Chapter 38 :: Kuliah Dadakan

5.9K 903 137
                                    

Acara sosialisasi serta pelatihan penanaman mangrove terlaksana dengan lancar meski tadi sempat molor setengah jam lebih untuk menunggu warga berkumpul. Bu Yuni selaku dosen pembimbing juga turut hadir dan membantu kelancaran acara, meski besok beliau harus sudah kembali ke Semarang karena tidak bisa berlama-lama atau pekerjaannya akan semakin menumpuk. Apalagi beliau masih dosen aktif di kampus.

Bu Yuni pamit kepada Terry, Jennie dan Nayla setelah berbincang sejenak dengan Pak Kades. Tak lupa ia juga memberikan uang saku untuk mereka. Tidak banyak memang, tapi lumayan bisa dipakai untuk beli oleh-oleh.

Hari-hari berikutnya tim Terry fokus menyelesaikan prokja yang tersisa hingga sampai di hari terakhir sesuai rencana, mereka berniat mengunjungi Geopark Ciletuh. Liburan singkat sebelum kembali ke rutinitas sebagai mahasiswa di Semarang.

Jennie sedang sibuk mengepak barang-barangnya ketika Terry mengetuk pintu kamarnya yang sedikit terbuka. Refleks Jennie dan Nayla menoleh serempak.

"Kalian udah siap?" tanya Terry.

"Gue udah kelar, tinggal Jennie tuh!" Nayla berujar dari atas tempat tidur.

"Bentar kak, nanggung lagi packing." Dengan kecepatan kilat Jennie segera memasukan barang-barangnya yang masih tercecer di lantai ke dalam tasnya.

"Gue tunggu depan ya, kalau udah kita langsung berangkat."

"Oke!" Kemudian Terry berlalu.

Pagi ini mereka akan berangkat ke Geopark Ciletuh menggunakan mobil pinjaman dari pak Kades, untung saja Terry bisa menyetir jadi mereka tidak usah repot-repot motoran.

Selesai packing Jennie meraih tas selempangnya dan berderap keluar kamar bersama dengan Nayla. Setelah memastikan rumah dalam keadaan bersih mereka bertiga berangkat menggunakan mobil pinjaman salah satu penduduk. Nayla duduk di samping Terry, sementara Jennie di belakang sendirian.

Tempat yang pertama mereka kunjungi adalah Puncak Darma. Tak butuh waktu lama bagi mereka untuk sampai di sana. Sepanjang perjalanan mereka disuguhi pemandangan yang luar biasa dan jarang didapatkan di tempat lain.

Ketiganya terkagum-kagum begitu sampai di Puncak Darma. Dari sana mereka bisa melihat secara langsung amfiteater alami raksasa yang terbuka ke arah Samudra Indo-Australia dengan diameter lebih dari 15 kilometer. Hal yang pertama dilakukan Jennie dan Nayla tentu saja mengeluarkan ponsel masing-masing dan mengabadikan pemandangan yang ada. Selanjutnya mereka bergiliran saling mengambil foto sebelum lanjut selfie-selfie. Terry bagian diam memperhatikan sebelum ditarik Nayla untuk ikut foto bersama.

"Gila keren banget sih ini asli!" ujar Nayla setelah puas mengambil foto.

"Kalian tau gak kenapa Geopark Ciletuh bisa ditetapka sebagai warisan geologi sama UNESCO?"

"Karena bannyak batuan-batuan tua gak sih?" jawab Nayla.

"Iya bener, tapi selain itu daerah ini juga punya bentang alam yang langka." Terry tersenyum sambil mengarahkan jari telunjuknya ke depan. "Salah satunya amfiteater alami itu. Kalau gak salah, terbentuknya udah lebih dari 20 juta tahun yang lalu, pas jaman tersier lebih tepatnya. Terus bisa terbentuk karena ada mega slump akibat gaya tektonik, makanya di sekitar sini banyak air terjun yang tinggi-tinggi."

Jennie auto pusing begitu mendengar penjelasan Terry. Ia berasa lagi di kelas, padahal mereka ke sini kan niatnya buat refresing bukan buat nambah pusing. Nayla saja cuma bisa haha hehe doang, dia mana tahu sedetail itu tentang tempat ini.

"Kalau ada kesempatan, gue pengen ke sini lagi buat neliti batuan ofiolit."

"Batuan ofiolit apaan Kak?" tanya Jennie refleks. Asli dia sekarang berasa jadi manusia paling bego.

Yestoday [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang