Trap EE

18.9K 1.4K 93
                                        

***

Entah mengapa sang dokter merasakan aura pria yang menatap tajam dirinya itu begitu mencekam seolah menguar di seluruh ruangan.
Membuatnya semakin bersikeras menyelamatkan pasien dihadapannya ini meskipun mustahil, karena dirinya sangat yakin bahwa pasien ini telah mati.

Namun tak lama kemudian, keajaiban pun terjadi.

Monitor menunjukkan lengkungan kecil pertanda jantung Kevin mulai berdetak kembali meskipun lemah.

***

"Mohon tunggu di luar, karena kami akan segera memeriksanya" Ucap dokter itu sambil menyeka keringat di keningnya.

Darren menarik tangan Vincena dan membawanya keluar.

Begitu mereka berdua keluar dari ruangan itu, suster langsung menutup pintunya.

"Kita pulang sekarang" Ucap Darren tiba-tiba.

"Aku mau melihat kondisi Kevin" Gadis itu masih terus menatap pintu ruangan Kevin yang tertutup rapat.

"Pulang sekarang, Vincena. Kau tidak lihat aku sedang sakit?" Darren menunjuk perban yang ada di kepalanya. "Kevin akan baik-baik saja..."

Vincena mengerjapkan matanya, tersadar.
Dia menoleh dan menatap Darren. "Aku sudah mencari kunci mobilmu di ruangan yang tadi, tapi tidak ada"

Darren terdiam sejenak.

"Benarkah?" Kemudian pria itu merogoh sakunya. "Oh, rupanya sudah kubawa. Kukira tadi tertinggal di sana" Darren menunjukkan kunci mobilnya pada Vincena.

Gadis itu membulatkan matanya, terkejut.
"Kau...!" Vincena terlihat sangat marah kali ini.

"Ayo pulang" Darren tak mengindahkan dan langsung menarik tangan Vincena.

"Darren, lepas...!"

"Jangan berteriak di rumah sakit..." Ucap Darren, ketika beberapa orang melihat Vincena dengan tatapan kurang suka.

Vincena menghentakkan tangannya untuk melepaskan diri dari pria itu, kemudian langsung berlari dengan sangat cepat.

Namun kali ini Darren mengejarnya.

Dan secepat apapun gadis itu berlari, sepertinya percuma.

Begitu Darren berhasil mendekat, pria itu langsung menangkap Vincena dan membopongnya, menyampirkannya di pundak.

Vincena semakin kalap, meskipun sedikit pusing karena kepalanya terasa terbalik, namun dia terus meronta dan memukul-mukul punggung Darren.

"Darren...! Turunkan aku...! Tolong...! Tolong...!"

Darren terus berlari dan tak memperdulikan teriakan Vincena. Rontaan gadis itu sama sekali tak berarti apa-apa baginya.

"Maaf... permisi..." Ucap Darren ketika hampir menabrak seseorang.

Dan seperti yang sudah-sudah, biarpun Vincena berteriak minta tolong dan terus memukul-mukul tubuh Darren, orang-orang hanya melihat Vincena dengan aneh dan percaya begitu saja dengan permintaan maaf Darren pada mereka.

Dari segi wajah, postur tubuh dan penampilan, Darren memang terlihat sangat meyakinkan.
Mana mungkin pria setampan dan seindah itu menculik seorang gadis kecil. Pasti itu adiknya yang sulit diatur, atau entah siapapun itu, yang jelas orang-orang tidak ada yang menaruh curiga padanya.

Darren membopong Vincena sambil berlari keluar dari rumah sakit, karena Darren tidak ingin membuat keributan dengan teriakan Vincena yang semakin keras.

Begitu tiba di parkiran dan menemukan mobilnya, Darren langsung membuka pintu dan menjejalkan Vincena kedalam mobilnya. Kemudian ikut memasuki mobil dengan gerakan cepat.

Darren juga langsung mengunci mobilnya ketika Vincena berniat hendak membukanya.

"Kau yang melakukannya kan??" Ucap Vincena dengan nafas tersengal.

"Melakukan apa?"

"Melakukan sesuatu pada Kevin ketika tadi aku keluar"

"Tidak, Vincena. Aku tidak melakukan apapun. Kenapa kau menuduhku begitu?"

"Katakan yang sebenarnya, Darren!" Mata Vincena memanas.

Darren menarik nafas dalam-dalam, dan menatap Vincena lekat.
"Aku - tidak - melakukannya" Ucap Darren dengan menekankan kalimatnya per kata.

"Tapi kenapa-"

"Jika aku memang orang yang seperti itu, harusnya sejak awal kau sudah jadi korbannya..." Darren menatap Vincena dengan sorot tajam, baru kali ini Darren menatapnya seperti itu.

Dan memang, hal itu membuat Vincena langsung terdiam begitu saja.

***





TRAP...! ✔ [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang