.
.Seminggu telah berlalu.
Dan saatnya lah statusku akan berubah di hari ini juga.Jantung deg-degan. Gimana kalau ternyata Aldo tidak seperti yang aku pikirkan?
Tidak hebat di ranjang misalnya?
Oke lupakan pikiran liarku. Cukup berpikir positif.Acaranya di mulai pukul 9 pagi.
Seluruh keluarga sudah berada di penthouse Aldo.
Kami tidak banyak mengundang tamu, hanya keluarga, teman dekat, dan kolega Aldo.Sekarang sudah pukul 7 pagi.
Dandanan aku juga sudah hampir selesai.Akad nikah di selenggarakan di rumah orangtua Aldo. Kemudian resepsi di lakukan di salah satu gedung milik Aldo yang memang di bangun untuk acara pernikahan.
Sedari tadi yang ku lakukan hanya mengontrol degup jantungku.
Bunda juga terlihat gusar.
Hal yang ku pikirkan sedari tadi ialah bagaimana caraku menjalani pernikahan yang bahkan aku saja belum siap untuk menjalaninya?
"Jangan gugup ya kak" Ucap Bunda menenangkanku.
Bagaimana seorang ibu bisa menenangkan anaknya sedang dia juga sedang tak tenang?
Aku salut dengan seorang ibu.
Apakah aku juga akan seperti itu?
Semoga saja."Iya bun. Doain Lia ya bun."
Aku tersenyum begitupun dengan bunda.Menit demi menit terlah berlalu.
Pukul 9 pun sudah tiba.Jantungku semakin berpacu cepat.
Aku tak tenang.
Tangan mulai gemetar dan lembab.Aku hampir menangis menahan kegugupan ini.
Terdengar suara di lantai bawah.
"Saya nikahkan Aldo Brahmana bin Hamid Dimitri dengan Aulia Artha bin Syakir Bimantara dengan mahar seperangkat alat Shalat dan uang tunai sebesar 200 juta di bayar tunai."
"Saya terima nikahnya Aulia Artha bin Syakir Bimantara dengan mahar tersebut di bayar tunai."
"Saaahh??"
"Saahh!!!"
Kedua saudara lelakiku datang menjemputku menuju lantai satu--dimana Aldo berada.
"Ingat jangan nangis ya adikku sayang" Ucap Khalid.
Ucapannya saja sudah membuatku ingin menangis.
Tanganku seperti beku. Sangat dingin.
Berlahan aku menuruni anak tangga.
Terlihatku Ayah tersenyum hangat.
Dia juga mengelap wajah dengan telapak tangannya.
Aku yakin, ayah pasti menangis.Tanpa sadar bulir air mata jatuh ke pipiku.
Aku rapuh.Dan tibalah aku di hadapan Aldo.
"Please, jangan nangis dulu. Ntar luntur make-upnya." Ujarnya sambil menghapus air mataku.
Entah mengapa kalimatnya sama sekali tak terdengar romantis di telingaku.
"Ayo salam suaminya."
Aku pun menyalami Aldo dengan rasa gugup menggebu-gebu.
Aku yakin Aldo merasakan getaran gugup tanganku.
Tanpa ku sadar, tangan Aldo juga begitu dingin.
Dia juga gugup.Setelah bersalaman, Aldo memberikan doa dengan meletakkan telapak tangannya di ubun-ubunku.
Setelah itu, dengan sangat lembut penuh perasaan, dia mencium keningku.Aku memejamkan mata sejenak merasakan kehangatannya dan mengurangi kegugupanku.
"Udah jangan lama-lama. Ntar malam aja di lanjut." Ucap Mom Rinni yang membuat seluruh keluarga tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
You See, I'm Feel (√)
ChickLit#21 in Chicklit (05.12.17) -COMPLETE- Sebagian cerita di privat acak. Silahkan follow, kalau sudah selesai boleh kok unfoll. Tapi lebih baik jangan. 😂 Bagaimana jika kamu bertemu seseorang yang sering kamu ganggu di dunia maya? Seseorang yang...