chapter 25 -ujian

142 11 0
                                    

"ya ampuuuun" teriak riska ketika niki masuk kedalam kelas.

"mata kamu sembab gitu ki." laniutnya

plakk..

niki membungkam mulut riska yang bocor, sampai teman-temas sekelas menoleh pada mereka.

"bisa kecilin ngga suara nya, suaramu udah kek TOA mesjid tau ngga."

riska terkekeh didalam bungkaman tangan niki, nikipun melepaskan tangannya dari mulut riska, lalu duduk di kursinya.

"kamu kenapa? abis diapain kamu sama gian?" bisik riska super pelan.

niki terheran sejenak, ambigu banget bahasa riska barusan.
"aku gak di apa-apain ka, ngomong-ngomong bahasanya ambigu banget ka."

"aku salah ngomong gitu?"

"tau ahh."

"oke back to the topic, kamu kenapa mata kamu udah kek baso si mas kantin deh sumpah. gede banget."

"setelah lulus nanti, gian bakal nerusin kuliah di yogyakarta."

"WHAT?" riska menutup mulutnya sendiri dengan tangannya, saking kagetnya.

"tunggu tunggu.. kok bisa? astaga baru aja kemarin aku bilang gimana nanti kalo gian beda universitas sama kamu, tapi kok bisa jadi kenyataan gini, beda kota pula, astaga niki aku minta maaf aku gak maksud berdo'a atau nyumpahin, aku.."

"ka udah, ini bukan salah kamu, karena kemarin bilang hal itu.. mungkin takdirnya seperti itu. ayahnya di mutasi ke jogja, keluarganyapun mau tidak mau ikut sama ayahnya."

"itu sebabnya kamu..?"

niki mengangguk, lalu menghela nafas hatinya terasa sangat berat.

"rasanya baru kemarin aku menelan rasa senang ketika bersamanya, bahkan berharap bisa lebih dari ini. tapi sepertinya harapanku akan ku gantung sampai kelulusan nanti."

"Big NO NO NO NO.. apa yang kamu bilang? kamu bakal ngegantungin harapan kamu cuma sampai kelulusan nanti, ngga..ngga..ngga, itu gak akan terjadi, kamu udah janji sama aku ki buat nyatain perasaan kamu sama dia."

"tapi ka.."

"apa perlu aku yang bilang sama dia?"

"janganlah ka."

"terus kapan?"

"kamu kemarin cerita sama aku kan? kalo nurul akan nembak dia? sebelum hal itu terjadi, kamu dulu yang harus nembak dia?"

niki menggeleng "aku belum bisa ngumpulin keberanian buat hal itu."

"terus kapan ki? seenggaknya, kalau kamu udah nembak dia, terus kalian jadian. kalian gak akan terpisah meski oleh jarak, apa itu namanya? ahh iya LDR, kalian bisa ngejalin hubungan jarak jauh."

niki hanya terdiam, ia tidak tau lagi harus berkata apa lagi, hal yang dikatakan riska entah kenapa rasanya tidak akan mungkin terjadi. niki terlalu takut semakin ia berharap, akan semakin menyakitnya, terlebih ia tak tau kemungkinan yang akan terjadi.

*****

waktu masih terus berjalan sampai 1 bulan telah mereka lewati kali ini kelas 12 tengah disibukkan ujian praktek dan ujian sekolah yang sangat banyak, sampai tak ada waktu untuk memikirkan hal lain.

seperti biasa niki dan gian berbeda kelas ketika ujian, karena diurutkan berdasarkan abzad, hingga rasanya sulit untuk sengaja bertemu disela-sela istirahat, niki lebih banyak menghabiskan waktu di kelas untuk kembali menghapal pelajaran yang akan diujiankan setelahnya.

"niki." panggil seseorang dari luar kelas, lalu masuk ke dalam menghampiri meja niki ternyata itu adalah soni teman sekelas niki. yang sekarang 1 ruangan dengannya.

"iya ada apa son."

"nih titipan." soni menyodorkan sekantung plastik bening berisikan jus strawberry didalamnya.

"dari?" niki mengernyitkan dahi

"biasa."

"makasih yah." ucap niki ketika menerima jus itu.

"yoi, sama-sama." lalu soni kembali kebangku nya

ketika niki membuka isi plastik itu, terdapat catatan kecil diatas jusnya.

jangan terus belajar, sampai lupa minum,
yang fokus nanti isi soalnya.. semangat..

niki langsung tersenyum ketika melihat tulisan itu.

*****

gian dan niki sedang berjalan pulang ke kompleks seperti biasa.

"makasih buat jus nya."

"hmm jus? jus apa maksudnya?"

"iiih kura kura dalam perahu, pura-pura ga tahu."

"ehh beneran, jus apaan emang?"

" jus yang tadi istirahat itu dari kamu kan?"

"ngga lho, aku ga beliin kamu jus, aku tadi gak ke kantin, diem aja kok di kelas."

"ga usah pura-pura aku tau tulisan kamu kaya gimana? kan aku pernah nyatet di buku kamu."

"oh iya yah."

"tuh kan?"

"ehh keceplosan."

"hahahaha, kalo mau pura-pura pinteran dikit kenapa gi." niki tertawa sangat puas.

"iya iyaaa aku yang ngasih, ketawanya kaya yang puas gitu astaga."

"abis lucu." niki kembali tertawa

"Tapi rasanya udah lama gak liat kamu ketawa kaya gini,"

"iya gitu?"

"iya, selama sebulan ini kamu kaya gini terus." gian memasang wajah cemberut niki sambil menggembungkan pipinya.

"iiih apaaan tuh. ngeledek.. aku ga sechuby itu." niki mecubit lengan gian, lalu terkekeh.

"ehh itu kenyataan, kamu keliatan cemberut terus, ga ada senyum-senyumnya, seriuuuus terus, kaya yang lagi mikirin apaaa gitu, kamu kenapa sih ki?"

"ng.. yahh aku cuma stres aja mikirin ujian-ujian sekarang." ngeles niki, padahal ia stress memikirkan gian yang sebentar lagi akan pindah setelah lulus nanti.

"hmmm.. ga usah stres ki.." gian mengacak-acak rambut niki dengan gemas,

"ujian itu bukan untuk di pikirin, tapi dihadepin, buktinya kita udah ngelewatin ujian-ujian yang lain kan? ga ada yang perlu ditakutin, tapi dihadapin. ngerti?"

niki tersenyum lega, "iyaa aku ngerti."

"jadi jangan mikirin hal lain, kita harus fokus sama ujian kita, inget nilai yang harus kita kejar buat masuk ke universitas."

"iya iyaaa.." niki menghela nafas, walaupun sebenarnya susah baginya untuk tidak memikirkan apapun, belajar dan ujian memang menyibukkan pikiran niki, tapi jika sedang bersama gian atau sedang melamun sendirian, ia pasti akan kembali bersedih memikirkan gian yang akan ke jogja tidak akan lama lagi.

*****

Message love [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang