"Katanya Nayla udah mulai kuliah ya?" tanya Jebi ketika malam itu tiba-tiba menghubungi Jennie dan mengajaknya bertemu dengan alasan ada yang ingin dia bicarakan.
"Iya udah Kak."
"Gimana kabarnya?"
"Hah?"
Jebi memandang Jennie ragu-ragu. "Itu ... Nayla gimana kabarnya?"
"Kenapa gak ditanyain langsung aja ke orangnya?" Sebenarnya Jennie agak terkejut mendapati Jebi yang bertanya soal keadaan Nayla karena waktu itu jelas dia sendiri yang bilang kalau dia sudah putus dan tidak mau ada urusan lagi dengan sang mantan.
"Gak mungkin lah gue nanyain langsung, lo tau sendiri kita udah putus."
"Terus kenapa Kak Jebi nanyain?"
"Pengen tau aja." Jennie menatapnya penuh selidik. Dia mencium aroma-aroma belum move on.
"Udah lebih baik kok Kak." Jebi mengangguk-angguk membuat Jennie semakin curiga. "Kak Jebi nyesel mutusin kak Nayla?"
"Ehm ... mungkin?"
"Mungkin?"
"Gue bisa minta tolong sama lo gak?" Jebi mengalihkan pembicaraan dan menatap Jennie penuh harap, namun cewek itu malah mengerutkan dahi bingung.
"Minta tolong apa?"
"Buat ngawasin Nayla."
"Hah?" Ragu-ragu Jebi menceritakan maksudnya menemui Jennie, yaitu tidak lain untuk menanyakan tentang Nayla dan minta bantuan agar cewek itu mau jadi mata-matanya. Katanya Jebi sebenarnya masih sayang sama Nayla, hanya saja ia ingin memberi Nayla sedikit pelajaran.
"Gimana Jen, lo bisa bantu gue kan? Gue gak mungkin minta bantuan si Terry. Sampe mati pun gue gak mau!" Melihat ekspresi kesal Jebi setidaknya bisa membuat Jennie tertawa pelan. Harga diri seorang lelaki ternyata sangat tinggi, apalagi untuk tipe orang seperti Jebi.
"Cuma ngawasin doang kan? Nanti kak Jebi bakal ngajak Kak Nayla balikan lagi?"
"Iya Jen, gue gak mau ngelepasin Nayla gitu aja." Satu senyuman terbit di wajah Jennie pertanda bahwa ia menyanggupi permintaan Jebi. Toh tidak begitu susah jika hanya mengawasi seorang Nayla. Apalagi mereka satu jurusan dan satu kos kosan. "Sori ngerepotin."
"Nggak apa-apa kok kak, liat Kak Jebi berusaha gini entah kenapa bikin aku seneng juga liatnya." Jebi tersenyum canggung. Ia tidak tahu saja kalau Jennie dalam hati bersorak menertawakan.
"Heh, dasar bucin. Sok soan putus sih terus nyesel sendiri kan? lagian jadi cowok cemburuan amat!" Wajah dan senyum polos Jennie berhasil menipu lelaki di depannya. Siapapun tidak akan menyangka kalau ia sedang menggerutu di dalam hati.
"Oh ya, tolong rahasiain ini dari Terry ya? lo kayanya deket banget sama dia."
Mata Jennie mengerjap. "Eh, nggak kok. Aku gak begitu deket sama Kak Terry, cuma kebetulan aja kan ikut tim PKM dia."
"Bagus deh kalau gitu." Jebi bernapas lega. "Dihabisin makanannya, entar gue anter balik."
Selesai makan Jebi mengantar Jennie pulang ke kosnya. Walau Jennie harus terpaksa turun beberapa meter sebelum gerbang kos kosannya karena takut tiba-tiba kepergok Nayla atau anak kos lain. Gak enak nantinya, Jennie takut ada gosip aneh-aneh.
Sayangnya Jennie tidak sadar ketika di perjalanan Momo tak sengaja melihatnya dan langsung mengirim belasan chat pada Jennie. Mau tidak mau Jennie akhirnya menceritakan semuanya pada Momo. Lagipula ia teman baik Jennie. Sudah sewajarnya bukan kalau Jennie berbagi cerita padanya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Yestoday [END]
Ficción GeneralAwal masuk praktikum, Jennie sudah dicap sebagai tukang gosip oleh salah satu asisten praktikum yang ia sebut sebagai titisan medusa. Namanya Terry, si perfeksionis bermulut pedas yang sayangnya dianugerahi wajah tampan luar biasa. Campus Life | Rom...