Happy Reading!! 😘😘
*****
Aku menatap tak percaya pada pria di hadapanku.
"Iya,. Dia melamar kamu" Ucap Bunda.
Ku lirik bunda dan ayah bergantian.
"Jadi ayah terima?"
"Belum tahu sih. Tapi kita lihat dulu." ujar Ayah yakin.
Aku diam terbodoh menghadapi situasi ini.
Bagaimana mungkin dia mengajak menikah.
Bagaimana?"Om dan Tante, Aldo meminta izin ingin berbicara berdua dengan Aulia. Apakah boleh?"
Aku menatap Aldo tak percaya.
Ya, pria itu adalah Aldo Brahmana.Tapi, kenapa dia melamarku? Bukankah dia tidak menyukaiku?
"Yasudah. Di belakang aja bicaranya biar gak jauh-jauh."
"Iya om"
Aldo melirikku dan tersenyum. Kepalanya mengangguk sedikit mengajakku.
Terhipnotis tatapannya, kakiku mendadak berjalan mengikuti dia.
Kami berjalan beriringan.
Tangannya menggenggam tanganku.Deg
Deg
DegTarik napas buang.
Tarik napas buang lagi.Kenapa jadi berdebar gini?
Tubuhku serasa panas. Terutama wajahku.Sampailah kami di taman belakang.
Duduk di kursi tempat biasa kami sekeluarga meminum teh."Aku sangat ingin menikah denganmu, Lia. Aku tahu ini terlalu cepat. Tapi aku tak bisa menahannya. "
Pikiran kotorku mendadak muncul."Gak bisa nahan apa?"
Bodoh banget nanya itu. Sumpah deh.
Aku seperti orang linglung. Beberapa kali mengedikan mata dan menggaruk kepala yang tak gatal.Aldo terkekeh.
"Tentu saja tak tahan ingin memilikimu seutuhnya. Dalam artian istriku. Kamu mikir kotor ya?"Ketauan!!
"Gak ah.. Mikir kotor apaan sih. Kamu tuh"
Aku membuang muka ke arah samping. Pasti wajahku sudah semerah tomat busuk.
"Pipi kamu merona." goda Aldo.
'Please, Aldo jangan gitu. Kepengen meluk jadinya' Batinku bergejolak.
Aldo mencolek-colek pipiku.
"Aulia, lihat aku."'GAK BERANI!'
Dengan paksaan Aldo menangkup wajahku dan menggerakkan ke arah wajahnya.
Sekarang wajah kami hanya beberapa senti. Bahkan deru napasnya bisa ku rasakan menerpa wajahku. Hangat.
Untung gak bauk.Pelan dia mencium keningku lembut.
Yang di lakukannya semakin membuat jantungku berdebar kuat. Kalau saja dadaku sebening kaca, mungkin dia sudah melihat degupan jantung yang begitu cepat."Menikahlah denganku"
Lama bertatapan, akhirnya Aldo melepaskan tangannya di wajahku.
Masih terasa hangat sisa-sisa tangannya di kedua pipiku."Ceilehh.. Tatapan mesra. Udah nikah aja. Aduhh..!!"
Dasar abang geblek. Darimana dia muncul?
Aku dan Aldo sama-sama kikuk berada di situasi tercyduk oleh Khalid.Kami bangkit menuju ruang tamu dan mengabaikan Khalid yang berdiri terbengong.
Rasain noh.. Di kacangin!
"Ya elah.. Gue di kacangi sama adek dan calon adik ipar. Ntar gak gue restuin ah.."
Aldo langsung berbalik menuju ke arah Khalid.
Nih.. Anak udah termakan omongan Khalid deh kayaknya. Polos banget.
"Duh abang ipar. Jangan gitu dong. "
Ku lihat Aldo memegang tangan dan memeluk Khalid.Duo geblek!
Aku memutar mata malas. Dan berjalan meninggalkan mereka dengan adegan lebay nya.
"Sayang, Tunggu..!"
Njir.. Nih CEO satu harian bikin baper mulu. Dulu aja ngacangin gue. Pesan gak pernah di balas. Sekali balas ya cuek.
Kami sampai di ruang tamu bersama Ayah dan Bunda.
"Hmm.. Lia belum tahu. Mau menunggu jawaban?" tanyaku ragu.
"Tentu saja. Aku akan menunggu kapan kamu siap."
Senyum Aldo manis tanpa pemanis.Ku lihat ayah dan bunda secara bergantian.
"Terserah kamu. Kalau kamu setuju, Insya Allah kami juga setuju. Toh nak Aldo juga baik kok."
Ayah sudah memberi lampu hijau.
Bunda juga tampaknya senang.Aku benar-benar bingung.
Menikah atau tidak?
KAMU SEDANG MEMBACA
You See, I'm Feel (√)
ChickLit#21 in Chicklit (05.12.17) -COMPLETE- Sebagian cerita di privat acak. Silahkan follow, kalau sudah selesai boleh kok unfoll. Tapi lebih baik jangan. 😂 Bagaimana jika kamu bertemu seseorang yang sering kamu ganggu di dunia maya? Seseorang yang...