.

kebetulan malam itu riska menginap dirumah niki karena orangtuanya kebanjarmasin menjenguk nenek riska yang sedang sakit.

niki yang tengah duduk dikursi belajarnya hanya mengangguk sambil tersenyum getir.

"kamu bilang, nurul minta bantuan gian buat urusan osis? itu kurang masuk akal, sumpah, gian itu bukan anggota osis, kenapa nurul susah susah nyari gian buat jadi seksi dokumentasi. itu aneh banget tau ngga."

pikiran riska sejurus dengan apa yang niki pikirkan tadi siang.

"kecuali emang nurulnya aja yang modus, jadiin OSIS sebagai alasan, buat dia bisa deket sama gian." ceplos riska dengan kesal.

"aku juga mikirnya tadi kaya gitu." niki menghela nafasnya yang berat.
riska menatap niki, tampak raut wajah sedih dari niki.

"kamu gak apa-apa kan ki?"

"aku gapapa kok, lagian aku bukan siapa-siapanya gian kan." ucap niki lalu menghadap ke meja belajar, dan membaca buku yang ada ditangannya. sebenarnya niki hanya tidak berani menatap wajah riska saat ini.

"tapi kamu suka sama gian."

"...."

"niki, jangan bilang kamu mau nyerah gitu aja? cuma karena ada nurul sang cekiber?"

"justru karena dia primadona sekolah ka, yang buat aku.. rasanya ngga mungkin buat jadi saingannya, nurul itu udah cantik, pinter, ramah, disukai semua orang.."

"terus kamu pikir kamu ngga cantik? gitu?" potong riska menaikan nada suaranya.

"niki, asal kamu tau yah, kamu itu cantik, aku bilang kaya gini, bukan hanya karena aku sahabat kamu yang pengen ngehibur kamu. tapi itu emang kenyataannya, hanya aja kamu itu pemalu kadang sering minder dan menutup diri, sedangkan nurul full of confident, sehingga kamu berpikir kamu kalah jauh dari nurul."

"lagian kan gian belum pasti akan suka pada nurul. iya kan?"

"ka, aku aja yang cewek ngakuin kalo dia itu cantik banget, gak mungkin gak ada cowok yg gak suka sama dia," jawab niki setengah hati.

"niki aduuuuh please jangan pesimis gitu dong, buang semua pikiran negative itu, semangat tetap semangat OK." seru riska

niki hanya mengangguk pelan. tetap saja dalam hati niki ia tidak tenang, firasatnya benar-benar tidak enak kali ini.

*****

niki merapatkan jaket berwarna birunya dengan erat kebadannya, hujan mengguyur semenjak tengah malam tadi, sampai pagi ini hujan gerimis menyelimuti kota bandung, sampai langitpun masih enggan menampakkan matahari yang masih ditutupi awan tebal berwarna kelabu.

"yaampuuun dingin banget hari ini." niki mulai menggigil dan segera masuk ke dalam kelas yang masih sepi. tampak gian yang sudah duduk seorang diri sambil menatap keluar Jendela.
hanya dengan menatap gian seperti ini. hati niki menjadi hangat.

"sendirian aja." niki menepuk pundak gian, dan langsung terperanjat ketika melihat niki.

"ahh ngagetin aja kamu ini." ucap gian sambil mengusap-ngusap dadanya.

"lho, ciyeeee yang pagi-pagi udah ngelamun." goda niki terkekeh, akhirnya ia bisa membalas gian yang kemarin. niki lalu duduk dibangkunya, dibelakang gian.

"siapa juga yang ngelamun, aku lagi liat ujan, bukan liat rumput yang bergoyang kaya kamu."

"hmmm alasan, pasti pikirannya lagi mikirin sesuatu tuuh." pancing niki.

gian terdiam dan kembali menatap keluar jendela. tebakan niki ternyata benar, ada sesuatu yang dipikirkan gian. tapi apa?

"gian? kamu ngga apa-apa kan?" tanya niki memastikan.

"ng, aku gapapa kok." jawab gian dengan datar, niki mengerutkan dahinya, ngga biasanya gian kaya gini.

"hey hey hey.. rajin amat kalian udah nyampe dikelas jam segini." sapa rian ketika masuk kedalam kelas.

"iiih sumpah hari ini dingin banget gara-gara ujan semaleman. tapi pagi aja sampai aku males buat bangun." cerocos rian curhat dipagi hari.

"hahaha jangan jangan kamu gak mandi ya ian?" todong niki.

"eiittss.. enak aja, aku mandi dong. pake air kulkas malahan."

"iyaa diangetin dulu diatas kompor tapi ya?"

"nahhh itu.. bener banget ki."

niki dan rian tertawa. tapi hanya gian yang masih enggan bergeming.

"aku lapar nih, kalian mau pada nitip sesuatu ngga?" gian langsung berdiri dari kursinya.

"oh ngga makasih. aku udah sarapan tadi." kata rian

"aku juga udah." tambah niki.

"kalo gitu aku ke kantin dulu." ucapnya seraya meninggalkan niki dan rian keluar kelas.

"ki wajah kamu kenapa? kaya yang pucat gitu?" tanya rian ketika duduk dan memperhatikan wajah niki.

"ahh iya gitu? gapapa ini biasa kok,
aku cuma gak kuat kalo cuaca dingin gini, kena ujan dikit aja, aku bakal langsung drop," jawab niki setelah melihat punggung gian yang lalu menghilang.

"oh ya? kok bisa gitu ki?"

"entahlah kata bunda sih turunan dari ayah, alergi dingin, jadi aku paling ga bisa mandi sama air dingin."

"tapi tadi keujanan ngga? kamu sekarang sakit engga? sekarang demam ngga?" tanya rian dengan raut wajah khawatir.

"engga kok ian, tadi aku engga keujanan soalnya pake payun. aku gapapa, beneran."

"syukur deh kalo gitu, tapi ujan kaya gini biasanya sampai siang baru reda, nanti izin aja sama guru pake jaket pas belajar, bilang aja kamu gak kuat dingin, daripada kamu nantinya malah sakit," cerocos rian.

"hehe iya iyaa nanti aku izin sama gurunya."

"nah gitu donk." rian lalu tersenyum.

*****

Message love [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang