Trap KK

16.8K 1.2K 143
                                    

"Apa kau tidak mengajak Vincena?" Tanya Henry.

"Mungkin setelah ini" Darren tersenyum miring dan mulai mendekatkan benda tajam itu di leher Henry, sambil mengeratkan rangkulannya.

"Vincena semalam menelfonku, sebenarnya aku masih mengantuk. Tapi aku ingat kalau dia memintaku untuk menjemputnya..." Mata beningnya mengerjap polos menatap Darren yang masih merangkulnya sedari tadi.

"Benarkah? Lalu..?" Benda tajam itu kini benar-benar telah melekat di leher Henry.

*

"Benarkah? Lalu..?" Benda tajam itu kini benar-benar telah melekat di leher Henry.

"Tentu aku tidak akan kesana!" Suara Henry terdengar begitu nyaring. "Yang benar saja, Vincena bilang kalau kau adalah orang jahat, psikopat... itu tidak mungkin! Dan aku tahu pasti dia memintaku untuk membawanya kabur. Dia tidak mau kau suruh sekolah, aku benar kan???" Henry berucap dengan sangat menggebu-gebu, merasa telah menjadi detektif hebat seperti di film-film. "Aku akan langsung melaporkan padamu jika melihat Vincena kabur lagi. Itu bukan perbuatan yang baik...!"

Anak ini.....

Ucapan Henry membuat Darren menepikan mobilnya dan memberhentikannya sejenak.

Darren menatap Henry lekat-lekat dengan sorot tajamnya, dan Henry balas menatap pria itu dengan manik polosnya.

Sejenak keheningan menyelimuti mereka berdua.

"Darren...?"

Suara Henry memecah keheningan.

Darren mengerjap sebentar sebelum akhirnya menjauhkan benda tajam itu dari leher Henry dan kembali menyelipkan disela-sela jarinya, kemudian melepas rangkulannya pada Henry. "Kau anak yang hebat..." Darren tersenyum menyeringai, memasukkan kembali benda itu kedalam sakunya.

"Tentu saja!" Henry tertawa riang, sama sekali tak menyadari apapun yang akan menimpa dirinya.

Netra gelap Darren telah sirna.

Pria itu sama sekali tak menyangka bahwa Henry akan berbicara seperti itu.
Dan dia harus kembali berpikir ulang mengenai Henry.

"Baiklah, ayo kuantar kau pulang" Ucapnya kemudian, setelah terdiam cukup lama.

"Tadi bukannya kau akan mengajakku ke suatu tempat?" Henry terlihat heran.

"Lain kali saja. Sewaktu membicarakan Vincena, aku jadi mengingatnya. Dia pasti akan sangat iri jika aku hanya mengajakmu saja. Nanti kapan-kapan ya?" Darren tersenyum dan membawa mobilnya kembali ke jalan raya.

"Baiklah." Henry akhirnya mengangguk. Sepertinya dia tidak keberatan sama sekali.

***


Benar-benar tidak ada seorangpun yang bisa menolongnya.
Ternyata yang bisa menolong Henry hanyalah kepolosannya sendiri.

***

Darren tiba di apartemennya.

Melihat sekitar hanya ada Berno yang terlihat bingung dan diam tak melakukan apapun.

Kemudian dia membuka pintu kamar, namun ternyata kamarnya kosong.

Darren melangkah kearah dapur, juga kosong.

Darren mengitari ruangan mencari-cari Vincena, kemudian kembali masuk kekamar dan mengecek kamar mandi yang juga kosong.

Vincena tak ada di manapun.

Dan ketika dia melihat laci di dekat ranjang tidurnya yang setengah terbuka, Darren akhirnya menyadari bahwa semua uang tunainya telah raib.

Vincena mencuri uangnya untuk kabur.

Darren memejamkan matanya, mengambil nafas dalam-dalam. Rahangnya mengeras, tangannya mengepal kuat.

Bukan, bukan karena uangnya yang dicuri. Darren sama sekali tak mempermasalahkan berapapun uangnya hilang. Itu tak seberapa dibanding dengan jumlah nominal yang ada di rekeningnya.

Yang dia pikirkan saat ini hanyalah Vincena.

Jika Vincena sampai mencuri uangnya untuk kabur, berarti gadis itu menganggapnya sama seperti Juan, ayahnya yang bajingan itu.

Darren mengeratkan giginya, kali ini dia tidak bisa menerimanya.
Dia bukan pria bajingan, lalu mengapa gadis itu seolah menganggapnya demikian?

Fatal.

Sangat fatal.

Vincena benar-benar berada dalam masalah besar kali ini...

BBRRRAAAAAAKKKKKKK....!!!!!!

Darren menendang keras lemari besar yang berada tak jauh darinya, membuat lemari itu hancur dan rubuh seketika.

Matanya mulai menggelap dan pria itu langsung keluar dari kamarnya.

Ketika melihat Berno, diseretnya anjing itu dan dia mulai mencari-cari pisau kearah dapur.

***


♡♡♡


TRAP...! ✔ [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang