Trap GG

17.3K 1.3K 91
                                    

"Aku akan kerumah sakit karena jahitan di kepalaku sudah boleh dilepas." Darren tersenyum melihat wajah merengut Vincena berubah menjadi berbinar.

"Apakah... apakah aku boleh ikut?" Vincena menatap penuh harap.

"Tentu saja" Darren mengangguk. Dia tahu apa yang sedang Vincena pikirkan.

***

Vincena bersiap dengan sangat cepat kali ini, dan mereka berdua langsung menuju rumah sakit.

Tiba dirumah sakit, begitu Darren masuk keruang perawatan, Vincena bergegas menuju ruangan Kevin.

Namun ternyata, Kevin tak lagi berada di ruangan yang sama.

Vincena mencari informasi mengenai Kevin, dan yang didapatnya sungguh mengecewakan.

Kevin kini sedang dalam keadaan koma, dan berada di ruang VIP.

Tak ada seorangpun yang boleh menjenguknya kecuali pihak keluarga. Bahkan Vincena tak dipebolehkan untuk tahu di mana ruangan VIP tempat Kevin berada.

Sebenarnya Vincena cukup lega Kevin masih hidup, walaupun dalam keadaan koma. Namun dia tidak bisa mengorek informasi lagi dari Kevin tentang Darren, karena tidak bisa dipastikan kapan Kevin akan bangun dari koma.

"Vincena...?" Darren melihat Vincena duduk di ruang tunggu dengan wajah murung.

Kini kepala Darren tak lagi diperban dan jahitannya sudah dilepas. Darren terlihat lebih baik sekarang. "Ayo, aku sudah selesai"

Begitu Vincena mendongak, Darren menarik tangan Vincena pelan dan Vincena pun mengikuti langkahnya, dalam diam.

***

Vincena terjaga ditengah malam, jam menunjukkan pukul satu dini hari.

Rasa gelisah dan kebingungan yang sangat besar, membuatnya kesulitan untuk tidur. Dan kadangkala meskipun berhasil tidur, dia sering terbangun sendiri ditengah malam seperti sekarang ini.

Gadis itu turun dari ranjang, dan membuka pintu. Dia melihat Darren yang tidur di atas sofa panjang di ruang tengah seperti biasanya.

Hanya menggunakan bantal saja tanpa selimut.

Terbersit rasa kasihan melihat pria itu tidur dengan posisi yang kurang nyaman.

Tapi mau bagaimana lagi? Apartemen ini hanya memiliki satu kamar. Dan Vincena tidak mau sekamar dengan Darren, membuat pria itu mengalah dan tidur di luar.


Gadis itu melangkah menuju dapur, dia membutuhkan segelas susu hangat untuk membantunya supaya segera tertidur.

Tangannya menggapai rak paling atas dengan berjinjit, berusaha mengambil kotak susu itu.
Namun dia kesulitan.

Tangan seseorang mengambil kotak susu itu, membuat Vincena terkejut dan langsung menoleh.

"Tidak bisa tidur...?" Suara maskulin itu terdengar begitu dekat.

Darren sudah berada tepat di belakang Vincena.

Gadis itu mengangguk dengan gugup.

Bukankah tadi dia melihat Darren masih tertidur di sofa?
Lalu kenapa sekarang sudah berada di sini? Bahkan Vincena sama sekali tak mendengar langkah kakinya.

"Duduklah" Darren menyuruh Vincena duduk di kursi pantry. "Kenapa tidak bilang padaku kalau kau tidak bisa tidur?"

Vincena hanya duduk diam dan memperhatikan Darren membuatkannya susu.

Setelah selesai mengaduk susunya, pria itu memberikan segelas susu itu pada Vincena.

"Habiskan"

Vincena hanya bisa menurut dan langsung menghabiskan susu itu.

Kemudian hening.

Gadis itu tahu bahwa sedari tadi Darren terus memperhatikannya, membuatnya semakin gelisah. Dia menatap ke sembarang arah, kemanapun itu yang penting tidak menatap kearah Darren.

"Kau memikirkan sesuatu?"

Suara pria itu kembali membuyarkan lamunannya.

"Hei..." Darren menyentil hidung Vincena, membuat gadis itu akhirnya mendongak dan menatap Darren.

"T-tidak. Tidak ada. Aku tidak memikirkan apapun. Aku...aku akan kembali tidur..."

Vincena akhirnya bangkit dari duduknya, diikuti Darren.

Pria itu menahan pintu kamar ketika Vincena akan menutupnya. Akhirnya Vincena membiarkan Darren ikut masuk kedalam kamar.

Vincena naik ke atas ranjang sambil terus menatap Darren dengan raut khawatir.

Setelah Vincena berbaring, Darren menyelimuti Vincena. Pria itu hanya menatap Vincena sejenak, sebelum akhirnya beranjak keluar dari kamar dan menutup pintu.

***

Hari berikutnya, Vincena kembali terjaga ditengah malam.
Namun kali ini dia bangkit dari ranjangnya dengan gerakan pelan, kemudian berjalan menuju pintu.

Dibukanya pintu kamar dengan sangat pelan dan hati-hati, nyaris tanpa suara.

Kemudian gadis itu berjalan mengendap dan mendekati Darren yang tertidur dengan pulas di sofa ruang tengah.

***


TRAP...! ✔ [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang