Eleven.

3.3K 384 53
                                    


DLDR


Sudah 2 jam lamanya Wayo pergi bersama Park dari tempat ini, Tapi Phana tak sedikitpun melangkahkan kakinya dari tepi pantai itu,

Tubuh tinggi nya menjulang tinggi tertimpa matahari sore yang saat ini akan terbenam, Walaupun tubuhnya terasa begitu kedinginan, Berbeda dengan hatinya yang saat ini begitu terbakar oleh api yang telah Park nyalakan.

Si Brensek itu..

Ia pasti mengatakan sesuatu yang buruk tentang nya pada Wayo, Wayo tidak akan seperti itu jika Park tidak mengatakan sesuatu bukan? Ia sangat yakin, Park telah membuatnya begitu buruk di mata Wayo.

Drrrtt.

Phao?

Phana tersadar saat sebuah pesan masuk dari ayahnya yang menyuruhnya dengan cepat pulang saat itu juga, ia mengepalkan tangan nya dengan erat.

Apa lagi mau nya?

Walaupun begitu, dengan masih kesal mendapatkan pesan itu tetap saja Phana segera berjalan untuk pergi dari tempat itu.


" Yo.. "
Sudah lebih dari 3x Park memanggil nama Wayo, Tapi Wayo tak sedikitpun menjawab nya, biasanya jika Wayo tak menjawab, ia hanya akan menganggukkan kepala nya, Tapi sekarang tidak, Wayo hanya terdiam di samping nya sembari menatap jalanan di luar kaca mobil nya.

" Bee kita pulang saja, kita makan di rumah, sepertinya Wayo tidak bernafsu untuk makan di luar " Lewat kaca mobil ini, Bee bisa dengan jelas melihat wajah Wayo yang terlihat begitu sedih. Ia mengalihkan pandangan nya ke arah Park yang hanya mengagguk saat itu juga.

" Baik Tuan.. "



Beam mengerjapkan matanya dengan sangat pelan untuk melihat dengan jelas di mana dirinya berada..

Dimana ini?

Aku masih selamat?

Beam melihat jam yang menempel di dinding itu menunjukan pukul 02.13 dini hari, Beam merasa ia tertidur sungguh sangata lama, suluruh badan nya masih kaku untuk di gerakan, bahkan kaki nya terasa masih kebas untuk di gerakan.

Di saat ia mencoba untuk melihat-lihat ruangan yang saat ini ia tempati, pandangan matanya jatuh pada tubuh seorang pria yang cukup tinggi sedang terbaring di sofa yang berada di ruangan itu.

Forth?

Ia terus berfikir, kenapa Forth bisa berada di sini,? Apa Forth menunggui nya? Apakah ia masih bisa berharap sedikit saja?

Melihat raut wajah lelah Forth yang saat ini sedang tertidur, Beam menjadi merasa bersalah.

Apa ia terlalu egois?

Bahkan dalam situasi seperti ini ia belum juga bisa melupakan Forth..

Kenapa tuhan masih membiarkan aku hidup?

Dan..

Kenapa ia selalu ada di dekat ku tuhan?

Hatinya menangis kembali, Ia sadar, ia begitu egois sendiri dalam hal ini, ia bahkan berfikiran secara ke kanak-kanak kan, tanpa berfikit lagi ia bahkan mencoba untuk melenyapkan nyawanya sendiri.

Forth..

Kenapa kau masih di sini?

Apa kau menunggu ku?

Air mata turun dari mata Beam yang saat ini kembali menangis mengingat semuanya, Beam mencengkram erat selimut yang ia pakai hingga kusut, sebuah suara pilu yang terdengar pelan keluar dari bibir nya itu.

Gambling Love'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang