Part 28 : Nasib buruk (1)

5K 267 9
                                    

Saling menghargai karyalah kita. Dan hargai karyaku dengan memberi vote atau komen. *Maksa aku. 😂😂

Happy Reading!! 😘😘
.
.
.

Aku berjalan sambil menyeret koper memasuki area hotel.
Ya, aku takkan pulang ke Medan meskipun aku ingin. Aku bukanlah perempuan lemah! Akanku buat dia juga merasakan apa yang ku rasa.

Ku lihat layar hpku, 20 panggilan tak terjawab dari Aldo.
Salah siapa dia begitu mudah mengizinkanku pergi. Bahkan ketika kakiku melangkah keluar tak ada niat kakinya untuk menahan kepergianku. Brengsek!!

Aku masuk ke kamar hotelku.
Dan mengistirahatkan tubuhku.

Dulu Aldo sangat memujaku. Memperlakukanku dengan baik. Tidak pernah kasar sama sekali.

Berlahan air mataku kembali menetes. Aku terisak kuat.

"Maafin ayah kamu, nak" usapku pada perut.

Dengan mudahnya Aldo mengatakan kalimat cerai ketika kami selesai berhubungan intim. Hanya karena aku banyak diam.

Dia pria yang tak tahu diri.

Lama meratapi.
Tiba-tiba hpku bergetar.
Aku rogoh tas sandangku untuk mengambil benda itu.

Terlihat nama bunda di layar.
Aku mengontrol suaraku.

"Halo.. Assalamualaikum.."

"Halo kak.. Kakak dimana?"

"Di rumah bun"
Dalam hati aku meminta maaf.

"Aldo sudah menelpon. Saran bunda, kamu selesain baik-baik. Bunda juga gak mau ikut campur. Dan kata Aldo juga kamu lagi hamil. Jaga kesehatan ya sayang. Jangan banyak berpikir berat"

Aku kembali menangis.

"I-iya bun" Aku butuh pelukan bunda.

Suami yang ku banggakan kini adalah orang yang paling berperan dalam menyakitiku.

"Tolong kabarin Aldo kamu dimana. Dia khawatir banget sama kamu, nak! " Bohong!!

Mendengar namanya saja sudah membuat hatiku panas dan perih.

"Iya bun, nanti lia kabarin dia. Sudah dulu ya bunda. I love you"

Panggilan langsung ku matikan begitu saja sebelum bunda menjawab.
Aku terlalu lelah.
Belum lagi memikirkan kesehatan janin yang ku kandung.

Aku meraba perutku. Ada getaran aneh yang merasuki lubuk hatiku.
Berulang kali aku membuang napas--lelah.

Aku berbaring di ranjang kingsize hotel ini. Menatap langit-langit kamar dengan tatapan kosong.

Aku ingat bagaimana saat pertama kaliku melihat Aldo dari instagram.
Senyumnya yang ramah membuat siapapun akan terpeleset karenanya.

Entah aku yang terlalu cepat jatuh cinta atau karena Aldo yang begitu memikat hatiku.
Aku hanya seseorang yang lemah bila dihujam perhatian bertubi-tubi.

Namun kiranya aku salah.
Semuanya tak sesuai dengan harapanku.
Tapi dengan polos atau karena kebodohanku, aku masih sungguh-sungguh mencintai Aldo.
Masih bertahan pada manusia sepertinya.

Aku kembali terisak. Dadaku sesak-seperti ada lubang yang begitu besar memenuhi hatiku.

Semakin aku memikirkan, semakin besar rasa sakit yang ku rasakan.
Haruskah aku memikul semua rasa sakit ini sendirian?

****

Aku terbangun akibat merasakan lapar yang luar biasa. Ku lirik arloji yang melingkar manis di pergelanganku.

Pukul 2 siang. Pantas saja aku lapar.

Aku ingin makan di luar.

Aku berganti pakaian dan mengambil hpku.
Ku lihat kembali ada 20 pesan dan 30 panggilan dari Aldo.

Ku baca satu persatu.

My Hubby 😘 : Sayang.. Maafin aku. Kamu pulang ya.. 🙏🙏

My Hubby 😘 : Kamu dimana? Jangan tinggalin aku. Aku sungguh minta maaf. Aku gak ingin cerai. Maafin aku. 😢😢🙏🙏

Aku mendengus membaca pesannya.

My Hubby 😘 : Sayang.. Maaf. Aku khilaf. Kembali yaa 😭😭

Shit!! Semudah itu dia mengatakan khilaf?
Aku mematikan hpku dan berjalan keluar mencari makanan. Sekarang yang ku pikirkan cukup bayiku saja.
Aku tak peduli ayah dari bayiku!!

Setiba di luar hotel, aku mencari supermarket membeli keperluanku.

Ku lihat ada supermarket tepat di samping kiri hotel.
Aku memasuki supermarket dan mengambil barang-barang yang ku perlukan.

Namun ada sesuatu yang aneh membuat buku kudukku berdiri.
Aku seperti di ikutin. Atau hanya perasaanku?
30 menit berbelanja aku telah selesai membeli semuanya, termasuk susu untuk bayiku. Meskipun aku sangat tidak menyukai susu.

Aku membawa dua kantung plastik dan berjalan santai menuju hotel.

Namun sesuatu mencegatku.
Belanjaanku berserakkan di jalanan.
Aku terpelanting ke belakang. Mulutku di sekap dengan kain.

"Emmpph.. "
Aku berontak.
Menunjang dan menyikut.

"Masukkan dia!"

Tangan kekar pria ini sangat tidak ku kenal.

Aku di dorong dengan kuat membuat kepalaku terbentur pintu mobil.
Sakit.

Aku di tindih dengan sesuatu yang besar. Tangannya memenuhi wajahku.

"To-long" lirihku lemah.

Sesuatu itu menekan perutku dengan kuat. Mungkin lutut? Tapi rasanya begitu menyakitkan.

"Tutup matanya dan suntikkan dia!!" suara itu lagi. Sesuatu yang sering ku dengar.

"Aaww.. " aku merasa suatu sengatan di lengan kiriku.

Napasku tercekat. Pandanganku mulai mengabur.
Dengan perlahan kegelapan mulai menyerangku--hingga membuatku tak sadar lagi.

*****

"Dia pendarahan!"

"Apa?! Bagaimana bisa?"

"Dia sedang hamil."

Aku mendengar samar suara-suara kebisingan.
Tubuhku tak dapat ku gerakkan. Seluruh tubuhku sakit terutama perutku--seperti di tusuk.

"Ha-hamil?"

"Iya."

"Bagus kalau seperti itu. Aku lebih mudah menghancurkan hidupnya."

"Tapi, ini tidak sesuai dengan rencana! Aku tak mengizinkanmu menyakitinya, Bodoh!! "

"Diam kau!! Apapun yang menghalangiku akan ku bereskan! Kau juga yang menyetujui ini semua, brengsek!!"

Aku terkejut.
'Tidak! Tidak! Jangan bayiku. Aku mohon.' ucap batinku resah.

.
.
.

-Continued-

.
Jangan lupa VOTE dan COMMENT 😘😘

Sebenarnya ini udah agak lari dari ide awalku. Wkwk 😂😂 Nikmatin ajalah ya 😂😂


You See,  I'm Feel (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang