Trap T

20.9K 1.4K 42
                                    


"Maaf" Ucap Kevin cepat kemudian berjalan kembali.

Namun tangannya dicekal oleh seseorang yang tadi ditabraknya.

Langkah Kevin terhenti, dan dia mendongak melihat siapa orang itu.
Matanya menatap nanar begitu melihatnya.

Darren!

"Hai, lama tak jumpa" Ucap Darren, dengan senyumannya yang mengerikan.

***

Hari mulai gelap dan Vincena masih belum menemukan tempat untuk bermalam. Ternyata sulit sekali menemukan hotel yang murah.

Terlintas dibenaknya akan tawaran Henry tadi siang. Dia langsung mengambil kartu nama Henry dari sakunya, menyalin nomor telfon Henry kedalam ponsel kemudian menelfonnya.

Rupanya Henry masih berada di tokonya dan bersedia menunggu kedatangan Vincena. Vincena pun lantas bergegas kembali dan mencari toko alat musik yang tadi disinggahinya.

Setelah beberapa lama, akhirnya dia menemukan tokonya. Vincena langsung masuk kedalam toko bersama beberapa orang pembeli yang memasuki toko itu.

Beberapa pembeli berkeliling mencari-cari alat musik yang akan dibelinya, namun Vincena mencari-cari sosok Henry.

"Mau mencari apa, nona?" Seorang karyawan toko berbaju rapi dan memakai dasi kupu-kupu menanyai Vincena dengan ramah.

"Kalau boleh tahu, Henry di mana ya? Aku temannya Henry" Jawab Vincena.

"Oh, tuan muda ada di lantai dua. Mari saya antar" Ucapnya sopan.
Vincena mengikuti pria itu menaiki tangga menuju lantai dua.

Dan dilihatnya Henry sedang bercakap cakap dengan seorang pembeli di depan rak biola yang berjajar.

"Nona, itu dia" Ucap pria itu. "Saya permisi dulu"

"Iya, terimakasih" Vincena tersenyum dan berjalan hendak menemui Henry.

Namun sebelum mendekat, dia mengamati pria yang sedang berbicara dengan Henry, dan seketika Vincena terkejut.

Ternyata pria itu adalah...

Darren.

Vincena menghentikan langkahnya, menoleh ke kiri dan ke kanan dengan panik.

Ketika melihat ada lemari dengan ukuran sedang, dengan gerakan kilat Vincena langsung menunduk dan bersembunyi di baliknya.

Kepala Vincena menyembul sedikit, bermaksud untuk mengintip dan melihat situasi. Namun rupanya Henry melihatnya ketika sedang menoleh secara tidak sengaja.

Mata mereka bertemu, dan Vincena langsung menempelkan telunjuk di bibirnya mengisyaratkan Henry untuk diam.

Tapi bukannya diam, Henry malah memanggilnya.

"Hai Vincena!" Suara Henry sangat nyaring, membuat Darren ikut menoleh. "Sedang apa kau di situ?" Ucap Henry dengan wajah tanpa dosa.

Vincena merutuk dalam hati, berharap bisa menghilang begitu saja dari tempat ini. Karena sudah tertangkap basah, tidak mungkin Vincena bisa terus bersembunyi.
Akhirnya Vincena keluar dari tempat persembunyiannya.

"Hai semua" Ucapnya kaku.

"Akhirnya kau datang juga!" Henry berkata dengan ceria. "Kakakmu mencarimu" Ucapnya dengan polos seraya menunjuk Darren.

"Apa? Kakak?" Vincena benar-benar tidak mengerti.

"Benar" Darren tiba-tiba menyela. "Aku harus membawa pulang adikku. Dia sudah lama membolos sekolah, dan itu tidak baik" Jelasnya pada Henry.

"Itu tidak benar, Henry!" Sangkal Vincena.

"Tapi dia ini kakakmu. Dan kau harus pulang bersamanya, Vincena. Kasihan sejak tadi dia khawatir dan sudah mencarimu kemana-mana. Kau tidak boleh terus-terusan membolos sekolah"

"Tapi dia bukan-"

"Ayo pulang" Darren melangkah mendekati Vincena dan menarik tangannya

"Henry, dia bukan kakakku!" Vincena meronta-ronta.

"Kau ini, tidak boleh bicara seperti itu." Henry membulatkan matanya, terkejut dengan perkataan Vincena.

"Tolong...! Tolong...!" Vincena berteriak-teriak ketika Darren berhasil menyeretnya menuruni tangga.

Beberapa karyawan tergopoh-gopoh datang melihat apa yang terjadi.

"Biarkan saja." Ucap Henry. "Vincena kabur dari rumah karena tidak mau bersekolah. Dan itu Darren kakaknya, akan membawa dia pulang" Dengan polosnya Henry mencoba menjelaskan.

Karyawannya pun mengangguk paham dan membiarkannya.

Beberapa pengunjung menggeleng-gelengkan kepalanya, melihat Vincena seperti 'tersangka utama'.

Jelas saja mereka lebih percaya Darren karena penampilannya yang sangat elegan.

Paras tampan dengan setelan jas mahal dan sepatu mengkilat, menyeret Vincena yang hanya memakai kaos dan celana jeans pendek dengan wajahnya yang kusam dan berkeringat, terlihat seperti gadis kecil urakan yang melawan 'kakak' nya.

"Terimakasih banyak, Henry."Ucap Darren pada Henry. "Tuan dan nyonya, mohon maaf atas keributan yang kami buat. Ini memang salah saya yang tidak bisa menjaga adik saya dengan baik" Darren membungkuk dengan hormat dan sopan, dengan tangannya yang masih memegangi Vincena.

"Tidak apa-apa" Salah seorang pengunjung tersenyum menatap Darren.

"Hati-hati di jalan Darren, Vincena! Kapan-kapan kalian harus mampir kesini!" Teriak Henry ketika Darren keluar dari toko dan kemudian memaksa Vincena masuk kedalam mobil sportnya.

"Tentu saja!" Jawab Darren yang telah berhasil membuat Vincena memasuki mobilnya.

Mau tak mau Vincena harus menuruti Darren, percuma saja dia melawan. Orang-orang pasti akan menganggap dirinya buruk.

Bisa-bisanya semua orang lebih mempercayai Darren ketimbang dirinya. Darren pintar sekali berakting! Dan ini sangat menyebalkan bagi Vincena.

***



TRAP...! ✔ [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang