Chapter 2 :: Asisten Praktikum

12.6K 1.3K 67
                                    

Senin sore menjadi hari pertama bagi Jennie melaksanakan praktikum salah satu mata kuliahnya. Pertemuan kali ini diawali dengan perkenalan si asisten praktikum ganteng yang seketika menjadi idola anak-anak cewek di kelasnya.

"Nama saya Joshua, baru semester tiga," ujar cowok pemilik tatapan teduh itu.

Momo menyikut Jennie pelan. "Ganteng Jen, gue gak akan pernah bolos deh."

Jennie cuma geleng-geleng kepala walau harus ia akui bahwa si asprak bernama Joshua itu memang ganteng. Sangat ganteng malah, mana tipe Jennie banget kayanya.

"Ada yang ditanyain?" tanya Joshua membuat anak-anak cewek langsung heboh berebut untuk bertanya.

"Kak Joshua udah punya pacar belum?"

"Kak ikut organisasi apa?" Dan pertanyaan-pertanyaan gak penting lainnya yang hanya dijawab senyuman oleh Joshua.

"Ini nomor wa saya, nanti komting tolong bikin grup buat praktikum ini terus invite saya ke grupnya."

"Siap kak!" jawab Erin yang waku itu kebetulan terpilih menjadi komting setelah rebutan dengan cewek-cewek lainnya.

Setelah sesi perkenalan selesai Joshua langsung memulai materi praktikum. Dia membuka modul di atas meja lalu mengambil spidol dan menuliskan sesuatu di papan tulis yang sudah nyaris penuh oleh tulisan tangannya sendiri. Ia menambahkan beberapa poin penting.

"Untuk pertemuan pertama, kita pengenalan alat-alat praktikum Kartografi dasar dulu ya, terus ini format laporannya ditulis," kata Joshua sambil menunjuk papan tulis yang kini sudah terisi penuh.

Setelah itu Joshua menunjukkan satu persatu alat-alat praktikum kartografi. Menjelaskannya dengan rinci tentang bagian-bagiannya dan juga fungsi alat tersebut serta bagaimana cara kerjanya.

"Nah alat-alatnya boleh difoto terus nanti dilampirin di laporan praktikum kalian," kata Joshua lagi.

"Kak ini laporannya diketik kan?" tanya Rahma.

"Oh iya, saya lupa ngasih tau, semua laporan praktikum kalian ditulis tangan di kertas folio. Jangan lupa dikasih garis tepi. Kiri dua senti kanan satu senti." Joshua menuliskan apa yang baru saja diucapkannya di papan tulis. "Untuk daftar pustakannya boleh dari buku, jurnal atau web yang udah terpercaya. Kalau yang buku wajib ya, minimal dua buku. Kalian bisa pinjem bukunya di perpustakaan atau beli langsung."

Usai penjelasan panjang lebar itu, ruang praktikum seketika dipenuhi oleh keluhan anak-anak. Tentu saja sebagian besar datang dari mulut cewek-cewek, tapi beberapa anak cowok pun ada yang ikut menyuarakkan keluhannya.

"Masa tulis tangan sih? Ini mana dasar teorinya aja banyak banget. Belum pembahasan sama analisisnya," keluh Hoshi yang langsung mendapat anggukan setuju dari yang lain.

Joshua hanya tersenyum. Dulu ia juga pernah berada di posisi mereka dan bereaksi tidak jauh seperti mereka. Jadi dia maklum.

"Untung aspraknya ganteng, jadi masih gue maapin."

"Emang Kak Joshua punya salah apa sama lo Mo?" Jennie menanggapi ucapan bodoh Momo.

"Nggak sih, udah ah yuk balik," katanya setelah praktikum sore itu selesai. "Lo mau langsung balik kos?"

"Iya kayanya, mau ngerjain laporan barusan nih."

"Buset dah rajin amat. Temenin dulu gue ngeprint sih. Entar gue anter balik deh." Tawaran Momo langsung diiyakan oleh Jennie tanpa pikir panjang. Lumayan kan dia dapat tebengan pulang daripada harus mengeluarkan uang untuk memesan ojek online.

Mereka kemudian bergegas menuju salah satu tempat foto copy yang juga merangkap sebagai tempat ngeprint. Selagi Momo sibuk dengan file-filenya yang mau dia cetak, Jennie cuma diam saja memperhatikan orang-orang yang hilir mudik.

Yestoday [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang