chapter 29 - origami

169 18 0
                                    

29 juni 2017

"maksud kamu apa gi? apa yang udah kamu tau?"
tanya niki penasaran.

"aku tau alasan kenapa kamu marah ketika setelah kelulusan." ujar gian lalu merogoh sesuatu didalam saku nya lalu menunjukkan sebuah origami berbentuk angsa berwarna biru yang sudah kusam oleh debu.

niki menahan nafas ketika melihat origami yang ia buat 5 tahun yang lalu kini ada ditangan gian.

"ini punya kamu kan ki?"

"bagaimana bisa?" niki menggeleng tidak percaya, bagaimana bisa gian mendapatkan origami itu setelah sekian lama.

"4 hari yang lalu sebelum aku ketemu sama kamu, aku gak sengaja bertemu dengan soni dan dia menceritakan yang harusnya ia katakan 5 tahun yang lalu."

*flashback 4 hari yang lalu.

gian tengah asyik melihat deretan novel horor disebuah toko buku, toko buku itu adalah toko langganan gian dan niki dulu ketika SMA,

ketika gian mengedarkan pandangannya kepengunjung toko lainnya, berharap ada seseorang yang dikenalnya, dan pandangannya terhenti pada seseorang berkacamata yang tengah serius membaca sinopsis dibelakang novel.

"lho? soni?" panggil gian

merasa ada yang memanggil pria itupun menoleh pada gian.

"ehh lo gian?" soni menghampiri gian dan menjabat tangannya "apa kabar lo?"

"baik baik, lo gimana?"

"sama gue juga baik, wahhh gila kemana aja lo 5 tahun baru ketemu. sombong bener." ujar soni menjotos lengan atas gian.

"wehehe sorry sorry, gue baru ada waktu sekarang buat kesini."

"ehh lo lagi senggang gak?"

"iya sih, gue ngambil cuti seminggu disini."

"kita nongkrong di kafe depan gimana? biar enak ngobrolnya, sekalian ngopi."

"ide bagus." gian mengangguk setuju

*****

"oh iya gimana kabar niki? gue udah lama juga gak ketemu sama niki."

"gue.. belum ketemu sama niki." ucap gian ragu-ragu.

"ahh masa? bukannya kalian dulu deket banget yah? harusnya pas lo balik kesini orang yang pertama harus lo temui itu bukannya niki?"

gian hanya menggeleng.

"lo tau, gue kira pas udah kelulusan, lo bakal pacaran sama niki."

gian langsung menatap soni dengan wajah kaget.
"kenapa lo bisa bilang kaya gitu?"

"bukannya niki ngasih surat ke lo pas kelulusan?"

"surat? surat apa? niki ngasih surat ke gue? kapan?"

"pas hari kelulusan.. lho jangan bilang lo ga nerima suratnya niki gi?"

"gimana lo bisa tau?" desak gian tak sabar.

"seinget gue.. waktu itu, niki nitip surat itu ke gue buat lo, tapi gue kebelet ke toilet, lalu ada seseorang yang aduuuh.. gue gak tau itu siapa soalnya gue lagi gak pakai kacatama waktu itu. yang jelas kayanya dia sekelas sama kita, mungkin karena dia dengar niki mau nitip suratnya ke gue buat lo, dan katanya kebetulan dia juga mau ke atas, dan mau ngasih surat itu ke elo."

"gue gak pernah nerima surat apapun pas udah kelulusan."

"astaga.. jadi orang itu gak ngasih suratnya ke elo.. ya ampun.. maafin gue gi, gue teledor banget udah ngasih surat itu ke orang lain. maafin gue gi, padahal mungkin aja surat itu penting buat lo." ujar soni dengan raut wajah menyesal.

"surat? kenapa niki ngasih gue surat? kenapa dia gak ngomong langsung sama gue."

"itu alasan kenapa gue kira kalian bakal pacaran setelah itu."

gian berpikir keras, apa karena hal itu niki jadi marah padanya setelah kelulusan.

"pas di hari kelulusan itu.. lo inget kan lo balik duluan, karena ada urusan.. gue kira karena lo mau ketemu sama niki."

"gue masih di sekolah sampai jam 5 sore karena keasyikan ngobrol sama anak-anak sampai kita kejebak hujan di sekolah. lalu pas gue mau pulang, gue gak sengaja liat niki yang basah kuyup kaya abis ujan-ujanan masuk ke ruang pramuka di ujung sendirian."

"karena gue takut niki kenapa-napa gue buntutin dia dibelakang, lalu dia kaya nyimpen sesuatu kaya barang, dikolong meja sebelah kiri dekat jendela kalo ga salah,"

"tapi gue gak tau itu apaan, karena gak lama setelah itu dia keluar kelas lagi." ujar soni menjelaskan dengan detail. dan gian hanya terus mendengarkan soni dengan seksama.

*****

gian berlari kesekolah, dan menemui satpam penjaga sekolah yang masih sangat gian kenal sampai sekarang.

"lho nak gian?"

"pak wawan? gimana kabarnya?"

"alhamdulillah nah bapak baik, udah lama gak ketemu nak gian sekarang udah gagah aja." canda pak wawan sambil menepuk pundaknya

"ahh pak wawan bisa aja." gian lalu tersenyum mendengar ocehan satpam yang selalu ramah padanya ketika masih sekolah disini.

"pak saya bisa minta tolong?"

"minta tolong apa nak gian."

"ada barang saya yang ketinggalan disini 5 tahun yang lalu, pak wawan bisa temani saya?"

"5 tahun yang lalu? apa mungkin benda yang nak gian masih ada, itukan sudah lama. apa benda itu sangat penting?"

"iya pak, benda itu sangat penting bagi saya, saya cuma minta pak wawan temani saya, biar saya sendiri yang mencari barang itu meski saya harus mencarinya di setiap kolong meja."

*flashback off

"aku gak pernah nerima surat itu ki, aku gak tau kalo kamu nunggu aku ketika kelulusan. maaf, kalo saja aku tau.." ucap gian menyesal.

niki menatap nanar kedepan, mendengarkan alasan gian kenapa bisa kertas origami itu bisa sampai ada ditangannya sekarang, dan alasan kenapa gian tak pernah datang hari itu.

"boleh aku tanya sesuatu?"

niki tidak menjawab hanya menundukkan kepalanya ke bawah

"apakah tulisan didalam origami ini, masih berlaku sampai sekarang?"

"...."

"atau mungkin sekarang sudah tidak berlaku lagi?"

"...."

"sepertinya memang sudah tidak berlaku yah?"

"itu hanya masalalu."

"apa?"

"itu udah 5 tahun yang lalu gi."

"jadi sekarang udah gak sama yah? sayang sekali padahal kata-kata ini yang akan aku katakan padamu."

"apa maksud kamu gi? jangan bercanda, apa kata-kata itu bagimu hanya sebuah lelucon?" niki meninggikan suaranya terbawa emosi.

"aku serius ki." gian tak mau kalah juga meninggikan suaranya.

"aku gak percaya sama.."

"aku CINTA sama kamu niki." ucap gian langsung memotong perkataan niki,

"aku sayang sama kamu ki dari kita masih SMA, gak ada seorangpun yang aku selalu pikirkan selain kamu, dari dulu sampai sekarang."

tubuh niki bergetar mendengar semua ucapan gian barusan. jantungnya berpacu cepat mendengar ucapan yang selalu ia nantikan selama 8 tahun lebih itu.

Message love [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang