chapter 24 - menjenguk

159 12 0
                                    

niki segera berlari keluar kelas ketika bel pulang berbunyi, rian melihat hal itu dan hanya bisa tertunduk lesu, sepertinya ia sudah tau niki terburu-buru pulang karena apa.

*****

setelah berpamitan pada bunda untuk menengok  gian, niki segera bergegas ke rumah gian dengan seragam lengkap masih melekat ditubuhnya,

niki mengetuk pintu dan memanggil gian beberapa kali dan masih belum ada jawaban seperti tadi pagi.

niki merarik gagang pintu yang ternyata tidak dikunci, iapun memberanikan diri untuk masuk kedalam, meski rasanya kurang sopan, tapi ia tidak bisa membiarkan gian sakit seorang diri tanpa ada yang mengurusnya,

setelah matanya menyapu seluruh ruangan untuk mencari gian, lalu naik ke lantai atas, menuju kamar gian, niki tertuju pada pintu coklat yang setengah terbuka, dan ternyata benar gian tengah berbaring lemas diatas ranjangnya, dengan wajah pucat dan tampak menggigil.

"gian?" panggil niki ketika sudah berada di samping gian.

gian membuka mata perlahan ketika menyadari ada seseorang yang memanggilnya. matanya terlihat sangat sayu,

"niki." panggilnya pelan dengan suara serak lalu mencoba untuk bangun, niki membantu gian bangun agar bisa duduk dengan mengganjal punggungnya dengan bantal.

refleks niki menyentuk dahi dan leher gian dengan punggung tangannya. suhu badan gian lumayan tinggi,

"kenapa kamu ga kasih tau aku kalo kamu sakit?"

gian hanya terdiam

"dari kapan?"

"semalem."

"kita ke dokter yah?"

gian segera menggeleng. "gak mau."

"nanti bunda sama ayah aku yang nganter."

"aku bilang gak mau."

"kenapa?"

"aku ga suka obat."

"biar kamu cepet sembuh gi."

gian tetap menggeleng, ini anak cukup keras kepala juga meski tengah sakit. pikir niki.

"udah ngasih tau tante mira?"

gian menggeleng

"kenapa? kalo gitu aku kasih tau sekarang yah." niki hendak mengambil HP di tas nya, lalu segera di cegah gian.

"jangan."

"kenapa?"

"aku gak mau mereka pulang karena tau aku sakit, jadi aku mohon jangan kasih tau mereka."

niki hanya menghela nafas. ia hanya bisa menyerah mengikuti permintaan gian.

"lagipula aku udah agak mendingan sekarang."

"mendingan dari hongkong, badan kamu masih panas gini." gerutu niki.

gian hanya tersenyum lemas.

"boleh aku pinjem dapur?"

"ng.. boleh."

niki beranjak keluar kamar, lalu pergi menuju dapur, tak lama kemudian ia membawa 2 gelas besar penuh dengan air putih biasa, lalu meletakkan di meja samping gian,

lalu merogoh sesuatu didalam tasnya, lalu mengeluarkan benda yang membuat gian mengernyit.

"kalo kamu ga mau diperiksa ke dokter, kamu harus nurut sama aku biar cepet sembuh."

niki membuka plester perekat bungkusan tipis persegi panjang berwarna biru itu lalu mengarahkan kedahi gian, gian hanya bisa terdiam ketika plester itu menempel sempurna di dahinya.

Message love [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang