Twenty-Four.

1.9K 296 49
                                    

Enjoy 🤗

DLDR!! DLDR!!

SiDers? Go Away 😒
Haters?
Nyemplung sonoh 😄
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Sebelum nya aku mau ngucapin Makasih banyak buat kalian yang udah komen dan masih bersedia membaca Story ini.

Biarlah yang lalu biar berlalu, jadikan pelajaran aja ya sama aku pribadi, asal jangan di kenang-kenang aja kaya ngenang mantan,eh!!

Thank u Soooooooo Much 😘😘😘👍

I'm Sorry for Late Up 😢

Cklek..!

Suara kunci di putar itu langsung membuka pintu brankas di dalam lemari kamar Song. Tangan Gun. langsung meraih sebuah pistol dan dokumen penting yang Song simpan di dalam brankas itu.

" Ini Forth, berikan ini pada Jaksa Owa. Dia akan melakukan perintah ku, ia yang akan membantu kita. Dokumen ini adalah Dokumen yang sangat penting, Dokumen ini adalah kartu AS yang akan membuat San tidak berkutik. "

Forth mengangguk mantap. Ia percaya dengan Gun, Bagaimanapun cara nya, ia harus segera menyampaikan dokumen ini pada jaksa itu.

" Aku dan Ming akan pergi dari sini setengah jam lagi, Kau pergilah dan hati-hati, jika ada apa-apa orang pertama yang harus tau adalah aku, ingat itu Forth. "

Wayo tengah berbaring tak sadar kan diri saat ini, Park yang berada di samping nya mencengkram lengan nya sendiri dengan erat, ia sangat kesal, kenapa dalam situasi ini San menyuruhnya untuk menemui nya, ia tak ingin barang sebentar saja meninggalkan Wayo.

Setelah melakukkan operasi pada Wayo, Dokter itu mengatakan jika Wayo kehilangan banyak darah saat di bawa kesini, luka nya cukup parah, dan bahkan sekarang kondisi nya masih kritis, Park tidak tau kapan Wayo akan terbangun.

" Bee jaga dia untuk ku, Aku akan segera kembali, jangan sampai kau kecolongan, berjaga-jaga lah. "

Park berdiri dari duduk nya, ia menatap Wayo sebentar sebelum pergi meninggalkan ruangan itu.




" Phana jangan keras kepala Hey!! " Nyonya Kong bahkan sampai berteriak panik saat melihat Phana mencabut paksa selang infus nya, Kit yang terbangun berusaha mencoba menenagkan Phana yang terlihat tak terkendali.

" Tidak Mae!! Biarkan Aku pergi, Lelaki Brengsek itu telah membawa Wayo, Mae, Wayo ku terluka, ia pun tertembak, aku akan memastikan dia selamat dan membawa nya kembali, Jadi Mae jangan menghalangi ku!! "

Tubuh nya yang masih kaku sedikit terhuyung saat menapakkan kaki nya di atas dingin nya lantai. Ia terus berusaha untuk meyakinkan Ibu nya agar ia bisa keluar dari rumah sakit ini.

Ia sudah mati rasa, Luka nya tak seberapa dengan seberapa besar kecemasan nya pada Wayo. Sebelum ia belum menemukkan Wayo, ia bersumpah tidak akan pernah datang ke rumah sakit ini.

" P'Pha.. Jangan gila, kau baru saja di operasi, bagaimana bisa kau ingin pergi.. " Tetap saja, Walaupun Kit mencoba untuk menghentikkan nya, Phana tidak akan berhenti. Ia sudah tidak bisa memikirkan hal lain lagi saat ini. Ia hanya memikirkan keadaan Wayo yang entah saat ini bagaimana kabar nya.

" Mae, Percayalah.. Aku baik-baik saja, Ku mohon ijinkan aku untuk mencari Wayo. Aku ingin melihat nya Mae.. "

Perasaan nya sebagai seorang ibu tersentuh melihat besar nya cinta Phana pada Wayo. Bahkan sekarang Phana tidak memperdulikan kesehatan nya, Walaupun ia besikukuh menahan putra nya disini, Ia tau, Phana akan tetap pergi dan akan mecari Wayo. Jadi mungkin hanya ini yang bisa ia lakukkan, ia hanya berharap Tuhan menjaga kedua putra nya.

Gambling Love'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang