"Tujuanku kemari untuk mengambil kucingku. Kau tau kan?" Ucap Vincena.
Darren menghentikan gerakannya yang tengah memutar kunci. Dia mengurungkan niatnya untuk segera membuka pintu.
***
"Sayang sekali, Vincena." Darren menunjukkan wajah sedihnya. "Padahal aku sudah berhati-hati mengawasinya di apartemenku. Tapi dia kucing liar, begitu aku lengah dia langsung pergi menghilang begitu saja. Maafkan aku..." Ucap Darren dengan ekspresi menyesalnya.
"Kenapa bisa begitu??" Vincena sedikit mundur karena terkejut.
"Tapi tenang saja, aku punya penggantinya. Kau pasti suka" Darren tersenyum manis dan langsung membuka pintunya.
Begitu pintu terbuka, seekor anjing husky berwarna putih abu-abu menyalak menyambut kedatangan mereka.
"Waah...!" Mata Vincena berbinar dan langsung berjongkok mengelus anjing itu. Dia begitu cepat melupakan kucingnya.
Darren tersenyum menyeringai, Ini sudah sangat tepat.
Dan kalau disuruh memilih hewan peliharaan, setidaknya anjing lebih berguna daripada kucing, begitulah yang ada di pikiran Darren.
Darren masuk dan menutup pintunya. "Duduklah" Darren duduk disofa ruang tengah.
Vincena membopong anjing itu dan mendudukkan bersama dirinya disofa.
"Aku akan membawanya pulang" Ucap Vincena masih dengan wajah senangnya.
"Pulang kemana?"
"Kerumah... Patricia" Raut Vincena berubah.
"Itu kan anjingku, dan tidak boleh dibawa kemanapun"
"Tapi kau menghilangkan kucingku!" Vincena mulai meninggikan suaranya.
"Kau boleh memilikinya jika kau tinggal disini." Ucap Darren dengan tenang.
"Tapi-"
"Kau juga boleh memberinya nama. Siapa nama anjing ini?"
Wajah Vincena kembali cerah. Begitu cepat ekspresinya berubah. "Jadi, aku boleh memberinya nama?"
"Tentu saja boleh." Darren tersenyum tampan.
Vincena memutar bola matanya. "Bagaimana kalau namanya... Berno? Bagus kan??" Ucapnya bersemangat.
"Bagus sekali. Cocok untuknya. Hai Berno!" Darren menyapa Berno dan mengelus kepala anjing itu. "Jadi, apa kau akan tinggal disini?" Darren kembali menatap Vincena.
Belum sempat Vincena menjawab, ponselnya berbunyi. Dia merogoh sakunya dan memencet tombol answer kemudian menempelkan ponsel itu ketelinganya.
"Halo? Iya.... iya... tidak apa-apa.... Iya, nanti aku pulang... aku baik-baik saja Patricia.... Iya, pasti.....Ya... ya... Sampai jumpa" Vincena mematikan ponselnya, memasukkan kedalam saku. Dia menghela nafas.
"Bagaimana ya, Darren. Patricia pasti mengkhawatirkan aku. Mungkin aku belum bisa tinggal di sini. Nanti aku bicarakan dulu dengan Patricia."
"Sayang sekali. Kalau begitu, Berno untukku saja"
Vincena menyahut cepat "Aku akan sering berkunjung di sini menemui Berno, bagaimana?"
"Hmmm..." Darren terlihat berpikir sebentar. "Ya, boleh saja" Ucapnya pada akhirnya.
"Kalau begitu, aku pulang dulu" Vincena beranjak dari duduknya.
"Cepat sekali. Aku bahkan belum memberimu minuman"
"Tidak perlu Darren. Aku harus pulang dan berbicara dengan Patricia"
"Baiklah kalau begitu. Hati-hati."
Darren pun mengantar Vincena sampai depan pintu.***
Sore itu, Vincena menemani Patricia duduk-duduk diruang TV sambil meminum teh hangat. Patricia sejak tadi tidur seharian karena malamnya akan bekerja lagi.
Vincena telah menceritakan pertemuannya dengan Darren.
Dia mengatakan ketika sedang mencari kucingnya, secara tidak sengaja dia bertemu dengan Darren.
Dan Patricia percaya dengan ceritanya.
"Jadi, apa kau ingin tinggal di tempat Darren?"
"Aku tidak tahu. Tapi dia terlihat sedih ketika aku menolak tinggal disana"
"Aku bukannya melarangmu. Tapi pikirkan baik-baik, Vincena. Apakah menurutmu Darren orang yang baik?"
***

KAMU SEDANG MEMBACA
TRAP...! ✔ [ END ]
Mystery / Thriller#1 - Mystery / Thriller (20 Jan '18) #3 ( 18 Des '17 ) #6 ( 13 Des '17 ) TRAP...! ( Dark Romance, Psycho, Mystery, Thriller) Follow dulu sebelum baca cerita, karena sebagian diprivat. ~•● Sinopsis ada di part awal cerita ini ●•~ _6 Okt '17_ © Hak ci...