***
"Darren..." panggilnya dengan suara pelan.
Ketika mendengar suara Vincena memanggilnya, pria itu pun membalikkan badannya.
Matanya langsung tertuju pada Vincena.
Dia menatap gadis itu dengan tatapan yang sulit diartikan.
Tatapan yang terasa berbeda, begitu asing hingga membuat Vincena seolah tak mengenali pria yang ada di hadapannya sekarang ini.Vincena merasakan aura dingin dan begitu mencekam.
Perasaannya mulai tidak enak.
Firasatnya buruk.
*
"Sebaiknya kita bersantai saja di sore yang cerah ini," Ucapnya tiba-tiba. Pria itu memang terlihat tersenyum ceria, namun itu terasa menakutkan bagi Vincena.
"Kubuatkan kau minum, duduklah"Meskipun bingung, namun Vincena mengikuti Darren kearah dapur yang cukup besar, kemudian duduk di kursi dekat dapur yang ditunjuk Darren.
Darren membuat dua gelas coklat hangat dan menyerahkannya segelas untuk Vincena.
"Minumlah" Ucap Darren seraya duduk di hadapan Vincena.
Vincena menatap minumannya ragu-ragu.
Minum... atau... tidak?
"Kenapa tidak kau minum...?" Darren bertanya dengan suara pelan. Pria itu mengambil gelasnya sendiri, hendak meminumnya.
Vincena menggigit bibir bawahnya, kemudian dia menjawab, "A-aku ingin menukar minumanku...denganmu..."
Darren menghentikan gerakannya yang hampir meminum coklatnya. "Kenapa?" Pria itu semakin intens menatap gadis di hadapannya, yang terlihat semakin gelisah. "Rasanya sama saja, tidak ada yang berbeda"
Vincena hanya terdiam, sama sekali tak bisa menjawab.
"Oh, baiklah kalau itu maumu..."
Darren menatap Vincena dengan sedikit seringai yang tak terlihat.
Dia menyerahkan minumannya sendiri dan menukarnya dengan minuman milik Vincena.Darren langsung meminumnya dengan masih menatap mata Vincena.
Melihat Darren sudah meminumnya, akhirnya Vincena minum juga dari gelas yang seharusnya diminum Darren.
Kemudian mereka berdua terdiam beberapa saat.
Darren bangkit, kemudian mengambil sekotak pizza yang dia letakkan di atas meja dapur.
"Kau mau pizza?" Tanya Darren.Vincena yang sedari tadi terdiam, hanya bisa mengangguk dengan gugup.
Pria itu akhirnya menaruh kotak pizza itu di meja, kemudian membukanya.
Dia mulai mengambil sepotong pizza, dan langsung memakannya.Vincena masih menatap kaku pizza yang ada dihadapannya.
Hingga kunyahan Darren yang terakhir, Vincena masih belum menyentuh makanan itu.
Darren mengambil sepotong lagi dan memberikannya pada Vincena.
"Makanlah..."Dengan ragu Vincena menerima potongan pizza yang diberikan Darren, namun kemudian dia membagi dua. Dan memberikan separuh bagian itu pada Darren dengan tangannya yang sedikit gemetar.
Pria itu mengernyit. "Apa maksudmu?"
Vincena sedikit terhenyak, namun dia kembali menetralkan detak jantungnya. "I-ini potongan yang terlalu besar, aku... m-masih kenyang..."
Darren seolah mengangguk paham, dia menyambar potongan pizza yang diberikan Vincena, kemudian langsung memakannya.
Melihat Darren langsung memakannya, Vincena juga ikut memakannya.
Setelah selesai, mereka berdua terdiam cukup lama. Vincena terus menunduk dengan gelisah, karena sedari tadi Darren hanya menatapnya dalam diam.
Gadis itu seolah bisa mendengar detak jantungnya sendiri, yang sedari tadi berdentum dengan sangat keras. Keringat dingin mulai mengalir di keningnya.
Sungguh, Vincena ingin segera lari dari tempat ini."Kau berpikir bahwa aku meracunimu?" Ucap Darren tiba-tiba, memecah keheningan.
Vincena meremas ujung kaosnya dan menelan ludah dengan gugup. Dia masih terdiam menunduk, tak berani menatap wajah Darren.
"Jawab aku, Vincena Lee... Lihatlah kesini. Tatap mata orang yang mengajakmu bicara." Darren berucap dengan penuh penekanan.
Vincena menengadahkan kepalanya takut-takut dan berusaha menatap Darren.
Nyali Vincena langsung ciut begitu melihat Darren dengan tatapannya yang tajam dan menggelap, sangat dingin dan tak menunjukkan ekspresi apapun.
Gadis itu kembali menunduk menyembunyikan wajahnya, dia begitu takut melihat tatapan mengerikan dari Darren. Bibirnya kelu seolah terkunci. Membuatnya membisu, tak mampu berucap.
"JAWAB...!!!"
Vincena terlonjak kaget dan semakin ketakutan ketika Darren berteriak dan menggebrak meja, membuat meja di hadapannya retak. Retakannya makin memanjang dan akhirnya meja itu kini hancur terbelah menjadi dua.
"M-maaf...Darren..." Cicitnya dengan suara gemetar, karena tubuh Vincena juga bergetar dengan sangat hebat.
Vincena sama sekali tidak pernah melihat Darren yang seperti ini. Matanya mulai terasa panas dan berair.
"Jika kau berpikir bahwa aku orang yang baik, maka aku akan menjadi baik... Dan jika kau berpikir bahwa aku orang jahat, maka aku akan menjadi jahat..." Darren mendesis pelan, membuat nyali Vincena makin menciut.
"Selama ini aku selalu baik padamu, namun kau sama sekali tak pernah sedikitpun menganggapku baik..."
Ucapnya seraya menatap Vincena dengan nafasnya yang memburu, seperti singa yang ingin segera mencabik-cabik mangsa di hadapannya.Darren menggertakkan giginya, mulai bangkit dan langsung menarik tangan Vincena, lalu menyeretnya dengan sedikit kasar.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAP...! ✔ [ END ]
Mystery / Thriller#1 - Mystery / Thriller (20 Jan '18) #3 ( 18 Des '17 ) #6 ( 13 Des '17 ) TRAP...! ( Dark Romance, Psycho, Mystery, Thriller) Follow dulu sebelum baca cerita, karena sebagian diprivat. ~•● Sinopsis ada di part awal cerita ini ●•~ _6 Okt '17_ © Hak ci...