Part 2 : Aduh.. ketemu!

9.6K 638 17
                                    

***
2 jam perjalanan kami hanya diam membisu. 

Bosan?  Tentu saja. 

Yang ku lakukan sedari tadi hanya bermain gadget, melihat keluar jendela, melirik kesana dan kesini, sebentar melirik om om dingin ini dan kembali lagi bermain gadget sampai kami pada tujuan--rumahnya.

Dia turun terlebih dahulu membuka bagasi mobilnya.

"Aulia..  Ambil nih kopermu"

Tunggu,  aku gak salah dengar?  Dia menyuruh aku mengambil koperku kembali? 

Benar-benar om om tua ini.

Aku turun dari mobil dengan geram.  Menghentak-hentakkan kaki. Dan segera mengambil koperku.

Terlihat dia merogoh kantong celananya.  Memberikan beberapa kunci dan 5 lembar uang ratusan ribu.

Aku menebak-nebak maksudnya memberikan semua itu padaku.

Jangan bilang....

"Ini kunci rumah. Nanti kamu masuk langsung kunci pintu. Itu juga ada beberapa kunci kamar. Jangan sembarangan masuk kamarku. Dan itu uang buat belanja.  Di kulkas tidak ada makanan. Aku pergi kerja dulu. "

Ngedumel dalam hati adalah satu-satunya yang bisa ku lakukan. 

Benar dugaanku. 

Ini om-om tua belum pernah ketelan cangkul kali ya.  Apapun yang keluar dari bibir sexy nya ini selalu membuat panas dingin akibat emosi.

Jangan salah,  panas dingin yang ku maksud hanyalah amarah semata, bukan hal lain.

"Lia belanja di mana?  Ini pertama kalinya lia ke malang. Tega bener.  Kalau lia di culik gimana?"

Pasti taktik ku berhasil.  Ku pasang wajah memelas kepadanya.  Biasanya semua keluarga atau teman-temanku akan luluh. 

"Gak bakal ada yang culik kamu.  Udah kurus krempeng gitu.  Depan belakang rata kayak tripleks rumahan. Ya,  penculiknya juga lihat-lihat. "

Apa katanya?! 

Aku melihat sekeliling kompleks rumahnya.
Sunyi.  Bahkan lebih sunyi daripada pedesaan. 

Aku semakin melotot ke arahnya dan langsung menyeret koperku ke rumahnya. Tanpa melihat ke belakang. 

Aku teramat menyesali perbuatanku dulu padanya.  Bagaimana mungkin aku bisa tertarik pada om-om tua dingin itu? 

Aish..  Sudahlah.  Lupakan. 

Terdengar suara deru mobil semakin jauh dari arah belakang.  Aku melihat mobil miliknya menjauh dari perkarangan rumah.

"Tega bener.  Kan aku memang takut beneran." gumamku.

Segera ku buka pintu rumah dan langsung menguncinya tanpa melihat sekeliling rumahnya. 

Setelah selesai. 

Mataku terbelalak kaget. 

"Ish..  Rumah apaan ini.  Percuma orang kaya, berantakan banget ini. Sewa pembantu gitu. Seram lagi.  Lukisan apaan itu semua?"

Aku benar-benar tercengang. 

Pasalnya rumah ini sangat berantakan. 

Piring-piring kotor tergeletak begitu saja di atas meja dapur.  Lantai rumah sangat berpasir. Majalah-majalah juga terkapar di atas lantai berpasir. 

"Ini pemilik rumah ngapain aja sih.  Perasaan arsitek lain gak begini-begini amat"

Aku kembali mendengus terjebak kesialan yang bertubi-tubi datang ke arahku. 

Membawa koperku ke lantai dua. 

Berat banget.

Aku terduduk setiba sampai di lantai dua. 
Menetralkan tenagaku.

Lalu,  bangkit membuka pintu kamar yang telah di sediakannya untukku. 

Ada sedikit rasa penasaran.  Bagaimana rupa kamarku,  mengingat lantai satu teramat berantakan.

Segera ku membuka pintu dan melihat sekeliling.

Rapi.
Satu kata mendeskripsikan ruangan ini.

Aromanya juga wangi.  Ruangan yang mendominasi warna peach dan baby blue ini sangat pas.  Terlihat mewah.  Sesuai dengan seleraku.

Ada ranjang king size,  satu lemari,  satu tv,  meja, dan kamar mandi di dalam ruangan.  Tampak seperti hotel.

Aku terkekeh pelan mengingat dia mempersiapkan ini untukku.
Dingin tapi hatinya panas, bukan hangat. 

Aku membaringkan tubuhku sejenak. Rasa nyaman langsung memenuhi tubuhku.

Tak lama akupun tertelan oleh kegelapan yang nyaman.

*******

"Aulia bangun!!  Atau aku siram pakai air dingin!"

Aku menggeliat merasakan tidur nyenyakku di ganggu makhluk astral.

"Ck..  Apaan?  Lia ngantuk.  Masih mau tidur"

"Kamu..!!"

Tak lama,  suaranya tak terdengar lagi di gendang telingaku.  Aku kembali terlelap damai dalam ranjang nyaman ini.

Namun...

Byyuurrrr..  

"okhok.. Okhok"

Aku terbatuk dan langsung duduk di atas ranjang. 

Ku elap dengan tergesa-gesa wajahku yang di siram dengan air dingin. 

Menatap sengit pria ini yang tengah berdiri angkuh di samping ranjangku.

"Om apaan sih..  Banguni nya kan bisa bagus-bagus.  Gak mesti siram pakai air juga"

"Bagus?  Aku tuh udah banguni kamu dari jam 7 tadi. Dan ini udah jam 8 . Aku sih udah makan.  Kamu?  Udah malam gini aku juga malas keluar."

Aku mengedipkan mataku tak percaya. 

Jam 8 katanya? 
Aku tertidur 4 jam?  Tunggu..

Aku tersenyum jahil "Om khawatir ya sama lia karena belum makan?  Duuh so sweetnya"

Terlihat rona merah di wajahnya. 

Ceileh nih om-om tua baper lagi.

"Gak usah kege'eran kamu.  Aku gak suka perempuan rata kayak kamu.  Masih anak-anak juga.  Sudahlah aku ada tamu" ucapnya sambil beranjak pergi dari kamarku.

Perempuan rata? 

Masih anak-anak? 

Dia saja yang tidak tau bentuk asli tubuhku yang semok ini. 

Dasar! 

Ku bangkit dari tempat tidur dengan lesu bercampur amarah. 

Segera ku mandi dan bersiap ke supermarket simpang yang di katakannya sore tadi. 

Setelah selesai.  Aku turun untuk berbelanja keperluan dapur. 

Terlihat om tua itu sedang bercengkrama dengan seorang lelaki.  Namun tak terlihat wajahnya sebab tertutupi kepala makhluk astral itu.

"Lia pergi dulu..  Kalau lia di culik.  Itu salah om!" ucapku tanpa melihat ke arahnya. 

"Kalau aku yang antar bagaimana?"

Aku terdiam. 
Bukan suara makhluk astral ini.  Aku membalikkan tubuh melihat siapa yang berbicara. 

Jantungku berpacu lebih cepat.  Mataku terbelalak.  Pria itu... 

Dia kan....

******
-Continued

Pasti udah tau kan,  siapa? 

Jangan lupa votment 😘😘


You See,  I'm Feel (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang