***
"Hati-hati di jalan Darren, Vincena! Kapan-kapan kalian harus mampir kesini!" Teriak Henry ketika Darren keluar dari toko dan kemudian memaksa Vincena masuk kedalam mobil sportnya.
"Tentu saja!" Jawab Darren yang telah berhasil membuat Vincena memasuki mobilnya.
Mau tak mau Vincena harus menuruti Darren, percuma saja dia melawan. Orang-orang pasti akan menganggap dirinya buruk.
Bisa-bisanya semua orang lebih mempercayai Darren ketimbang dirinya. Darren pintar sekali berakting! Dan ini sangat menyebalkan bagi Vincena.
***
"Kau puas sekarang?!" Vincena berkata berang, dengan tangan bersedekap.
Kini mereka berdua sudah berada di apartemen Darren, dan duduk di ruang tengah.
"Sebenarnya, apa masalahmu?" Darren berucap dengan tenang.
"Masih saja pura-pura tidak mengerti" Vincena memalingkah wajahnya.
"Apakah ini tentang Patricia?"
"Kalau sudah tau, untuk apa bertanya!"
"Baik, akan kujelaskan." Darren masih dengan suara tenangnya. "Aku tidak menyukai Patricia, tapi Patricia yang menyukaiku. Sebenarnya aku akan datang ketempat Patricia untuk menjemputmu. Tapi Patricia berpikir bahwa aku menyukainya"
"Lalu soal pernikahan?" Vincena kini menatap Darren.
"Itu hanya pemikiran Patricia, mana mungkin aku menikahinya. Hei, memangnya kenapa? Apa kau cemburu?" Darren tersenyum menyeringai.
"Apa? T-tentu saja tidak. Siapa yang bilang begitu" Vincena berpaling kearah lain, menghindari tatapan Darren.
"Kau menyukaiku?" Darren mulai mendekatkan wajahnya.
Namun Vincena langsung mundur secara refleks. "K-kubilang tidak." Dia tak berani menatap pria itu.
"Lalu kenapa kau marah..?"
"Aku... aku..." Vincena sama sekali tak bisa menjawab. Dia menunduk dan meremas jemarinya sendiri dengan cemas.
Seringai kecil menghiasi wajah tampan Darren. "Ranselmu sudah kubawa kesini. Ada di kamarku. Jadi mulai sekarang kau tinggal disini saja" Ucapnya telak.
Vincena menarik nafas dalam-dalam. Karena ranselnya sudah dibawa Darren kesini, mau tak mau dia harus menginap di sini.
Yah, setidaknya untuk sementara."Baiklah." Ucap Vincena pada akhirnya. Dia bangkit dan mendekati Berno yang duduk di samping Darren, kemudian membopongnya. "Kau tidur di mana?" Tanya Vincena.
"Aku tidur di sini saja" Jawab Darren.
"Kau tidur di kamarku. Ini Kuncinya" Darren merogoh kunci kamar dari sakunya dan menyerahkannya pada Vincena."Berno akan tidur bersamaku" Vincena menerima kuncinya dan berjalan membawa Berno kemudian memasuki kamar Darren.
Vincena langsung mengunci kamarnya dan meletakkan Berno di kasur.
Dia mengambil ponselnya, bermaksud untuk menelfon Patricia. Dia ingin sekali meminta penjelasan dari Patricia. Tapi diurungkannya, karena dia khawatir Darren akan mendengar percakapannya.
Akhirnya Vincena hanya mengirim pesan pada Patricia.
'Patricia, besok aku akan datang ke apartemenmu. Aku ingin membicarakan sesuatu. Tapi jangan beritahu Darren kalau aku akan kesana'
Vincena meletakkan kembali ponselnya. Karena tak kunjung ada balasan, akhirnya Vincena pun tertidur.
***
Patricia memejamkan matanya, menikmati aroma therapy yang menguar di seluruh kamar mandi.
Dia sedang berendam di dalam bath tub hangat, penuh busa dan taburan bunga mawar dalam air rendamannya.
Rasanya rileks dan tenang.
Seseorang membuka pintu kamar mandi yang tak terkunci, memakai sarung tangan dan tersenyum manis pada Patricia.
Patricia menoleh melihat kedatangan pria itu, dia tersenyum malu-malu dan membiarkan pria itu masuk dan menutup pintunya kembali.
"Darren..." Patricia menyambutnya.
Kaki panjang Darren melangkah dengan pelan, senyum tampannya benar-benar membuat Patricia makin menggila.
Pria itu mulai mendekat dan masih tersenyum pada Patricia.
"Ya, ini aku" Darren berjongkok di samping bath tub.
"Aku tak menyangka kau akan datang malam ini..." Wajahnya begitu merona menatap pria jantan itu, rahang kerasnya benar-benar membingkai wajahnya dengan sempurna.
"Tentu saja." Dia menatap Patricia lekat-lekat. "Karena ini pertemuan terakhir kita." Sudut bibirnya sedikit terangkat. "Dan... kita tidak akan pernah bertemu lagi." Terlihat senyumnya menyeringai, dengan manik hitam yang semakin menggelap.
Belum sempat Patricia mencerna semua perkataannya, Darren langsung mencengkeram leher Patricia kuat-kuat dan kemudian dia membenamkan kepala Patricia kedalam bath tub.
Mata Darren berkilat, dengan raut dingin dan gelap tanpa menunjukkan ekspresi apapun.
Patricia berusaha melepaskan cengkeraman tangan Darren pada lehernya, namun tidak bisa.
Darren sangat kuat.
Patricia terus menggelepar dengan gelembung yang keluar dari mulutnya, dia mulai kehabisan nafas dan tubuhnya kian melemah.
Darren masih terus mencengkeram leher Patricia, memastikan seluruh tubuh dan kepalanya benar-benar tenggelam dalam bath tub.
Setelah beberapa lama, tak ada lagi gerakan lemah dari Patricia.
Dan tidak ada lagi gelembung udara yang keluar dari mulutnya.
Darren melepaskan cengkeraman tangannya.
Dia melangkah keluar dari kamar mandi, membiarkan tubuh Patricia mengambang tak bernyawa di dalam bath tub penuh busa itu.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
TRAP...! ✔ [ END ]
Mystery / Thriller#1 - Mystery / Thriller (20 Jan '18) #3 ( 18 Des '17 ) #6 ( 13 Des '17 ) TRAP...! ( Dark Romance, Psycho, Mystery, Thriller) Follow dulu sebelum baca cerita, karena sebagian diprivat. ~•● Sinopsis ada di part awal cerita ini ●•~ _6 Okt '17_ © Hak ci...