Four.

4.2K 454 26
                                    




Phana menjalan kan Mobil Sport nya yang membelah jalanan dengan begitu kencang.

Ming baru saja menelpon nya melaporkan sesuatu kepadanya tentang pria kecil yang kini berada di Apartemen nya.

Ming mengatakan bahwa pria kecil itu kini sedang demam tinggi sejak siang ini, sebenarnya Ming sudah mencoba untuk memberitahukan ini kepada Phaan sejak siang, tapi Phana tidak pernah mengangkat telpon darinya.

Saat Phana memasuki Apartemen nya dia langsung bertemu dengan Ming di ruang tengah.

" Pha.. Aku menelpon Beam untuk datang memeriksa keadaan anak itu, aku tak tau sejak aku datang dia hanya diam di bawah selimutnya, aku kira dia tertidur karena kelelahan jadi aku tidak membangunkan nya, Tapi saat aku kembali memasuki kamar kembali dia sudah dalam keadaan sangat buruk " Mendengar perkataan Ming kepadanya membuat tubuh Phana terdiam.

Saat Dokter Beam keluar dari kamar Phana ia segera menghampiri Phana.

" Pha.. "

Beam duduk di depan Phana dengan pelan.

" Aku datang karena Ming menelpon ku, aku kira yang akan ku periksa adalah kau, keadaan anak itu sudah membaik sekarang, tadi panas nya sangat tinggi, sekarang panas nya sudah sedikit menurun, aku rasa anak itu harus di rawat di rumah sakit, bisa kita bawa anak ini ke sana Pha? "

Melihat Phana yang menyilangkan tangan nya di depan dadanya sudah membuat Ming dan Beam tau jawaban nya apa.

" Cukup berikan ia obat, kau hanya perlu datang ke sini, tidak perlu membawa anak itu ke sana " Menghela nafas nya pelan Beam tau Phana tidak akan setuju dengan idenya.

" Baiklah Pha. Tapi untuk saat ini bisakah kau.. Kau tidak perlu kasar pada anak itu, Ph.. "

" Baiklah Beam kau bisa kembali pada tugas mu, tinggalkan saja obat untuk nya " Setelah mengatakan itu Phana berdiri dari duduk nya dan pergi menuju kamarnya.

" Hah, dia benar-benar.. " Ming duduk di samping Beam saat melihat Beam mengeluarkan kertas dari sakunya kemudian menuliskan sesuatu .

" Kau yang paling tau dirinya, dia tidak akan pernah berubah "

" Tapi kasihan anak itu, siapa namanya aku lupa tadi "

" Wayo. Namanya Wayo "

Beam mengangguk mengerti.  " Kasihan Nong itu, kau tau? Luka di tubuhnya tidak sedikit dan aku yakin itu ulah Pha "

" Aku tau, melihatnya saja aku tak tega. " keduanya kembali terdiam dalam pikiran nya masing-masing.






DORR.. DORR.. DORR..

Peluru itu terus Park tembakan pada sebuah pohon di depan nya dengan beringas.

Ingatan nya kembali pada kejadian malam itu di mana Phana telah membawa Wayo pergi dari hidupnya.

" Sial!!! " dengan kesal Park membantingkan pistol yang di pegangnya dengan keras ke atas tanah.

" Tenanglah, "

" Dengan keadaan Marah aku tak bisa berfikir. "

" Tenang Park, " Kaki Park melangkah ke sebuah kursi di dekat nya sembari menenggukan sesuatu.

" Akan ku bunuh bajingan itu "
" Akan ku bunuh ia "

Membayangkan Wayo yang kini bersama dengan Phana terus menerus membuat hati Park panas seperti terbakar oleh api yang membara.



Wayo mencoba membuka matanya pelan. Sekarang Tubuhnya tidak sesakit tadi pagi, pusing di kepalanya pun sudah mereda.

Perutnya berbunyi, sebenarnya ia sudah lapar sejak pagi tadi mengingat ia sendiri belum memakan apa pun dari semalam, karena sibuk bekerja ia selalu tak memiliki waktu untuk makan.

Gambling Love'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang