Part 12 : Bimbang

2.5K 184 4
                                    

Happy Reading!!  😘😘

*****

Aku sampai di Bandara.  Aldo mengantarku tanpa bertanya banyak. 
Itu yang ku suka darinya.  Sedikit bicara dan bertindak sesuai.

"Hei..  Kamu gak apa-apa?"

"Iya" Aku menundukkan wajahku. 
Entahlah rasanya aneh. 

Sedikit pilu dan sedikit di bumbui rasa lega.

Aldo menggiringku ke dekapannya. 
Hangat dan nyaman.
Dia mengusap punggungku pelan. 

"Aku akan selalu ada untukmu."

Aku mendongak untuk melihat wajah tampannya.  Tak terlihat kebohongan di raut wajahnya. 

Ku balas pelukannya. 
Menyenderkan kepalaku di dada bidangnya. 

"Kalau kamu sudah sampai,  segera hubungi aku.  Mengerti?"

Aku mengangguk tanda mengerti. 
Aldo mengecup dahiku lembut. 
Tenang. 
Itulah yang kurasakan. 

Aku tersenyum dan melambaikan tangan sebelum pergi.
Bergegas ku langkahkan kakiku menuju area pesawat tanpa berbalik. 

'Aku akan memulainya dari awal' ucapku dalam hati.

☁️🛫🛫🛫☁️

4 jam berlalu sudah,  akhirnya aku sampai di bandara Kualanamu.

Ayah dan Bunda sudah menunggu di Ruang tunggu. 
Aku tersenyum memaksa agar tak mengecewakkan mereka. 
Berlari kepelukan mereka.

"Ahh..  Lia kangen banget sama kalian"

Tanpa ku sadari aku kembali menangis. 

"Lah..  Kok nangis kak?  Kenapa?"

"Terharu aja bun,  lihat kalian.  Akhirnya bisa kumpul lagi"

"Masa sih..  Kayaknya kamu bohong deh..  Vendra kasar ya sama kamu?"

IYA!!  Jawabku dalam hati.

"Enggak kok bun" masih dengan senyum terpaksa. 

"Yaudah..  Yuk pulang.  Abang dan adik kamu rindu tuh katanya."

"Dih..  Tumbenan banget.  Dan ayah makin buncit ya. Hamil yah?"

Mereka tertawa bahagia mendengar celotehku. 
Setidaknya aku harus meyakinkan mereka.

1 Jam dalam perjalanan akhirnya kami sampai di rumah. 
Masih terlihat sama. 
Bahkan bunga-bunga yang ku lihat terakhir masih di letakkan di tempat yang sama. 

Aku menyeret koperku masuk. 

Dan..

"Suprize!!!"

Aku menitikan air mata haru. 
Begitu sayangnya mereka padaku.  Tidak dengan dia. 
Ah..  Sudahlah.

Ku peluk kedua saudara lelaki ku. 
Melepaskan rindu sejenak.

"Kok kurusan sih..  Gak di kasih makan sama om Vendra?" Ucap Khalid abangku.

"Iya nih..  Atau lu penyakitan?" Ucap Fahri adik lelaki ku. 

"Ya gak lah.  Dia baik kok. Dan aku gak penyakitan ya.  Doa mu jelek banget.  Sumpah!"

Mereka tertawa serempak.
Dasar!

"Udah mandi sana.  Badanmu bauk ketek" Ujar Khalid sambil mendorong tubuhku kuat. 

"Ituu koperkuu"

"Udah aku ntar yang ngangkat ke kamarmu"

"Paok banget sih..  Kan aku juga mau ke kamar. Sekalian sini ku angkat"

"Udah sana mandi!  Bauk lo gak nahan banget."

"Bang*at! Terserah lo deh.  Angkat yaa,,  pembantu!"

Aku berlari ke lantai dua rumahku tepatnya menuju kamarku. 

Ku lepaskan tas sandang yang masih bertengger di bahuku.
Mencampakkannya begitu saja ke ranjang. 
Ku baringkan tubuh lelahku. 
Menatap langit-langit kamar berwarna biru langit yang di hiasi bintang kecil. 

Aku merogoh tas ku dan mengambil gadgetku. 

Panggilan tak terjawab dan pesan muncul langsung.
Dari Vendra dan Aldo. 

Aku bingung harus membalas pesan siapa dan menelpon siapa. 

Aldo sangat baik padaku.  Terkadang tanpa sadar aku selalu berdebar bila berdekatan dengan Aldo. 

Vendra? 
Dulu aku mencintainya. 
Namun dia merusaknya. 
Tapi sejak kejadian dirumahnya.  Sungguh aku tak mengetahui isi hatiku.  Ada rasa bahagia dan hampa yang ku rasa bersamaan. 

Aku bimbang.
Sebenarnya,  pada siapa hatiku berlabuh?

-Continued

Terima kasih sudah mau baca. 
Ceritanya makin gak jelas ya 😂😂

Jangan lupa VOTE dan COMMENT 😘😘

You See,  I'm Feel (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang