Trap FF

17.9K 1.3K 135
                                    

"Katakan yang sebenarnya, Darren!" Mata Vincena memanas.

Darren menarik nafas dalam-dalam, dan menatap Vincena lekat.
"Aku - tidak - melakukannya" Ucap Darren dengan menekankan kalimatnya per kata.

"Tapi kenapa-"

"Jika aku memang orang yang seperti itu, harusnya sejak awal kau sudah jadi korbannya..." Darren menatap Vincena dengan sorot tajam, baru kali ini Darren menatapnya seperti itu.

Dan memang, hal itu membuat Vincena langsung terdiam begitu saja.

***

Hari-hari berlalu dengan kemurungan Vincena. Dia lebih banyak diam, tidak ceria seperti sebelumnya.

Vincena merasa bingung dengan semuanya, antara harus mempercayai Darren atau tidak.

Dan mengenai Kevin, Vincena sama sekali tak melihat kebohongan di matanya. Kevin waktu itu benar-benar terlihat sangat ketakutan. Lagipula, tidak ada untungnya jika Kevin bermaksud membohongi Vincena.

Sedangkan Darren, dia bersikap seperti biasanya pada Vincena, seolah tidak pernah terjadi apapun sebelumnya.

Darren bukannya tidak tahu apa yang dipikirkan Vincena, dia hanya membiarkannya.

Selama Vincena masih tetap berada bersamanya, Darren tak perlu melakukan apapun.

"Aku punya cake strawberry jumbo, kau mau...?" Darren membuka bungkusan besar berisi cake, dan berusaha memperlihatkan pada Vincena.

Vincena masih tak mau menanggapi, dan bahkan tetap menyisir rambutnya tanpa menoleh kearah Darren.

"Hhmmm... kalau tidak mau, aku akan menghabiskannya sendiri..."

Sebenarnya Vincena sangat tergoda dengan aroma cake itu, namun dia berusaha tetap bertahan.

Dia sedang marah pada Darren, dan tidak boleh tergoda dengan apapun.

Dan seterusnya, meskipun Darren mengiming-imingi Vincena dengan segala sesuatu yang disukainya, namun Vincena masih bersikeras untuk tetap mengacuhkannya.

"Vincena..." Darren mengetuk pintu kamar.

Semenjak Darren terus mengganggunya, Vincena jadi lebih sering mengunci kamarnya.

Vincena membuka pintunya sedikit, dan hanya menyembulkan kepalanya dengan wajah keruh.

Dia melihat kardus besar yang dibawa Darren, diletakkan di depan pintunya.

Pria itu tersenyum tampan. "Kau ingin tahu isinya?"

Vincena tetap diam tak menjawab. Dilihat dari bentuknya, kardus itu mungkin berisi kulkas. Dan Vincena tidak tertarik. Apapun isinya dia tidak akan-

Darren membukanya.

Rupanya, yang ada di dalam kardus itu bukanlah kulkas seperti yang dipikirkan Vincena, melainkan boneka beruang yang sangat besar, lebih besar dari tubuh Vincena.

Gadis itu membulatkan matanya, terperangah. Itu adalah boneka yang sejak kecil sangat diinginkannya, namun orang tuanya dari dulu tak pernah mau membelikannya.

Vincena mulai gelisah.

Darren menahan senyumnya melihat Vincena mulai goyah. Dia sangat tahu bahwa gadis itu benar-benar menginginkannya. Kali ini Vincena tidak mungkin bisa menolak.

Akhirnya Vincena membuka lebar pintunya, dengan cepat mengambil boneka itu dengan wajah seperti menahan malu, kemudian langsung menutup pintunya kembali tanpa mengucapkan sepatah katapun pada Darren.

Pria itu hanya menaikkan alisnya, kemudian melangkah pergi sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

***

Sudah hampir seminggu berlalu dengan kemurungan Vincena.

Kali ini Darren kembali mendatangi kamar gadis itu dan memanggilnya dengan sangat manis.

Vincena saat ini sedang melamun di kamarnya.

"Vincena..." Darren mengetuk pintu.

Gadis itu mendecih kesal dan turun dari ranjangnya, kemudian membukakan pintu.

"Ada apa?" Vincena menjawab dengan ketus.

"Aku akan kerumah sakit karena jahitan di kepalaku sudah boleh dilepas." Darren tersenyum melihat wajah merengut Vincena berubah menjadi berbinar.

"Di rumah sakit yang... sama seperti kemarin...?"

"Iya..."

"Apakah... apakah aku boleh ikut?" Vincena menatap penuh harap.

"Tentu saja" Darren mengangguk. Dia tentu tahu apa yang sedang Vincena pikirkan.

***


.


TRAP...! ✔ [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang