Part 7 : Calon Istri?

6.6K 452 4
                                    

Happy Reading!!

***

Udara dingin menyusup ke pori-pori kulitku.  Aku menggeliat lelah mengingat terus menangis . Ku lihat jam dinding yang bertengger manis di atas situ. 
Pukul 3 pagi. 

Aku harus pergi dari sini. 

Ku berjalan menuju kamar mandi dan membasuk wajahku.  Menghilangkan sedikit lelah dan rasa kantuk. 

Mengganti pakaian dan bergegas keluar dari sini. 
Ku lihat gadgetku,  banyak telepon dari Vendra maupun Aldo. 

Aku bingung, akan tinggal dimana. 
Ku pencet nomor seseorang. 
Semoga di angkat.

"Hallo..ekhem" Suara serak terdengar olehku. 

"Maaf,  apa aku membangunkanmu?"

"Oh,  Aulia..  Ada apa menelpon jam segini?"

"Tolong aku,  aku butuh bantuan."

"Heii..  Kenapa? Kamu di mana?"

"Aku di rumah Vendra,  bolehkah jemput aku di depan rumah?  Aku mohon"

Aku putus asa.  Biarlah di katakan murahan oleh Aldo.  Tapi aku tak bisa terus tinggal dengan Vendra.  Sungguh aku tak sanggup. 

Perih yang di berikannya dulu bahkan belum sembuh.  Namun dia sudah membuat luka baru di lubuk hati.

"Baiklah.  Tunggu aku,  dan hati-hati oke."

Tut tut tut..

Panggilan ku matikan.  Aku mengangkat koperku.  Dengan pelan membuka pintu agar tak terdengar Vendra. 
Semoga saja dia sedang tidur. 

Ku turuni anak tangga demi anak tangga lainnya. 
Menghela napas panjang. 
Sudah cukup aku tersakiti. Aku tak ingin terluka lagi.

Ku berjalan penuh hati-hati. 
Jikapun dia tidak tidur.  Setidaknya dia tau bahwa aku akan pergi. 
Sebab rumah ini di pasang CCTV olehnya.

Ku buka pintu dan menutupnya kembali.  Menunggu Aldo menjemputku. 

Lama menunggu,  akhirnya mobil Sport hitam berhenti di depan pagar rumah.

Aldo turun dan menghampiriku.

"Yakin?" ucapnya.

"Iya,  Bolehkah aku menginap tinggal sebentar di apartemenmu?  Hingga tiketku keluar?"

"Kapanpun,  kamu boleh tinggal.  Ayo" ajaknya.

Aldo sangat baik padaku. 
Dia mengangkat koperku dan menggandeng sebelah tanganku.

Aku meliriknya sebentar dan melihat tangan kami yang sudah terpaut.
Ada rasa nyaman saat tangan hangatnya memegang tanganku. 

Kami memasukki mobilnya. 
Sesekali aku nelirik kembali ke rumah Vendra. 

Selamat tinggal.

You See,  I'm Feel (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang