Trap V

19.8K 1.4K 28
                                    

Darren melepaskan cengkeraman tangannya. Dia melangkah keluar dari kamar mandi, membiarkan tubuh Patricia mengambang tak bernyawa di dalam bath tub penuh busa itu.

***

Vincena terbangun dari mimpi buruknya, ketika sinar matahari mengintip melalui sela-sela tirai jendela dan mengenai wajahnya.

Dia meraba ponsel yang tergeletak di samping bantal tidurnya, kemudian memeriksanya.

Ternyata sudah ada balasan pesan dari Patricia.

'Vincena, aku harus pergi keluar kota selama beberapa bulan. Ada urusan yang harus kuselesaikan. Maaf ya. Mungkin kita akan sulit bertemu kembali'

Tujuannya untuk datang ketempat Patricia akhirnya batal.

Aneh sekali tiba-tiba Patricia keluar kota. Seingatnya, Patricia hidup sebatangkara karena tidak ada keluarga yang mau mengakuinya. Memangnya dia akan mengunjungi siapa?

Vincena hanya bisa menghembuskan nafasnya pelan.
Huft... Ya sudahlah.

Berno yang sudah bangun terus menyalak di depan pintu, rupanya dia ingin keluar kamar. Vincena pun membuka pintu kamarnya dan ikut keluar.

Terlihat Darren yang sedang menyesap kopinya sambil membaca buku tebal. Berno langsung berlari dan memakan makanan anjing yang rupanya sudah disiapkan Darren.

"Makanlah" Ucap Darren pada Vincena tanpa menoleh. Dia masih membaca bukunya.

Vincena melihat sereal dan susu yang sudah diletakkan di atas meja dapur. Mirip makanan anak kecil yang masih duduk di taman kanak-kanak. Memangnya Darren pikir, Vincena ini anak-anak?

Meskipun sedikit kesal namun Vincena tetap memakan serealnya.

"Darren, apa benar kau akan menyuruhku untuk sekolah?" Setelah menyelesaikan makannya, Vincena mendekati Darren.

"Kalau kau mau." Ucap Darren sambil membalik halaman buku.

"Tapi aku tidak mau pulang"

"Pindah saja sekolah di sini"

"Memangnya bisa semudah itu?"

"Aku akan mengurusnya." Jawab Darren.

Vincena sekilas melirik buku tebal yang Darren baca, namun dia tidak mengerti karena ternyata buku itu berbahasa asing.

"Tapi aku sedang malas bersekolah" Ucap Vincena.

"Itu terserah kau" Darren melirik sekilas kearah Vincena. "Yang penting kau terus di sini bersamaku." Ucapnya kemudian, dan kembali membaca bukunya.

Suara ringtone ponsel Vincena tiba-tiba berbunyi nyaring.

Ponsel Vincena memang masih berada di dalam kamar, dan Vincena bangkit untuk mengambilnya.

Ketika Darren menoleh, rupanya Vincena telah menutup pintu kamarnya.

Tak berapa lama kemudian, Vincena membuka pintu kamar dengan wajah pias.

"Darren-"

Belum sempat Vincena memanggil, dia melihat Darren sudah berdiri tepat di depan pintu kamar.

Sebenarnya Vincena terkejut, namun dia memilih untuk langsung berbicara. "Ayahku barusan menelfonku, aku harus bagaimana??" Vincena terlihat sangat panik.

"Memangnya kenapa?"

"Dia menyumpahiku dan mengataiku macam-macam karena aku sudah mencuri dan menghabiskan saldo kartunya. Dia bilang, akan segera menemukanku"

"Kemungkinan dia sudah berada di kota ini" Ucap Darren, wajahnya terlihat seperti memikirkan sesuatu.

"Benarkah??"

"Tentu saja. Dia pasti sudah mengecek semua transaksi di kartunya yang kau pakai. Dengan itu dia bisa tahu di mana saja lokasi yang pernah kau kunjungi jika kau membayar dengan kartu ayahmu."

"Lalu bagaimana Darren? Dia pasti marah besar. Kupikir dia tidak akan tahu..." Vincena benar-benar panik, mengingat bagaimana tabiat ayahnya itu apalagi jika sampai marah besar seperti ini.

"Kita pergi saja sekarang. Lekas berkemas"

"Memangnya kita akan pergi kemana?"

"Ke bar milikku saja. Letaknya cukup jauh dari sini. Ayo cepat"

Merekapun segera berkemas. Darren memasang leash pada leher Berno dan ikut membawanya masuk kedalam mobil.

***


TRAP...! ✔ [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang